32 lahantempat tinggal dengan sungai maka nilai kompensasi yang diinginkan
semakin tinggi. Pendapatan responden diduga berpengaruh negatif, berarti semakin tinggi pendapatan responden maka nilai kompensasi yang diinginkan pun
relatif lebih rendah.
4.5. Pengujian Parameter
Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan melalui pengujian secara statistik. Uji yang dilakukan adalah:
1. Uji Kenormalan Regresi linear normal klasik mengasumsikan bahwa tiap sisaan εi terdistribusi
secara normal dengan Eεi = 0 dan Var Eεi = σ
2
untuk i. Dengan asumsi kenormalan, distribusi probabilitas penaksir OLS dengan mudah diperoleh
karena merupakan sifat distribusi normal bahwa setiap fungsi linear dari variabel-variabel yang didistribusikan secara normal dengan sendirinya
didistribusikan secara normal. Hal ini akan ditunjukan bahwa asumsi kenormalan εi, penaksir OLS β
dan β
1
juga terdistribusi secara normal Gujarati 2006.
2. Uji Keandalan Uji ini dilakukan dengan melihat nilai R-squares R
2
dari OLS Ordinary Least Square WTA. R-squares menggambarkan persen keragaman peubah-
peubah bebas yang dapat dijelaskan oleh model. 3. Uji Terhadap Kolinearitas Ganda Multicolinearity
Model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah multicolinerity, yaitu terjadinya koelasi yang kuat antara peubah-peubah
bebas. Masalah multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output
33 komputer, apabila nilai VIF Varian Inflation factor 10 maka tidak ada
masalah multicolinearity. Adanya, multikolinearitas berimplikasi bahwa sangat sedikit data dalam sample yang nilai peubah bebas lainnyayang
berpasangan kemungkinan akan berubah juga sesuai arah kolinearitasnya. 4. Uji Heteroskedastisitas
homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap pengamatan pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas.
Masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai
absolute residualnya Gujarati 2006. Jika nilai signifikan dari hasil uji Glejser lebih besar dari α 5 maka tidak terdapat heteroskedastisitas dan
sebaliknya.
34
V. GAMBARAN UMUM
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan
sungai yang akan segera di normalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Program ini merupakan program lanjutan setelah pada tahun 2009
dilakukan di bagian Sungai Krukut di Kelurahan Rawa Barat. Kelurahan Petogogan merupakan salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Secara administratif Kelurahan Petogogan berbatasan dengan Kelurahan Rawa Barat di sebelah utara, Kelurahan
Melawai di sebelah barat, Kelurahan Pulo di sebelah selatan, dan Kelurahan Pela Mampang di sebelah timur.
Kelurahan Pela Mampang merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Secara administratif Kelurahan
Pela Mampang berbatasan dengan jalan Kapten Tendean di sebelah utara, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pulo di sebelah barat, Kelurahan Bangka di
sebelah selatan, dan Kelurahan Mampang Prapatan di sebelah timur. Secara geografis Kelurahan Petogogan memiliki luas 86.32 ha yang terdiri
dari 6 RW dan 76 RT sedangkan Kelurahan Pela Mampang memiliki luas 162.32 ha yang terdiri 14 RW dan 157 RT. Kedua kelurahan ini sering dilanda banjir
ketika hujan dengan intensitas tinggi. Terutama RW 01, 02, 03 di Kelurahan Petogogan dan RW 05, 07, 11 di Kelurahan Pela Mampang. Keenam RW tersebut
berada di sepanjang Sungai Krukut dengan jarak 0,5-100 m dari tepi sungai dan