Konsep Pengukuran Efisiensi Penelitian Terdahulu

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data primer dan sekunder untuk keperluan penelitian ini dilakukan di Pelabuhanratu, khususnya di Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Pelabuhanratu dan lingkungan sekitar PPN Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive berdasarkan kelengkapan data dan PPN Pelabuhanratu sebagai salah satu Pelabuhan dengan tingkat pendaratan hasil perikanan tangkap yang cukup tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret – September 2013. Sumber: Google Maps 2012 Gambar 4 Lokasi Pengambilan Data

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lapangan melalui pengamatan mengenai unit penangkapan, mengikuti kegiatan operasi penangkapan dan melakukan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari buku laporan tahunan statistik perikanan tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu.

4.3. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara simple random sampling pengambilan contoh acak. Dimana populasi armada kapal terdiri dari unit-unit seragam homogeneous dipilih secara acak. Kemudian dicocokan dengan database guna memperoleh populasi yang terdaftar di PPN Pelabuhanratu untuk mencegah adanya unit kapal ilegal atau tidak terdaftar yang terhitung dalam penelitian. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menjelaskan mengenai armada perikanan tangkap kincang. Analisis ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada dinas terkait dan nelayan mengenai spesifikasi input serta output yang digunakan dan dihasilkan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan.

4.4.2. Data Envelopment Analysis DEA

Data Envelopment Analysis DEA merupakan metode yang dapat diterapkan untuk menganalisa kapasitas perikanan. DEA merupakan salah satu bentuk pendekatan nonparametrik yang dapat diandalkan untuk aplikasi yang luas dan mudah dilakukan berkaitan dengan definisi ekonomi-teknologi yang terfokus pada kapasitas output, serta tidak memerlukan data yang mahal Fauzi dan Anna 2005. Pendekatan yang dilakukan metode DEA berorientasi pada output dan input. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes 1987 atau dikenal sebagai CCR, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Färe, et. al. 1989, 1994 dan disarankan untuk perikanan oleh Kirkley dan Squires 1998. DEA merupakan pengukuran efisiensi yang bersifat bebas nilai value free karena didasarkan pada data yang tersedia tanpa harus mempertimbangkan penilaian dari pengambil keputusan Korhumen et. al., 1998. Teknik ini didasarkan pada pemrograman matematis atau mathematical programming untuk menentukan solusi optimal yang berkaitan dengan sejumlah kendala. Dalam aplikasi perikanan, DEA memiliki kelebihan dalam hal kemampuannya mengestimasi kapasitas dibawah kendala penerapan kebijakan tertentu, seperti misalnya Total Allowable Catch TAC, pajak, distribusi regional, atau ukuran kapal, larangan menangkap pada waktu tertentu ketika terjadi pencemaran, misalnya, dan kendala sosio-ekonomi lainnya. Keistimewaan DEA yang lain adalah kemampuan dalam mengakomodasi multiple outputs dan multiple inputs. DEA juga dapat menentukan tingkat potensial maksimum dari effort atau variabel input secara umum dan laju utilisasi optimalnya Fauzi dan Anna 2002. Pengukuran efisiensi pada dasarnya merupakan rasio antara output dan input Fauzi dan Anna 2002: � � � � � = � 4.1 Pengukuran efisiensi ini tidak tepat apabila kita berhadapan dengan data multiple inputs dan outputs yang berkaitan dengan sumber daya, faktor aktivitas dan lingkungan yang berbeda. Meskipun pengukuran efisiensi yang menyangkut multiple input dan output dapat diatasi dengan menggunakan efisiensi relatif yang dibobot, namun pengukuran tersebut tetap memiliki keterbatasan berupa sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output Fauzi dan Anna 2002. Di dalam DEA, efisiensi diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi maksimum, dengan kendala relatif efisiensi seluruh unit tidak boleh melebihi 100. Secara matematis, efisiensi dalam DEA merupakan solusi dari persamaan berikut Fauzi dan Anna 2002: max � = ∑ � ∑ � 4.2 dengan kendala: ∑ � ∑ � 1 untuk setiap unit ke j 4.3 � , � � 4.4 Keterangan: � = efisiensi � = bobot untuk output i � = bobot untuk input k � = output perikanan Rp, Kg � = input Orang, Rp, Hari, Tahun Variabel input dalam perikanan terdiri atas jumlah anak buah kapal, umur kapal, investasi, lama trip, jumlah trip, dan biaya operasional total, sementara output yang dihasilkan berupa rente dan produksi. Hasil analisis DEA dapat dijabarkan dalam bentuk grafik melalui apa yang disebut Efficiency Frontier. Analisis DEA yang dilakukan dibagi menjadi dua jenis analisis yaitu DEA Tipe I dan II. DEA I menganalisis efisiensi penangkapan ikan dari tahun 2007-2011. Sedangkan DEA II menganalisis efisiensi penangkapan ikan yang dilakukan oleh armada perikanan kincang yang ada di Pelabuhanratu pada tahun 2012. Untuk mempermudah penghitungan nilai efisiensi tersebut digunakan software Frontier Analyst. Score yang dihasilkan dalam software merupakan nilai efisiensi perikanan tangkap di Pelabuhanratu, sedangkan untuk pengolahan data dan proyeksi digunakan software Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16. Nilai efisiensi inilah yang kemudian digunakan untuk membanding tingkat efisiensi antara armada perikanan tangkap yang satu dengan yang lainnya dan setiap tahun penangkapan yang dilakukan.

