Mengkaji Gambaran Desain dan Manfaat Normalisasi Sungai

47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Mengkaji Gambaran Desain dan Manfaat Normalisasi Sungai

Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang sering dilanda banjir. Penanganan banjir tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi harus menyeluruh mulai dari hulu sampai hilir. Hal ini karena banjir tersebut umumnya disebabkan oleh berbagai aspek. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 10. Sumber: Kodoatie dan Sjarief 2008 Gambar 10. Ilustrasi Proses Terjadinya Banjir Proses terjadinya banjir di Jakarta umumnya dimulai dari terjadi hujan di daerah hulu 1. Hujan yang jatuh di hutan yang masih baik 2, maka run-off semakin kecil. Hujan yang jatuh di daerah hutan yang sudah gundul 3, maka run-off semakin besar dan mengakibatkan erosi yang akhirnya menyebabkan sedimentasi di sungai. Sedimentasi menyebabkan sungai semakin dangkal, sehingga dapat menyebabkan daya tampung menurun dan terjadilah banjir 4. Sungai 5a terjadi peningkatan debit dan sedimen yang relatif kecil karena daerah aliran sungai DAS masih hutan. Sungai 5b terjadi peningkatan debit dan sedimen yang besar 48 karena hutan sudah gundul. Ketika hujan jatuh di pemukiman dan industri, maka run-off besar tetapi sedimen kecil 6. Hal ini menyebabkan terjadi banjir 7 dari 6 dan 5b. Banjir di perkotaan 8 terjadi akibat kota sudah berkembang pesat dan tata guna lahan telah berubah, seperti pemukiman kumuh di bantaran sungai, pembangunan gedung-gedung bertingkat, dan alih fungsi kawasan terbuka hijau. Banjir di 8 akan semakin parah ketika dipengaruhi pasang surut air laut 9. Salah satu wilayah di DKI Jakarta yang sering dilanda banjir adalah Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang. Hal ini diduga karena kondisi Sungai Krukut yang melintas di dua kelurahan tersebut telah memburuk ditandai dengan penyempitan dan pendangkalan. Hal ini menyebabkan menurunnya daya tampung sungai dan terganggunya aliran sungai. Oleh karena itu, pemerintah DKI Jakarta berencana akan melakukan normalisasi Sungai Krukut dalam upaya penanganan banjir. Desain normalisasi Sungai Krukut dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber: BBWS Ciliwung-Cisadane Gambar 11. Desain Normalisasi Sungai Krukut Sungai Krukut rencananya akan dilebarkan sebesar 20 m dan dilakukan pengerukan hingga kedalamanya mencapai ± 3 m. Kondisi sungai saat ini memiliki lebar 3-5 m dan kedalaman kurang dari 2 m. Hal ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan banjir yang sering melanda Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang. Normalisasi ini akan meningkatkan daya tampung air hujan dengan intensitas tinggi dan diharapkan dengan cepat air dapat dialirkan sampai ke laut sehingga potensi banjir dapat dikurangi. Proses normalisasi salah satunya adalah melakukan pelebaran sungai sebesar 20 m. Rencananya pinggiran sungai akan ditembok hingga menyerupai tanggul. Hal ini dibuat karena topografi di Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang relatif rendah. Berikut ini desain potongan penampang normalisasi Sungai Krukut dapat dilihat pada Gambar 12. Sumber: BBWS Ciliwung-Cisadane Ket: A = Tanggulpinggiran sungai B = Permukaan tanah eksisting C = Permukaan air saat banjir Gambar 12. Desain Potongan Penampang Sungai Krukut di Kelurahan Petogogan dan Pela mampang Terlihat pada Gambar 12, “C” menunjukan permukaan air saat banjir terjadi di Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang. Banjir terjadi karena muka air “C” berada melebihi permukaan tanah eksisting “B” bantaran sungai, sehingga A C B 50 dibutuhkan tanggul “A” agar air tidak meluap dan membanjiri pemukiman sekitar. Hal ini menyebabkan warga yang tinggal di bantaran sungai “B” akan tergusur. Sungai Krukut yang melintas di Kelurahan Rawa Barat telah di normalisasi pada tahun 2009. Kelurahan ini berada di sebelah utara Kelurahan Petogogan. Berdasarkan wawancara dengan beberapa warga Rawa Barat, sebelum dilakukan normalisasi wilayah mereka sering dilanda banjir akan tetapi setelah dinormalisasi tidak lagi terjadi banjir. Manfaat dari normalisasi sungai ini telah dirasakan oleh masyarakat, mereka tidak lagi khawatir daerah mereka terkena banjir yang menyebabkan kerugian sosial dan ekonomi. Sungai Krukut yang telah dinormalisasi dapat dilihat pada Gambar 13. a b Sumber: Data Primer Gambar 13. a. Sungai Krukut Sebelum di Normalisasi, b. Sungai Krukut Setelah di Normalisasi di Kelurahan Rawa Barat Dapat dilihat pada Gambar 13a lebar Sungai Krukut hanya 3-5 m, sedangkan pada Gambar 13b Sungai Krukut telah dilebarkan menjadi 20 m. Menurut Kodoatie dan Sjarief 2008, pelebaran atau pengerukan sungai hampir linear dengan debit. Ketika sungai di lebarkan menjadi dua kali, maka debitnya meningkat dua sampai empat kali. Sungai Krukut dilebarkan tiga sampai empat 51 kali. Hal ini tentunya akan meningkatkan kapasitas daya tampung sungai dan dengan cepat dialirkan ke laut. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menciptakan Jakarta bebas banjir. Manfaat ekonomi yang akan timbul dengan adanya normalisasi yaitu, terbebasnya kedua kelurahan tersebut dari banjir yang biasa diakibatkan curah hujan. Hal ini tentunya menyebabkan hilangnya biaya-biaya yang biasanya dikeluarkan ketika banjir terjadi seperti, biaya pembersihan, biaya perbaikan rumah, dan lain-lain. Selain itu, kerugian lain yang dapat dikurangi seperti, kerugian waktu time cost karena tidak dapat beraktivitas, biaya untuk berobat, dan semua hal yang dapat menurunkan produktivitas manusia. Oleh karena itu, dengan adanya normalisasi diharapkan aktivitas sosial ekonomi khususnya di Jakarta Selatan tidak terganggu lagi, sehingga masyarakat tidak lagi resah dan merasa nyaman. Manfaat lain yang timbul dari adanya normalisasi, tentunya perbaikan kualitas sungai. Kondisi sungai menjadi lebih baik dalam menjalankan fungsi utamanya yaitu mengalirkan air ke laut. Aliran air tidak terganggu lagi setelah adanya pengerukan dan pelebaran sungai. Kondisi lingkungan pemukiman pun akan menjadi lebih baik, bersih, dan sehat karena tidak lagi terkena banjir. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 pasal 7, yang menyatakan bahwa sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan manfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan. 52

6.2. Persepsi Masyarakat Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang