Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai

62 4. Menentukan Total WTA Agregating Data Hasil perhitungan total WTA dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA responden sebesar Rp 24 279 400 000. Namun, untuk nilai total WTA di dua kelurahan tersebut belum dapat di estimasi karena data jumlah KK dan luas total tanah yang akan tergusur belum tersedia. Proses ini sedang dilakukan inventarisasi oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta dan Panitia Pengadaaan Tanah P2T. Tabel 9. Total WTA Responden di Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang Tahun 2011 No Nilai WTA Rpm 2 Frekuensi Luas tanah m 2 Total Rp 1 1 400 000 1 6 8 400 000 2 1 500 000 2 23 69 000 000 3 1 600 000 2 37 118 400 000 4 1 700 000 2 38 129 200 000 5 1 800 000 6 162 1 749 600 000 6 1 900 000 5 172 1 634 000 000 7 2 000 000 6 155 1 860 000 000 8 2 100 000 2 90 378 000 000 9 2 200 000 2 73 321 200 000 10 2 300 000 5 142 1 633 000 000 11 2 400 000 7 290 4 872 000 000 12 2 500 000 7 592 10 360 000 000 13 2 600 000 3 147 1 146 600 000 Jumlah sampel 50 1927 24 279 400 000 Sumber: Data primer diolah

