Kesantunan Berbahasa Teori Kesantunan Brown dan Levinson

commit to user 16 struktural yang sederhana, yaitu menjadi 3 kalimat dasar. Terdapat hubungan antara 3 bentuk struktural deklaratif, interogratif, imperatif dan tiga fungsi komunikasi umum pernyataan, pertanyaan, perintahpermohonan Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 95. Apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 95- 96. Bentuk interogatif yang digunakan untuk membuat suatu pertanyaan disebut tindak tutur langsung, sedangkan bentuk interogatif yang digunakan untuk membuat suatu perintah disebut tindak tutur tidak langsung. Tuturan „Apa kau bisa mengerjakannya?‟, digunakan untuk menanyakan kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, merupakan tindak tutur langsung. Akan tetapi, jika tuturan tersebut ditanyakan ibu kepada anaknya, misalnya dalam hal membuang sampah, maka merupakan tindak tutur tidak langsung. Hal tersebut karena sebenarnya sang ibu ingin menyuruh anaknya untuk membuang sampah, tetapi dengan tuturan yang berbentuk interogatif.

5. Kesantunan Berbahasa

Dalam pertukaran tuturan peserta tutur tidak hanya menghormati prinsip-prinsip kerja sama sebagaimana diajukan oleh Grice 1975 tetapi juga mengindahkan prinsip-prinsip kesopanan Nadar, 2008:28. Leech dalam Nadar, 2008: 28 berpendapat bahwa prinsip kerja sama yang ditawarkan ol;eh Grice 1975 tidak selalu dapat menjawab pertanyaan mengapa dalam suatu pertuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang tidak langsung commit to user 17 untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan, sehingga tidak mengindahkan maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice tersebut. Linguis-linguis yang berteori tentang ilokusi tidak langsung adalah Gordon dan Lakoff 1971 dengan Conversational Postulates dan Sadock 1974 dengan Extended Performative Hypothesis Asim Gunarwan, 1992: 183. Mereka menelaah, tetapi tidak berteori, tentang ilokusi tidak langsung itu dalam kaitannya dengan kesantunan berbahasa. Linguis yang mengaitkan dan berteori tentang kedua hal itu adalah Brown dan Levinson 1978 dan Leech 1983 Asim Gunarwan, 1992: 183.

6. Teori Kesantunan Brown dan Levinson

Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson 1978 berkisar atas nosi muka face. Semua orang yang rasional mempunyai muka tentunya dalam arti kiasan dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dihormati, dan sebagainya Asim Gunarwan, 1992: 184. Muka di dalam pengertian kiasan ini dikatakan terdiri atas dua wujud, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif mengacu ke citra diri seseorang bahwa segala yang berkaitan dengan dirinya itu patut dihargai yang kalau tidak dihargai, orang yang bersangkutan dapat kehilangan mukanya. Muka negatif merujuk ke citra diri seseorang yang berkaitan dengan kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemauannya yang kalau dihalangi, orang yang bersangkutan dapat kehilangan muka Asim Gunarwan, 2007: 105. Kesantunan yang dimaksudkan untuk menjaga muka positif disebut kesantunan positif kesantunan afirmatif dan kesantunan yang dimaksudkan untuk menjaga muka negatif disebut kesantunan negatif kesantunan commit to user 18 deferensial. Kesantunan positif mengacu ke strategi bertutur dengan cara menonjolkan kedekatan, keakraban, hubungan baik diantara penutur dan petutur. Kesantunan negatif merujuk ke strategi bertutur yang menunjukkan adanya jarak sosial antara penutur dan petutur Asim Gunarwan, 2007: 105. Menurut Brown dan Levinson dalam Asim Gunarwan, 2007: 106, muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak tutur tertentu. Artinya, ada tindak tutur, yang karena isi dan atau cara mengungkapkannya, menyebabkan muka terancam, apakah itu muka penutur atau petutur. Brown dan Levinson menyebut tindak tutur pengancaman muka itu face-threatening act FTA, yang menyebabkan penutur yang normal, rasional dan sehat pikiran harus memilih strategi dengan mempertimbangkan situasi atau peristiwa tuturnya, yaitu kepada siapa dia bertutur, di mana, tentang apa, untuk apa, dan sebagainya. Penutur menentukan strategi ini dengan “menghitung” tingkat keterancaman muka berdasarkan jarak sosial penutur-petutur, besarnya perbedaan kekuasaan antara keduanya, serta status relative jenis tindak tutur yang diujarkan penutur di dalam budaya yang bersangkutan. Brown dan Levinson dalam Asim Gunarwan, 2007: 106 mengatakan bahwa ada empat strategi utama untuk mengutarakan maksud itu, ditambah satu strategi, yaitu strategi lebih baik tidak bertutur. Tergantung pada derajat keterancamannya, kelima strategi itu berturut-turut adalah: 1 bertutur secara terus terang tanpa basa-basi bald on record; 2 bertutur dengan menggunakan kesantunan positif; 3 bertutur dengan menggunakan kesantunan negatif; 4 bertutur dengan cara samar-samar atau tidak commit to user 19 transparan off record ; dan 5 bertutur “di dalam hati” dalam arti penutur tidak mengujarkan maksud hatinya.

7. Prinsip Kesantunan Leech