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Letak Geografis dan Topografi

Pelabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi berada pada posisi 6 57’ – 7 25 ’ LS dan 106 49’ – 107 00’ BT, sedangkan Pelabuhanratu berada pada 6 57’ – 7 07’ LS dan 106 22’ – 106 33’ BT. Pelabuhanratu memiliki luas wilayah sebesar 27.210,13 Ha atau sekitar 6,59 dari total luas Kabupaten Sukabumi. Kecamatan Pelabuhanratu terbagi ke dalam 13 desa yaitu, Citepus, Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Secara administratif, Pelabuhanratu berbatasan dengan Kecamatan Cikidang di sebelah utara, Kecamatan Ciemas di sebelah selatan, Kecamatan Warung Kiara di sebelah timur, dan Samudera Hindia disebelah barat. Topografi wilayah pelabuhan ratu umumnya bertekstur kasar yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah perbukitan, daerah aliran sungai dan pantai. Topografi dasar laut dapat terlihat pada perairan hingga kedalaman 200 m dapat dijumpai pada jarak 300 m dari garis pantai dan dasar pantai menurun hingga kedalaman 600 m di bagian tengah teluk Pariwono et al. 1988.

5.2. Kondisi Oseanografis

Wilayah pesisir Teluk Pelabuhanratu memiliki karakteristik yang mirip dengan Samudera Hindia. Perbedaannya, wilayah pesisir Teluk Pelabuhanratu berbentuk teluk sehingga terlindungi. Karakteristik Samudera Hindia bercirikan ombak besar, bathimeter laut dalam dan tinggi gelombang dapat mencapai lebih dari 3 meter. Keadaan arus pada perairan dipengaruhi oleh pasang surut, angin, densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Arus Pantai Selatan Jawa pada bulan Februari sampai dengan Juni bergerak ke arah timur dan bulan Juli sampai dengan Januari bergerak ke arah barat Pariwono et al 1988. Pada bulan Februari arus pantai mencapai 75 cm per detik kemudian melemah sampai dengan kecepatan 50 cm per detik selama April sampai dengan Juni. Pada bulan Agustus, arus pantai berganti arah ke barat dengan kecepatan 75 cm per detik, kemudian menurun hingga kecepatan 50 cm per detik sampai dengan bulan Oktober. Menurut Pariwono et al. 1988 salinitas di perairan Palabuhanratu berkisar antara 32,33 – 35,96 ppt dengan tingkat tertinggi terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober, sedangkan terendah terjadi pada bulan Mei, Juni dan Juli. Kisaran suhu di Perairan Palabuhanratu berkisar antara 27 C – 30 C. Tinggi gelombang di Perairan Palabuhanratu dapat berkisar antara 1 – 3 meter Pariwono et al. 1988.

