commit to user
35
BAB IV ANALISIS DATA
Deskripsi dalam analisis data ini meliputi tiga bagian, yaitu pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dalam acara OVJ, prinsip ironi dalam acara OVJ, dan
implikatur dalam OVJ.
A. Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Acara OVJ
Prinsip kesantunan berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial, estetis, dan moral dalam bertindak tutur Grice, dalam Rustono,1999: 61.
Prinsip kesantunan terdiri dari tujuh maksim, yaitu maksim kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, simpati, dan pertimbangan.
Dalam acara OVJ, setiap peserta tutur tidak berusaha untuk membuat orang lain senang, akan tetapi justru banyak melanggar maksim-maksim dalam prinsip
kesantunan.
1. Maksim Kearifan
Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu a buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan b buatlah keuntungan orang lain sebesar
mungkin. Berdasarkan pengamatan, dalam acara OVJ terdapat banyak pelanggaran terhadap maksim kearifan. Hal tersebut dapat dilihat pada
percakapan berikut. [1] Latar
: Sebuah kebun ada sumurnya Peserta : Kenji dan Kok Rata serta Sadako
Tujuan : Meminta Sadako yang sedang mandi untuk membuka bajunya
Kunci : Santai
Percakapan: Kenji
: Mau mandi juga. Kok Rata
: Mbak, kalo mandi buka dong. Masak mandi pake baju.
commit to user 36
Kamu masak nggak liat sih? 10OVJTrans71 Februari 2010
Pada percakapan [1] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan, khususnya submaksim pertama karena membuat kerugian orang lain sebesar
mungkin
. Pelanggaran terlihat pada tuturan Kok Rata, “Mbak, kalo mandi buka dong.
”, yang ditujukan kepada Sadako. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Kok Rata
melanggar maksim kearifan karena memberikan kerugian pada orang lain, yaitu Sadako. Kerugian itu adalah bahwa Sadako akan merasa malu jika dia
benar-benar membuka bajunya. Tuturan
“Mbak, kalo mandi buka dong.” melanggar maksim
kearifan karena memberi kerugian kepada Sadako dan bukan memberi keuntungan. Jika dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut merugikan
bagi Sadako dan menguntungkan bagi Kok Rata. Kerugian Sadako adalah dia akan merasa malu, dan keuntungan bagi Kok Rata adalah dia akan marasa
senang karena keinginannya tercapai. Tuturan yang memberi kerugian kepada orang lain, berdasarkan skala untung-rugi termasuk tindak tutur yang tidak
santun. Berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan tersebut dituturkan secara langsung, yaitu
tuturan yang bertujuan memerintah diujarkan dengan tindak tutur imperatif. Sesuai dengan skala ketaklangsungan, maka tuturan yang
bersifat langsung seperti tuturan tersebut termasuk tindak tutur yang tidak santun. Dilihat dari skala keopsionalan, tuturan tersebut tidak memberikan
pilihan kepada petutur, sehingga petutur tidak mempunyai pilihan dari tuturan direktif penutur. Tuturan yang tidak memberikan kesempatan memilih bagi
petutur termasuk tindak tutur yang tidak santun.
commit to user 37
Contoh lain percakapan yang melanggar maksin kearifan ialah sebagai berikut.
[2] Latar : Sebuah ruangan
Peserta : Koichi, Kok Rata, dan Takeshi serta Dalang, yang merusak mainan
Tujuan : Meminta pertanggujawaban dari Dalang bagi Kenji Kunci
: Santai
Percakapan: Koichi
: Bapak memutilasi pak. Kok Rata
: Bapak memutilasi. Takeshi
: Aa papah, a dirusakin. Kenji
: Mainan anak saya dirusakin. Ganti Ganti
12OVJTrans71 Februari 2010 Pada percakapan [2] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,
terutama terhadap submaksim pertama, karena penutur memaksimalkan kerugian orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan
Kenji, “Ganti Ganti”.
Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan memerintah.
Dalang merusakkan mainan Takeshi, anak Kenji. Kemudian Kenji
menuturkan “Ganti Ganti” kepada Dalang. Tuturan Kenji tersebut
merupakan tuturan menyuruh kepada Dalang agar mengganti mainan anaknya yang telah rusak. Tuturan tersebut merugikan Dalang, karena harus mengganti
mainan Takeshi. Untuk mengganti mainan tersebut tentu Dalang harus berusaha, entah dengan cara membeli atau apa pun. Hal tersebut memberikan
kerugian bagi Dalang, yang harus mencari mainan pengganti. Berdasarkan skala untung-rugi, tuturan tersebut jelas memberikan
kerugian bagi Dalang karena harus melakukan usaha untuk mengganti mainan yang rusak. Tuturan yang memberi kerugian bagi petuturnya termasuk tindak
tutur yang tidak santun. Selain itu, tuturan tersebut juga dapat dikaitkan
commit to user 38
dengan skala keopsionalan. Berdasarkan skala keopsionalan, tuturan Kenji tersebut tidak memberi pilihan kepada Dalang. Kenji tidak memikirkan
apakah Dalang menyanggupi atau tidak, penutur hanya memerintah Dalang untuk mengganti. Tuturan semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun,
karena tidak memberi kesempatan memilih bagi petuturnya. Kemudian, dilihat dari skala ketaklangsungan tuturan tersebut termasuk tuturan yang bersifat
langsung. Tuturan Kenji,
“Ganti Ganti” merupakan tuturan imperatif, yang
juga ditujukan untuk memerintah Dalang. Berdasarkan skala ini, tuturan yang bersifat langsung merupakan tuturan yang tidak santun.
