semua data input dan output dimasukkan terdapat 8 DMU yang efisiensinya mencapai 100. Hal tersebut menunjukkan dari 7 nelayan yang menerima kredit
modal ventura terdapat 6 yang telah mencapai efisiensi 100, artinya kredit modal ventura memberikan dampak positif pada usaha perikanan tangkap di Kabupaten
Tegal. Dengan menggunakan skenario maximizing output terdapat 2 nelayan yang efisiensinya mencapai 100. Sedangkan dengan menggunakan skenario
minimizing input terdapat pula 2 nelayan yang efisiensinya mencapai 100. Secara umum kredit modal ventura memberikan pengaruh positif pada usaha perikanan
tangkap di Kabupaten Tegal. Dari kedua penelitian mengenai efisiensi pada perikanan tangkap tersebut
menjelaskan bahwa DEA dapat digunakan untuk menilai efisiensi baik itu unit kapal, alat tangkap, bahkan efisiensi antar waktu. DEA juga dapat menilai efisiensi
suatu unit pada perikanan tangkap dengan beragam input dan output yang digunakan dan dihasilkan. Fokus analisis efisiensi ini yaitu nelayan yang
menggunakan kapal kincang. Data yang digunakan untuk menganalisis efisiensi antar waktu digunakan data tahun 2007
– 2011, sedangkan untuk analisis efisiensi antar kapal digunakan data tahun 2012. Tahun yang digunakan berdasarkan pada
ketersediaan data yang ada di PPN Pelabuhanratu.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Indonesia merupakan Negara kepulauan dimana 23 wilayahnya merupakan lautan yang membentang sepanjang Sabang hingga Merauke. Luasnya lautan
Indonesia tentu memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam sektor sumberdaya perikanan yang melimpah. Aktivitas penangkapan ikan tanpa adanya kebijakan
yang memperhatikan keberlanjutan sumber daya perikanan dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian sumber daya perikanan di perairan. Jumlah kapalperahu
penangkap ikan yang cenderung terus bertambah di setiap tahunnya akan menciptakan crowded di perairan yang akan membuat overcapacity dalam
perikanan tangkap. Sehingga jumlah tangkapanproduksi nelayan tidak optimal dan cenderung terus mengalami penurunan. Hal ini membuat para pelaku kegiatan
perikanan tangkap mengalami inefisiensi dalam menangkap ikan. Menurut Fauzi 2010, sumberdaya perikanan bersifat common property
karena ikan di laut atau di sungai atau media lain yang tidak menjadi subjek kepemilikan seseorang menjadi objek yang disebut ferae naturae. Ferae Naturae
adalah kondisi di mana hewan atau ikan memiliki sifat alamiah wild by nature, tidak ada yang berhak mengklaim kepemilikannya dan kepemilikannya hanya
berlaku ketika seseorang menangkapnya. Fauzi 2010 menjelaskan bahwa dalam konteks sumberdaya dengan kepemilikan yang jelas, maka produsen akan
memanfaatkan seluruh sumberdaya input se-efisien mungkin untuk menghasilkan output dengan biaya yang paling minimum. Kepemilikan yang jelas juga membuat
orang lain tidak dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut. Sedangkan dalam perikanan tangkap sifat ferae naturae membuat siapa saja dapat menangkap ikan
dan tanpa hak kepemilikan yang bisa dikukuhkan membuat nelayan tidak bisa mencegah nelayan lain. Hal ini memicu terjadinya persaingan antar nelayan
sehingga mereka berlomba-lomba untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan tanpa menyadari akan terjadinya eksternalitas negatif dari kegiatan tersebut.
Melihat dari persoalan yang ada, tentunya semakin banyak yang memanfaatkan sumberdaya perikanan semakin banyak pula armada perikanan yang
beroperasi. Dengan memfokuskan kepada kapal kincang yang beroperasi di PPN Pelabuhanratu, penelitian ini mendeskripsikan dan menganalis input dan output