5.3. Kondisi Iklim dan Musim

Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat, dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan September. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk Pelabuhanratu dan sekitarnya berkisar antara 2.500 – 3.500 mm per tahun dan hari hujan antara 110 – 170 hari per tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara 18 o – 30 o C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70 – 90 .

5.4. Kondisi Demografi

Ibukota Kabupaten Sukabumi terletak di Pelabuhanratu, hal ini membuat Pelabuhanratu menjadikannya konsentrasi pemukiman di Kabupaten Sukabumi. Pemilihan Pelabuhanratu sebagai ibukota kabupaten sendiri meninjau dari pertumbuhan dan aktivitas ekonomi yang ada di Pelabuhanratu. Kecamatan Pelabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang memiliki tingkat pendapatan yang cukup tinggi dari sisi aktivitas perekonomiannya. Mayoritas penduduk Pelabuhanratu berprofesi sebagai petani dan nelayan. Total jumlah penduduk menurut data statistik demografi kecamatan Pelabuhanratu tahun 2011 yaitu sebesar 101.022 jiwa. Jumlah ini tersebar di 8 desa yang ada di Kecamatan Pelabuhanratu. Jumlah penduduk desa terbanyak berada di Kelurahan Pelabuhanratu yakni sebesar 31.275 jiwa. Hal ini disebabkan oleh terkonsentrasinya kegiatan perekonomian di Kelurahan Pelabuhanratu. Dari total jumlah penduduk di Kecamatan Pelabuhanratu sebanyak 50,99 berjenis kelamin laki-laki. Tabel 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pelabuhanratu Tahun 2011 No Desa Dusun RW RT Penduduk KK L P Jumlah 1 Pelabuhanratu - 35 133 15.906 15.369 31.275 8.185 2 Citepus 3 22 67 5.380 5.446 10.826 2.860 3 Citarik 4 14 73 9.856 9.744 19.600 4.956 4 Buniwangi 4 8 54 4.798 4.656 9.454 2.406 5 Cibodas 4 8 45 3.854 3.420 7.274 1.908 6 Cikadu 4 8 42 4.730 4.251 8.981 2.326 7 Tonjong 3 9 26 3.356 3.232 6.588 1.781 8 Pasirsuren 4 9 33 3.636 3.388 7.024 1.975 Jumlah 26 113 473 51.516 49.506 101.022 26.397 Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Pelabuhanratu, 2011

5.5. Unit Penangkapan Ikan

Dalam satu unit penangkapan ikan terdiri atas kapal, alat tangkap dan nelayan yang mengoperasikan. Unit penangkapan ikan tersebut merupakan suatu kesatuan teknik dalam operasi penangkapan ikan.

5.5.1. Kapal

Kapal yang beroperasi di Perairan Teluk Pelabuhanratu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perahu motor tempel dan kapal motor Tabel 3. Alat tangkap yang dioperasikan menggunakan kapal motor antara lain, tuna longline, gillnet, purse seine dan payang, serta digunakan juga pada kapal angkutan bagan. Perahu motor tempel merupakan perahu yang dalam pengoperasiannya, mesin diletakkan di luar badan kapal outboard. Umumnya perahu motor tempel digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap pancing dan jaring rampus. Tabel 3 Perkembanggan Jumlah Kapal yang Menggunakan PPN Pelabuhanratu sebagai Fishing Base Periode 2002-2011 Tahun KapalPerahu Perikanan Kondisi Maksimum Jumlah KapalPerahu Perikanan Unit Perahu Motor Tempel PMT Kapal Motor KM 2002 317 135 452 2003 253 128 381 2004 266 264 530 2005 428 248 676 2006 511 287 798