Mengevaluasi Penggunaan CVM Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Program Normalisasi Sungai Krukut

30

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Hal ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Tahap ini memerlukan pendekatan severapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat keandalan realibility fungsi WTA. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat R squared dari model Ordinary Least Square OLS 4.4.3. Analisis Fungsi Willingness to Accept Analisis fungsi Willingness to Accept digunakan model regresi linier berganda. Fungsi persamaan sebagai berikut: LnWTA = β +β 1 LnX 1 +β 2 LnX 2 +β 3 LnX 3 +β 4 LnX 4 +β 5 LnX 5 +β 6 LnX 6 +β 7 D 1 + β 8 D 2 + ε i …………………………………………………….. 4.4 Estimasi parameter yang diharapkan adalah β 0, β 1, β 3, β 5, β 6, β 7, β 8 dan β 4, β 2 dimana: LnWTA i = nilai WTA responden Rpm 2 β = konstanta β 1,…, β 8 = koefisien regresi LnX 1 = luas lahan yang terkena normalisasi m 2 LnX 2 = jarak lahantempat tinggal ke sungai m LnX 3 = lama tinggal tahun LnX 4 = pendapatan rupiahbulan LnX 5 = tingkat pendidikan tahun LnX 6 = jumlah tanggungan orang D1 = status kepemilikan lahan bernilai 1 untuk “lahan milik” dan bernilai 0 untuk “lahan bukan milik” 31 D 2 = jenis bangunan bernilai 1 untuk “permanen” dan bernilai 0 untuk “semi permanen” i = responden ke i i=1,2,3,… ε = galat Variabel yang diduga berbanding lurus dengan nilai WTA adalah variabel luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama tinggal, status kepemilikan lahan, jenis bangunan, yang terkena normalisasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut memiliki pengetahuan yang tinggi dengan kerugian yang akan dialami dan harus diganti dengan nilai yang layak dan dapat menutupi semua kerugian yang dialami. Jumlah tanggungan terkait dengan banyaknya anggota keluarga yang harus menanggung dampak dari penggusuran lahantempat tinggalnya. Semakin tinggi jumlah tanggungan maka semakin tinggi pula nilai ganti rugi yang diharapkan. Hal yang sama juga dengan lama tinggal, semakin lama seseorang tinggal di daerah tersebut maka akan semakin tinggi nilai kompensasi yang diharapkan. Hal ini terkait dengan faktor ekonomi dan sosialnya. Status kepemilikan lahan akan berpengaruh positif terhadap nilai WTA, jika status lahan responden merupakan hak milik maka nilai ganti rugi yang diminta responden akan lebih tinggi. Luas lahan pun berpengaruh positif terhadap nilai WTA. Semakin luas lahan yang tergusur maka nilai ganti rugi yang diminta akan semakin tinggi. Jenis Bangunan akan berpengaruh positif terhadap nilai WTA, jika jenis bangunan permanen maka nilai ganti rugi yang diharapkan semakin besar. Varibel yang diduga berpengaruh negatif terhadap nilai WTA adalah jarak lahantempat tinggal dengan sungai dan pendapatan. Semakin dekat jarak 32 lahantempat tinggal dengan sungai maka nilai kompensasi yang diinginkan semakin tinggi. Pendapatan responden diduga berpengaruh negatif, berarti semakin tinggi pendapatan responden maka nilai kompensasi yang diinginkan pun relatif lebih rendah.

4.5. Pengujian Parameter