3 sekitar 4,312 km² untuk mencapai kondisi yang ideal. Melihat kondisi seperti itu
harus ada upaya yang besar untuk menambah luas lahan ruang terbuka hijau. Perumahan saat ini banyak disukai masyarakat sebagai pilihan tempat
tinggal, dapat dijadikan alternatif untuk menambah lahan RTH. Penyediaan taman umum dan penanaman pohon pada jalur-jalur jalan perumahan merupakan contoh
penambahan luas RTH di perumahan. Namun, diperlukan estimasi nilai ekonomi terhadap RTH dalam perumahan agar pihak pengembang perumahan bersedia
menyediakan akses RTH yang memadai bagi para penghuni. Penghitungan ekonomi dilakukan untuk menyinkronkan harga rumah dengan fasilitas tambahan
seperti taman.
1.2 Perumusan Masalah
Kota Bogor memiliki luas lahan yang tertentu dan terbatas. Permintaan akan lahan tersebut terkait dengan perkembangan pembangunan berbagai fasilitas
perkotaan, kemajuan teknologi, industri, transportasi, permukiman dan lain-lain. Kondisi ini semakin menyudutkan keberadaan ruang terbuka hijau yang sering
dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Perkembangan pembangunan di atas telah menambah tingkat pencemaran dan ketidaknyamanan
di lingkungan perkotaan. Bentuk ketidaknyamanan dalam masyarakat antara lain, ketersediaan air tanah yang semakin menurun, peningkatan suhu di Kota Bogor
yang semakin panas, rendahnya tingkat keamanan kota, dan menurunnya kesehatan masyarakat secara fisik dan psikis.
Permukiman saat ini merupakan bagian dari faktor yang menyebabkan konversi lahan. Peta lahan hijau Kota Bogor di bawah ini menunjukan bahwa
4 bagian warna merah adalah daerah yang telah terbangun. Daerah yang terbangun
ini sebagian besar digunakan untuk permukimanperumahan. Daerah permukiman terletak di tengah dan di daerah pinggiran Kota Bogor yang banyak menggunakan
lahan hijau. Faktor tersebut menyebabkan lahan fungsi untuk ruang terbuka hijau semakin berkurang.
Sumber: Dinas Pertamanan dan Tata Kota Pemerintah Kotamadya Bogor 2004
Gambar 1.1 Peta Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Kotamadya Bogor
5 Ruang terbuka hijau juga diterapkan dalam perumahan sebagai pengganti
lahan hijau yang dikonversi. Contoh dengan disediakan taman umum atau penanaman pohon tiap rumah, namun banyak masyarakat yang belum
memanfaatkan secara maksimal keberadaan ruang terbuka hijau di sekitar mereka. Hal tersebut terjadi karena masyarakat belum mengetahui nilai ekonomi dari
ruang terbuka hijau, yang secara tidak langsung mereka bayarkan melalui harga rumah Nuraeni, 2010.
Kebijakan dalam pengelolaan dan perawatan ruang terbuka hijau diperlukan dari pihak pengelola sehingga stakeholders yang terkait dapat
bersama-sama melakukan pengelolaan dan perawatan secara bersama-sama. Masyarakat yang bertempat tinggal di perumahan juga harus mengetahui
kebijakan mengenai pengelolaan RTH. Pengetahuan akan pengelolaan dan perawatan RTH bertujuan untuk menjaga kualitas RTH di sekitar perumahan
sehingga manfaat RTH dapat dirasakan secara maksimal dan keberadaannya berkelanjutan. Selain itu, penelitian mengenai penghitungan ekonomi lingkungan
tentang ruang terbuka hijau di kawasan perumahan yang belum pernah dilakukan sehingga sangat menarik jika dijadikan sebuah penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini diantaranya:
1 Apa saja faktor yang menyebabkan masyarakat memilih tempat tinggal di
perumahan ? 2
Berapa estimasi nilai ekonomi dari ruang terbuka hijau yang berada di perumahan ?
6 3
Bagaimana kebijakan pengelolaan dan perawatan ruang terbuka hijau di perumahan ?
1.3 Tujuan Penelitian