Contoh lain pelanggaran terhadap maksim kearifan ialah percakapan berikut ini.
[3] Latar : Depan rumah Ghozali
Peserta : Jalaludin dan Hartinah Tujuan : Merebut tanah bagi Jalaludin
Kunci : Santai
Percakapan: Jalaludin
: Saya mau untuk memperluas daerah Madura. Dan kalian semua harus enyah dari tanah Madura ini
. Karna ini daerah kekuasaan saya.
Hartinah : Saya orang Madura kok disuruh enyah dari tanah ini.
Nggak bisa. 73OVJTrans74 Februari 2010
Pada percakapan [3] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan, terutama terhadap submaksim pertama karena memaksimalkan kerugian orang
lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Jalaludin,
“Dan kalian semua harus enyah dari tanah Madura ini
”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan memerintah.
Jalaludin memerintah Hartinah beserta suaminya melalui tuturan
“Dan kalian semua harus enyah dari tanah Madura ini.”. Tuturan tersebut
commit to user 39
memberi kerugian bagi petuturnya, yaitu Hartinah. Hartinah tinggal dan memiliki rumah di Madura, tetapi diperintah untuk meninggalkan Madura.
Hal tersebut sangat merugikan Hartinah, karena berarti dia harus meninggalkan rumahnya dan mencari rumah baru. Hal itu tidak mudah dan
tentu sangat merepotkan bagi Hartinah. Jika dikaitan dengan skala untung-rugi, tuturan Jalaludin tersebut jelas
merugikan petuturnya. Hal tersebut karena Jalaludin memerintahkan kepada Hartinah untuk meninggalkan rumahnya sendiri. Tuturan yang merugikan
petuturanya termasuk tuturan yang tidak santun. Kemudian, berdasarkan skala keopsionalan, tuturan Jalaludin tersebut tidak memberikan kesempatan kepada
Hartinah untuk memilih. Jalaludin hanya memerintah dan tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan Hartinah. Tuturan yang tidak memberikan
kesempatan bagi petuturnya untuk memilih semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun. Selain itu, tuturan Jalaludin tersebut dapat dikaitkan dengan
skala ketaklangsungan. Berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan tersebut termasuk tuturan yang bersifat langsung. Tuturan tersebut bersifat langsung,
karena untuk memerintah petuturnya, penutur menggunakan tuturan imperatif. Tuturan yang bersifat langsung semacam ini termasuk tuturan yang tidak
santun. Pelanggaran terhadap maksim kearifan juga terdapat pada percakapan
berikut ini. [4] Latar
: Panggung hiburan Peserta : Dalang, Yudis, dan Rudi
Tujuan : Mencoba mic bagi Dalang Kunci
: Santai
Percakapan: Dalang
: Nyari kacamata, tu. Saya masuk kok burem amat. Tes tes
commit to user 40
tes, Sule jelek, Sule jelek. Yudis
: Anak RW, biasa. Rudi
: Nggak pa-pa, biarain aja nggak pa-pa. Dalang
: Azis pacaran ama Nunung, tes tes tes. Yudis
: Eh, lu bawa bensin nggak? Bensin, bensin. Rudi
: Ada. Yudis
: Bakar ni orang ni.
102OVJTrans76 Februari 2010 Pada percakapan [4] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,
terutama terhadap submaksim pertama karena memberikan kerugian kepada orang lain. Dalam hal ini kerugian diberikan kepada pihak ketiga, yaitu
Dalang. Pelanggaran dilakukan oleh
Yudis, yang terlihat pada tuturan “Bakar ni orang ni.
”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu.
