Maksim Kesepakatan Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Acara OVJ

commit to user 55

5. Maksim Kesepakatan

Maksim kesepakatan terdiri dari dua submaksim , yaitu “a usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin dan b usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin.” Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan ini juga banyak terjadi, salah satunya ialah pada contoh berikut ini. [16] Latar : Sebuah ruangan Peserta : Kok Rata dan Kenji Tujuan : Memberikan mic pada Kok Rata bagi Kenji Kunci : Santai Percakapan: Kok Rata : Ini buat apaan? Kenji : Mic, mic. Kok Rata : Mic beginian? Kenji : Itu yang terbaru, modelnya. Kok Rata : Ini poci Ndre. Kenji : Pura-puranya mic. Tuh dah keluar tuh. 18OVJTrans71 Februari 2010 Pada percakapan [16] terdapat pelanggaran terhadap maksim kesepakatan, terutama submaksim pertama karena penutur memiliki ketaksepakatan dengan petutur. Pelanggaran tampak pada tuturan Kok Rata “Ini poci Ndre”, yang termasuk dalam tindak tutur asertif. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur asertif karena penutur menyatakan sesuatu. Penutur mengujarkan sesuatu yang menunjukkan ketaksepakatannya dengan petutur. Penutur tidak setuju dengan apa yang dikemukan oleh petutur bahwa benda yang diberikan kepada penutur adalah sebuah mic. Penutur tidak mau berpura-pura untuk menganggap poci sebagai mic, maka penutur menyatakan ketaksepakatannya. Contoh lain pelanggaran terhadap maksim kesepakatan terdapat pada percakapan berikut. commit to user 56 [17] Latar : Sebuah hutan Peserta : Qodir, Hartinah,Dalang, dan Ghozali Tujuan : Mengajarkan jurus bagi Qodir Kunci : Santai Percakapan: Qodir : Saya latih, tenang saja. Ikuti saya. Sebelumnya, kamu harus pake ini. Ghozali : Ok. Qodir : Nambah energi. Hajar kanan. Ghozali : Hajar kanan. Qodir : Hajar kiri. Ghozali : Hajar kiri. Dalang : Nah gitu, iya gitu. Qodir : Dorong depan. Dalang : Na, iya. Qodir : Tarik nafas, buang. Itu pingsan semua. Makan pete dulu, jengkol. Paduan pete dan jengkol. Hartinah : Akan pingsan semua. Ghozali : Itu berarti bukan jurus. Ngapain musti kanan-kiri kanan-kiri? Makan aja pete, udah langsung mati orang. 76OVJTrans74 Februari 2010 Pada percakapan [17] terdapat pelanggaran terhadap maksim kesepakatan, terutama terhadap submaksim pertama karena penutur tidak memiliki kesepakatan dengan petutur. Pelanggaran maksim kesepakatan terlihat pada tuturan Ghozali, “Itu berarti bukan jurus.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur mengemukakan pendapatnya. Qodir sedang mengajari Ghozali sebuah jurus. Setelah selesai diajari oleh Qodir, Ghozali menuturkan “Itu berarti bukan jurus”. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa Ghozali tidak memiliki kesepakatan dengan Qodir. Penutur tidak sepakat dengan Qodir bahwa apa yang sudah diajarkannya adalah sebuah jurus. Menurut penutur, apa yang diajarkan oleh Qodir bulanlah sebuah jurus. Hal tersebut karena menurut penutur, semua orang, asal makan petai kemudian menghembuskan nafas, dapat melumpuhkan musuhnya. Penutur sangat tidak sepakat dengan Qodir tentang jurus yang diajarkannya. commit to user 57 Tuturan yang menunjukkan ketaksepakatan dengan orang lain, seperti yang terlihat pada tuturan Ghozali tersebut sangat bertentangan dengan submaksim pertama maksim kesepakatan, untuk mengusahakan agar ketaksepakatan diri dengan lain terjadi sesedikit mungkin. Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan juga terlihat pada percakapan berikut. [18] Latar : Panggung hiburan Peserta : Dalang dan Rudi Tujuan : Menjelaskan bagi Dalang Kunci : Santai Percakapan: Dalang : Di sini akhirnya Lestari mengingatkan e, apa namanya? Rencana mereka semua, yaitu memberikan bantuan kepada ibunya. Di mana untuk melunasi hutang kepada rentenir. Pada niat semula, mengingatkan. Rudi : Ya sudah, lebih baik kita bantu. Dalang : Belum, belum sudah. Kalo sudah, abis dong. 103OVJTrans76 Februari 2010 Pada percakapan [18] terdapat pelanggaran terhadap maksim kesepakatan, khususnya terhadap submaksim pertama karena penutur tidak memiliki kesepakatan dengan petutur. Pelanggaran maksim kesepakatan terlihat pada tuturan Dalang, “Belum, belum sudah. Kalo sudah, abis dong. ”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan pendapatnya. Tuturan Dalang tersebut menunjukkan bahwa dia tidak memiliki kesepakatan dengan apa yang dituturkan oleh Rudi. Dalang membacakan narasi, kemudian Rudi menyanggupi apa yang dinarasikan oleh Dalang dengan menuturkan “Ya sudah, lebih baik kita bantu.”. Mendengar tuturan Rudi tersebut, Dalang pun menanggapi dengan “Belum, belum sudah. Kalo commit to user 58 sudah, abis dong. ”. Penutur Dalang tidak sepakat dengan Rudi, khususnya mengenai tuturan „sudah‟. Di sini terlihat penutur berusaha mencari-cari sesuatu untuk tidak memiliki kesepakatan dengan petutur. Penutur menyatakan bahwa yang dituturkan petutur salah, seharusnya belum sudah karena jika sudah maka ceritanya berakhir. Apa yang dituturkan oleh Rudi sebenarnya sudah benar, tetapi memang Dalang yang ingin mencari sesuatu untuk tidak sepakat dengan Rudi. Hal tersebut sangat bertentangan dengan submaksim pertama maksim kesepakatan, karena memaksimalkan ketaksepakatan dengan mitra tutur. Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan hanya meliputi satu submaksim, yaitu submaksim pertama. Selain ketiga data yang telah dijelaskan sebelumnya, data lain yang melanggar submaksim pertama maksim kesepakatan adalah data nomor 28, 33, 40, 64, dan 77. Dari kelima data tersebut, dapat dikatakan kelimanya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa penutur menyatakan ketidaksepakatannya dengan orang kedua.

6. Maksim Simpati