6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai

Willingness To Accept Pengolahan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA dalam penelitian ini dengan memasukan beberapa variabel bebas. Variabel yang dimasukan kedalam model yaitu, luas lahan yang akan terkena normalisasi X1, jarak tempat tinggal ke pinggir sungai X2, pendapatan per bulan X4, 63 pendidikan X5, jumlah tanggungan X6, dummy status kepemilikan lahan D1, dan dummy jenis bangunan permanensemi permanen D2. Namun, setelah dilakukan pengolahan data maka didapat model yang terbaik secara ekonomi dan statistik yaitu hanya variabel X1, X2, X4, X5, D1, dan D2 yang dimasukan kedalam model. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, maka didapat model untuk faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA responden. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengeruhi nilai WTA dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTA Varibel Koefisien P-value VIF C 13.557 0.000 X1 0.088 0.000 1.503 X2 0.073 0.001 2.448 X4 -0.035 0.490 3.062 X5 0.096 0.039 1.751 D1 0.159 0.000 1.423 D2 0.074 0.006 1.967 R squared 90.3 Adjusted R squared 88.9 Ket: nyata dalam taraf nyata 5 Sumber: Data primer diolah Berikut model hasil analisis regresi berganda yang merupakan fungsi nilai WTA: LnWTA = 13.557 + 0.088 LnX1 + 0.073 LnX2 – 0.035 LnX4 + 0.096 LnX5 + 0.159 D1 +0.074 D2 ………………........................................... 6.1 Nilai Adjusted R square yang dihasilkan pada model ini sebesar 88.9 , artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor penjelas dalam model ini sebesar 88.9 sedangkan sisanya 11.1 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Taraf nyata yang digunakan dalam model ini adalah 5 . Variabel bebas yang berpengaruh pada kesediaan menerima adalah luas tanah yang terkena normalisasi, jarak rumah dengan sungai, pendidikan, dummy status kepemilikan tanah, dan dummy jenis bangunan. Masing-masing variabel ini 64 memiliki P-value 0.000, 0.001, 0.039, 0.000, dan 0.006. Semua variabel tersebut memiliki P-value 0.05. Hal ini menyatakan bahwa kelima variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap nilai WTA pada taraf α = 5 , atau dengan kata lain kelima variabel bebas berpengaruh nyata pada tingkat selang kepercayaan 95 . Model yang dihasilkan dari analisis regresi berganda tersebut telah diuji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Uji autokorelasi tidak perlu dilakukan karena dilihat dari datanya yaitu termasuk cross section. Pemeriksaan asumsi sisaan menyebar normal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada output SPSS 15 dengan melihat Asymp. Sig 2-tailed menunjukan nilai 0.946 Lampiran 3. Nilai tersebut berada di atas 0.05, hal ini menunjukan bahwa galat menyebar normal. Pemeriksaan asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser. Hasil uji Glejser menunjukan nilai 1.00 taraf nyata α 5 . Berdasarkan hasil ketiga uji tersebut, tidak diperoleh pelanggaran. Pemeriksaan asumsi untuk menguji masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada Tabel 10 menunjukan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh VIF10 Lampiran 3. Hal ini mengindikasikan tidak terjadinya pelanggaran multikolinearitas. Beberapa variabel yang secara nyata dan tidak nyata berpengaruh terhadap nilai WTA responden adalah sebagai berikut: 1. Luas tanah yang terkena normalisasi Variabel luas tanah memiliki P-value 0.000, artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA pada taraf nyata 5 . Koefisien positif + berarti bahwa ada hubungan positif antara luas lahan yang terkena normalisasi dengan besarnya nilai WTA yang diharapkan responden. Artinya diduga semakin besar luas tanah yang terkena normalisasi maka nilai WTAganti 65 rugi yang diharapkan responden cenderung semakin besar. Nilai WTA mencerminkan semakin besar tanah yang harus dikorbankan oleh responden untuk kepentingan umum. Selain itu, semakin besar tanah responden yang terkena dampak normalisasi semakin besar peluang responden kehilangan tempat tinggalnya. Hasil penelitian Sadikin 2009, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pemukiman adalah luas lahan, luas bangunan, total penerimaan, dan biaya operasional. Koefisien variabel luas lahan yang terkena normalisasi sebesar 0.088 memiliki arti bahwa setiap peningkatan 1 tanah yang terkena normalisasi maka diduga akan meningkatkan WTA sebesar 0.088 , cateris paribus. 2. Jarak rumahtempat tinggal dengan sungai Variabel jarak rumah dengan sungai memiliki P-value 0.001, artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA pada taraf nyata 5 . Variabel ini memiliki koefisien positif +, berarti terdapat hubungan positif antara jarak rumah ke sungai dengan nilai WTA yang diharapkan responden. Artinya semakin jauh jarak rumah dengan sungai maka semakin tinggi nilai WTAganti rugi yang diharapkan responden. Hal ini karena warga yang tinggal semakin jauh dari sungai cenderung tidak ingin rumahnya tergusurmasuk dalam rencana normalisasi bila dibandingkan dengan warga yang rumanhya sangat dekat dengan sungai. Sungai Krukut rencananya akan dilebarkan 20 m bila seandainya lebar sungai awal 5 m, maka sisi kanan dan kiri akan dilebarkan 7.5 m. Warga yang tinggal 0 m dari sungai cenderung akan lebih rela tergusur dibandingkan dengan warga yang tinggal 7 m dari sungai, sehingga warga yang lebih jauh cenderung menginginkan nilai ganti 66 rugi yang lebih besar. Koefisien variabel jarak rumah dengan sungai sebesar, 0.073 artinya setiap peningkatan 1 jarak rumah dengan sungai maka diduga akan meningkatkan nilai WTA sebesar 0.073 , cateris paribus. 3. Pendapatan Variabel lama tinggal memiliki P-value 0.490, artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTA. Variabel pendapatan memiliki koefisien negatif -, artinya semakin tinggi pendapatan maka semakin rendah nilai WTA yang diharapkan. Nilai koefisien dari variabel pendapatan sebesar -0.035, artinya semakin tinggi pendapatan sebesar 1 maka diduga akan menurunkan nilai WTA sebesar 0.035 , cateris paribus. Variabel pendapatan diduga tidak berpengaruh nyata karena mata pencaharian di lokasi penelitian relatif sama, sehingga pendapatannya pun relatif homogen. Selain itu, pendapatan tidak berpengaruh nyata karena rata-rata semua orang baik miskin maupun kaya cenderung menginginkan ganti rugi setinggi-tingginya. Hal ini diungkapkan oleh Garrod dan Willis 1999, bahwa nilai WTA harus sama besarnya atau mendekati dengan nilai dari barang penggantinya dan pengaruh dari pendapatan itu kecil. 4. Tingkat pendidikan Variabel tingkat pendidikan memiliki P-value 0.039, artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA pada taraf nyata 5 . Nilai koefisien positif +, berarti terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan nilai WTA yang diharapkan responden. Semakin lama responden dalam mengenyam pendidikan maka semakin tinggi nilai WTA yang diharapkan. Hal ini menunjukan semakin lama seseorang dalam mengenyam pendidikan, 67 maka semakin tinggi pengetahuannya. Banyak hal yang akan responden dikorbankan untuk kepentingan umum, sehingga WTA yang diharapkan akan semakin besar. Koefisien variabel tingkat pendidikan sebesar 0.096, artinya setiap peningkatan tingkat pendidikan 1 diduga akan meningkatkan nilai WTA sebesar 0.096 , cateris paribus. 5. Status kepemilikan tanah Variabel status kepemilikan tanah dibagi dua dummy, yaitu jika responden memiliki surat kepemilikan tanah apapun jenisnya maka diberi nilai 1 dan jika sebaliknya diberi nilai 0. Variabel ini memiliki P-value 0.000, artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA pada taraf nyata 5 . Variabel status kepemilikan tanah memiliki koefisien positif + sebesar 0.159, artinya diduga rata-rata perbedaan nilai WTA antara responden yang memiliki surat kepemilikan tanah dengan yang tidak memiliki sebesar 0.159 , cateris paribus. 6. Jenis Bangunan Variabel jenis bangunan dibagi dua dummy, yaitu jika jenis bangunan rumahnya permanen diberi nilai 1 dan jika semi permanen diberi nilai 0. Variabel ini memiliki P-value 0.006, artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA pada taraf nyata 5 . Variabel jenis bangunan memiliki koefisien positif + sebesar 0.074, artinya diduga rata-rata perbedaan nilai WTA antara responden yang jenis bangunan rumahnya permanen dengan yang semi permanen sebesar 0.074 , cateris paribus. Jenis bangunan kualitas sangat mempengaruhi nilai ganti rugi. Sesuai dengan Perpres No.36 Tahun 2005 pasal 12, menyatakan bahwa ganti rugi dalam rangka pengadaan 68 tanah diberikan untuk hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda lain yang berkaitan dengan tanah. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTAganti rugi dalam normalisasi Sungai Krukut adalah luas tanah, jarak rumahtempat tinggal dengan sungai, pendapatan, pendidikan, status kepemilikan tanah, dan jenis bangunan. Menurut Sumarjono 2001, ganti rugi sebagai suatu upaya mewujudkan penghormatan kepada hak-hak dan kepentingan perseorangan yang telah dikorbankan untuk kepentingan umum, dapat disebut adil apabila hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi lebih kaya atau lebih miskin dari keadaan sebelumnya. 69

VII. KESIMPULAN DAN SARAN