Yudis menuturkan “Bakar ni orang ni.” kepada Rudi, yaitu
dimaksudkan untuk membakar Dalang. Tuturan Yudis tersebut memberi kerugian kepada pihak ketiga, yaitu Dalang. Yudis menyuruh Rudi untuk
membakar Dalang, yang berarti Dalang akan tersakiti. Apa yang dilakukan Yudis bukan untuk membuat kerugian orang lain sekecil mungkin, tetapi
justru membuat kerugian orang lain sebesar mungkin. Bila dilihat dari skala untung-rugi, tuturan Yudis tersebut memberi
kerugian kepada petuturnya, yaitu Dalang. Hal tersebut karena tuturan Yudis memerintahkan kepada Rudi untuk membakar Dalang. Tuturan yang
memberikan kerugian kepada petuturnya semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun. Berdasarkan skala keopsionalan, tuturan Yudis tersebut tidak
memberikan kesempatan kepada petutur untuk memilih. Dalam tuturan Yudis tersebut tidak mengandung unsur bagi petutur untuk memilih. Tuturan Yudis
tersebut tidak memberi kesempatan petutur untuk memilih, sehingga termasuk
commit to user 41
tuturan yang tidak santun. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan Yudis tersebut termasuk tuturan yang bersifat langsung. Tuturan Yudis tersebut
merupakan tuturan imperatif, yang memang digunakan untuk tujuan menyuruh. Tuturan yang bersifat langsung semacam ini termasuk tuturan yang
tidak santun. Pelanggaran terhadap maksim kearifan yang lain dapat dilihat pada
percakapan berikut ini. [5] Latar
: Depan rumah Peserta : Herman, Dalang, dan Tasya
Tujuan : Menyuruh berantem bagi Tasya Kunci
: Santai
Percakapan: Herman
: Kamu memilih siapa? Tarno? Ini ngapain krasak kresek? Dalang
: Dio sama Herman. Herman
: O Dio. Silahkan. Tasya
: Ayo tanding. Udah pokoknya tanding aja deh. Pokoknya
mana yang paling kuat, yang paling pinter itu yang menang. Dah gitu aja. Pake otot ya.
120OVJTrans77 Februari 2010
Pada percakapan [5] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan, khususnya terhadap submaksim pertama karena memberi kerugian kepada
orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Tasya
, “Ayo tanding” dan “Pake otot ya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena
menyuruh petutur untuk melakukan sesuatu. Tasya sedang diperebutkan oleh Dio dan Herman. Untuk memilih
salah satu dari mereka, Tasya menyuruh mereka untuk bertanding dengan
tuturan “Ayo tanding” dan “Pake otot ya”. Tuturan Tasya tersebut menyuruh
Dio dan Herman, dan dengan tuturan tersebut berarti Tasya merugikan mereka. Berdasarkan tuturan Tasya, Dio dan Herman harus bertanding dengan
menggunakan otot, yang berarti harus bertarung dengan sekuat tenaga. Jika
commit to user 42
bertarung dengan sekuat tenaga pasti akan melukai lawannnya. Oleh karena itu, tuturan Tasya tersebut jelas memberi kerugian kepada petuturnya, yaitu
Dio dan Herman. Jika dikaitkan dengan skala untung-rugi, tuturan Tasya tersebut
memberikan kerugian kepada petuturnya. Tuturan Tasya menyuruh petuturnya untuk bertanding, yang berarti akan saling menyakiti. Tuturan yang
memberikan kerugian kepada petuturnya seperti tuturan Tasya tersebut termasuk tuturan yang tidak santun. Selain itu, jika dilihat dari skala
keopsionalan, tuturan tersebut tidak memberikan pilihan kepada petuturnya. Dio dan Herman sebagai petutur tidak diberi kesempatan untuk memilih oleh
Tasya. Tuturan semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun. Kemudian, bila dikaitkan dengan skala ketaklangsungan, tuturan Tasya tersebut termasuk
tuturan yang bersifat langsung. Hal tersebut dapat dilihat dari tuturannya, yaitu untuk menyuruh petuturnya, Tasya menggunakan tuturan imperatif. Tuturan
yang bersifat langsung semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun. Terdapat tuturan-tuturan lain yang juga mengandung pelanggaran
terhadap maksim kearifan. Data yang menunjukkan pelanggaran terhadap submaksim pertama maksim kearifan ialah data nomor 10, 12, 14, 17, 19, 43,
45, 50, 53, 55, 59, 65, 67, 68, 70, 71, 72, 73, 82, 83, 84, 88, 90, 100, 102, 111, 113, dan 120. Dari kesemua data tersebut dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu penutur memperbanyak kerugian kepada orang kedua dan penutur memperbanyak kerugian kepada orang ketiga. Data yang
menunjukkan penutur memberi kerugian kepada orang kedua adalah data nomor 10, 12, 17, 19, 50, 70, 71, 72, 73, 82, 83, 88, 90, 100, 111, dan 120.
commit to user 43
Tuturan yang memberikan kerugian kepada orang ketiga, yaitu orang yang tidak ikut dalam percakapan tetapi dibicarakan dalam percakapan tersebut,
terdapat pada data nomor 14, 43, 45, 59, 65, 67, 68, 84, 102, dan 113. Selain pelanggaran terhadap submaksim pertama, ditemukan juga
pelanggaran terhadap submaksim kedua, yaitu terlihat pada data nomor 32, 47, dan 58. Pelanggaran terhadap submaksim kedua maksim kearifan tersebut
dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa penutur berusaha untuk mengurangi keuntungan orang kedua.
2. Maksim Kedermawanan