23
Sumber : Hanley dan Splash 1993
Gambar 2.4 Kurva Harga Implisit Marjinal Lingkungan
Keseimbangan individu didalam housing market terjadi ketika harga implisit marjinal sama dengan biaya marjinal. Keseimbangan ini menunjukan
bahwa tambahan kepuasaan yang diterima sebagai akibat peningkatan kualitas lingkungan Marginal Value = Harga Implisit Marjinal sama dengan tambahan
biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan peningkatan kualitas lingkungan Marginal Cost.
2.7 Estimasi Kurva Permintaan
Estimasi kurva permintaan untuk kualitas lingkungan menggunakan informasi tambahan dari estimasi HPε. Persamaan P
h
Q
k
= P S
i
,N
j
,Q
k
akan menjadi inverse kurva permintaan untuk Q
i
jika seandainya semua individu dipengaruhi oleh polusi kebisingan yang sama. Prosedur untuk menghitung kurva
permintaan untuk Q tergantung pada asumsi tentang sisi supply pada pasar. Pembeli rumah harus menawar untuk penawaran yang tetap ini pada unit yang
heterogen. Jika kurva permintaan implisit untuk kurva Q dapat diperoleh dengan regresi harga implist r pada Q, variabel sosial-ekonomi diduga relevan seperti
P
3 2
1
3 2
1
s
Q
k =
kualitas lingkungan tertentu P
h
= PQ
k
= harga implisit
Harga implisit marginal lingkungan
24 pendapatan Y dan usia A, dan beberapa perwakilan variabel mampu
mempresentasikan pilihan. Perhitungan pada kurva permintaan untuk area kota, dengan wilayah-
wilayah ini ditandai dengan “i”, r
i
= P Q
i
,Y
i
,A
i
Jika persamaan di atas dihitung, kemudian nilai non-marginal increase pada Q
i
dapat dihitung oleh perhitungan secara tepat, menggunakan rata-rata untuk Y
i
dan A
i
. Agregrat manfaat dan ditemukan dengan menjumlahkan penjumlahan penguraian semua wilayah.
2.8 Penelitian Terdahulu 2.8.1 Estimasi Nilai Ekonomi Lingkungan Pemukiman Mahasiswa IPB
Avianto 2005 melakukan penelitian mengenai estimasi nilai ekonomi lingkungan pemukiman mahasiswa Institut Pertanian Bogor IPB dalam
prespektif regresi hedonis. Dari penelitian tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesukaan mahasiswa terhadap tempat tinggal antara
lain luas halaman, tingkat keamanan, dan kondisi udara. Nilai ekonomi lingkungan pemukiman mahasiswa sebesar Rp 10.065.016,31.
Hanum dalam Awwali 2010 melakukan penelitian mengenai kebisingan permukiman pinggiran rel kereta api Kasus Desa Cilebut Timur Kabupaten
Bogor Jawa Barat: analisis preferensi, persepsi dan willingness to accept. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji kesediaan masyarakat Cilebut Timur
dalam menerima kompensasi dan besar nilainya dengan menggunakan hedonic price method. Variabel yang secara nyata mempengaruhi nilai willingness to
accept WTA responden adalah jumlah tanggungan, harga tanah, pendidikan,
25 jenis pekerjaan, luas tanah, jarak ke sumber bising, dan sumber pendapatan. Nilai
WTA masyarakat adalah Rp 264.719,25 sampai dengan Rp 314.719,25 per meter persegi, sehingga bid curve yang terbentuk adalah supply curve antara nilai WTA
Rpm
2
yang diperoleh dengan luas tanah m
2
responden. Astrini 2009 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang akan
mempengaruhi harga lahan permukiman di Kecamatan Bogor Utara dan Bogor Selatan Kota Bogor jawa Barat. Penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi berganda double-log. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata berdasarkan model double log adalah luas lahan, akses terhadap angkutan kota, kepadatan
penduduk, jarak pasar terdekat, status lahan, prasarana jalan, akses ke fasilitas umum, dan kebersihan lingkungan.
Awwali 2010 melakukan penelitian mengenai estimasi nilai lingkungan di permukiman pinggiran jalan tol Jagorawi Kasus Perumahan Bumi Cimahpar
Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan hedonic price method untuk mengestimasi nilai lingkungan melalui nilai rumah.
Variabel yang mempengaruhi nilai rumah adalah umur rumah, luas tanah, luas bangunan, dan jarak antara rumah dengan jalan tol sumber bising. Esimasi nilai
rumah berdasarkan penelitian ini memiliki persamaan sebagai berikut: Hr = -1,27
0,183 UR + 0,421 LT + 0,218 LB + 0,245 JT + e HR = Harga Rumah Rp
UR = Umur Rumah Tahun LT = Luas Tanah m
2
LB = Luas Bangunan m
2
JT = Jarak Rumah ke Taman m
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Meningkatnya angka bencana alam yang terjadi saat ini tidak lepas dari kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia. Degradasi lingkungan
berdampak negatif bagi manfaat ekonomi maupun ekologi. Contoh manfaat ekonomi yang menurun diakibatkan oleh kerusakan lingkungan adalah
berkurangnya jumlah produksi kayu berasal dari hutan ataupun biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan akibat bencana banjir, sedangkan contoh manfaat
ekologi yang semakin menurun dapat dirasakan melalui kondisi udara saat ini yang semakin tidak segar maupun pemandangan lingkungan yang tidak menarik.
Banjir merupakan gambaran bencana alam yang sering terjadi di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi Jabodetabek. Daerah bantaran
sungai di kota-kota besar saat ini sudah menjadi kawasan pemukiman, pembuangan limbah pabrik dan lain-lain, terutama jika melihat di sepanjang
bantaran sungai Ciliwung. Kondisi masyarakat saat ini belum dapat memahami dengan baik betapa besarnya nilai lingkungan alam, sehingga masih banyak orang
yang memanfaatkan bantaran sungai sebagai tempat tinggal maupun tempat pembuangan sampah. Perilaku seperti inilah yang dapat mengakibatkan kerugian
ekonomi maupun ekologi dalam masyarakat. Salah satu solusi dari kondisi degradasi lingkungan saat ini adalah dengan
cara memperbanyak lahan untuk Ruang Terbuka Hijau RTH. Hal ini pun harus dibarengi dengan pengelolaan dan perawatan yang baik terhadap ruang terbuka
hijau. Penelitian ini akan memiliki fokus yang lebih besar terhadap estimasi penilaian ruang terbuka hijau pada perumahan masyarakat. Pelaksanaan penelitian
di lapangan akan menggunakan cara perbandingan antara nilai harga rumah yang