Jarak Tempat Tinggal Kepemilikan Surat Tanah Jenis Bangunan

5.4.7. Jarak Tempat Tinggal

Normalisasi Sungai Kr di sepanjang sungai. Berdasa tinggal antara 0-8 m dari ping dari bantaran sungai. Warga yan melakukan penimbunan oleh penyebab sungai menjadi men jarak tempat tinggal dengan pin Sumber: Data primer diolah Gambar 9. Sebaran Respon Sungai Krukut di Tahun 2011

5.4.8. Kepemilikan Surat Tanah

Surat keterangan kep masyarakat. Kepemilikan surat tanah dan bangunannya oleh pem 66 responden yang memilik 34 responden tidak memili yang dimiliki responden bera sertifikat. 42 18 ggal dengan Sungai Krukut akan menyebabkan tergusurnya tempat tinggal Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap warga ya pinggir sungai, sebesar 42 tinggal pada jarak 2.1-4 a yang tinggal 0-1.5 m dari bantaran sungai rata-ra oleh tanahbatuan. Hal ini merupakan salah sat menyempit. Persentase jumlah responden berdasark pinggir sungai dapat dilihat pada Gambar 9. onden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Dari Krukut di Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Tanah kepemilikan tanah sangatlah penting dimiliki oleh surat keterangan berfungsi dalam proses ganti ru oleh pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara sebany liki surat keterangan kepemilikan tanah dan sebany iliki surat keterangan tanah. Surat kepemilikan tan beragam, mulai dari girik, segel, akta jual beli, d 34 42 6 0-2 m 2,1-4 m 4,1-6 m 6,1-8 m ggal yang 4 m rata satu asarkan oleh rugi banyak banyak anah dan 46

5.4.9. Jenis Bangunan

Jenis bangunan rumah di lokasi penelitian beragam, mulai non- permanen, semi permanen, dan permanen. Pengkategorian jenis bangunan sangatlah penting karena berpengaruh terhadap nilai ganti rugi yang diberikan pemerintah. Sesuai dengan Perpres No.36 Tahun 2005 pasal 12, menyatakan bahwa ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda lain yang berkaitan dengan tanah. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 76 berupa rumah permanen dan 24 berupa rumah semi permanen. 47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Mengkaji Gambaran Desain dan Manfaat Normalisasi Sungai

Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang sering dilanda banjir. Penanganan banjir tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi harus menyeluruh mulai dari hulu sampai hilir. Hal ini karena banjir tersebut umumnya disebabkan oleh berbagai aspek. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 10. Sumber: Kodoatie dan Sjarief 2008 Gambar 10. Ilustrasi Proses Terjadinya Banjir Proses terjadinya banjir di Jakarta umumnya dimulai dari terjadi hujan di daerah hulu 1. Hujan yang jatuh di hutan yang masih baik 2, maka run-off semakin kecil. Hujan yang jatuh di daerah hutan yang sudah gundul 3, maka run-off semakin besar dan mengakibatkan erosi yang akhirnya menyebabkan sedimentasi di sungai. Sedimentasi menyebabkan sungai semakin dangkal, sehingga dapat menyebabkan daya tampung menurun dan terjadilah banjir 4. Sungai 5a terjadi peningkatan debit dan sedimen yang relatif kecil karena daerah aliran sungai DAS masih hutan. Sungai 5b terjadi peningkatan debit dan sedimen yang besar