26 bipolar dengan lima buah titik. Skala bipolar adalah skala yang berlawanan seperti
baik-buruk, penting-tidak penting, bersih-kotor, dan sebagainya. Alternatif jawaban misalnya, nilai 5 untuk ”sangat bersih”, nilai 4 untuk “ bersih”, nilai 3
untuk “biasa saja”, nilai 2 untuk “kotor”, nilai 1 untuk “sangat kotor” Nazir, 1988.
4.4.2. Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Program Normalisasi Sungai Krukut
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai ganti rugi WTA yang bersedia diterima masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tersebut. Pendekatan CVM akan digunakan untuk mengetahui nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini. Walaupun yang menjadi objek dari WTA adalah
lahan yang memiliki harga pasar, namun belum ada standar atau rumus mengenai penentuan nilai ganti rugi yang bersedia diterima sehingga dalam penelitian ini
menggunakan metode WTA. Pendekatan CVM dalam penelitian ini terdiri dari enam tahap Hanley dan Spash 1993, yaitu:
1. Membangun Pasar Hipotesis
Pasar hipotesis dalam penelitian ini dibentuk atas dasar kondisi Sungai Krukut yang sangat buruk. Indikatornya adalah telah terjadinya penyempitan dan
pendangkalan. Hal ini menyebabkan ketika terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi, maka sungai tidak mampu menampung dan mengalirkan air
sehingga akan meluap membanjir pemukiman sekitar. Salah satu wilayah yang lalui oleh Sungai ini adalah Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang. Kedua
kelurahan ini sangat rentan terkena banjir dikarenakan kondisi sungai yang buruk dan ditambah kondisi topografi yang rendah. Banjir yang sering terjadi
menyebabkan banyak kerugian sosial dan ekonomi seperti, kerusakan barang-
27 barang rumah tangga, kerusakan pada tempat tinggal, terganggunya pekerjaan,
dan lain-lain. Kedua kelurahan ini pun termasuk pusat perekonomian di Jakarta Selatan. Banyak terdapat perkantoran, pertokoan, dan aktifitas ekonomi
lainnya. Sungai yang dahulu berfungsi sebagai sumber kehidupan, telah berubah menjadi sumber bencana. Solusi yang akan dilakukan Pemprov DKI
Jakarta sebagai upaya perbaikan kualitas lingkungan adalah dengan menormalisasi Sungai Krukut. Normalisasi dilakukan untuk menciptakan
kondisi sungai yang baik, bersih, dan tidak lagi menyebabkan banjir yang dapat merugikan masyarakat sekitar.
Pasar hipotetik dengan terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan pernyataan mengenai kondisi lingkungan khususnya kondisi sungai yang
banyak menyebabkan eksternalitas negatif bagi kehidupan mereka. Selanjutnya, pasar hipotesis dibentuk dalam skenario sebagai berikut:
“Agar terciptanya perbaikan kualitas lingkungan khususnya kondisi Sungai Krukut, maka Pemprov DKI Jakarta akan memberikan ganti rugi kepada
masyarakat yang tempat tinggalnya tergusur akibat program normalisasi. Melalui program ini diharapkan sungai dapat mengalirkan air dengan baik dan
akan mengurangi resiko terjadinya banjir yang dapat menyebabkan kerugian sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti
akan menanyakan apakah masyarakat bersedia untuk menerima kebijakan tersebut dan berapa besarnya dana kompensasi yang sebenarnya bersedia
diterima masyarakat.”
28
2. Memperoleh Nilai Tawaran