Karakteristik Nelayan KARAKTERISTIK ARMADA PERIKANAN TANGKAP KINCANG

Produksi Aktual Pendapatan Aktual Produksi Proyeksi Pendapatan Proyeksi Sumber: Data Sekunder Diolah 2013 Gambar 15 Diagram Pie Total Potential Improvement DEA Tipe I dengan Maximizing Output di Pelabuhanratu, 2007-2011 Tabel 9 menunjukan skor efisiensi perikanan tangkap kincang. Rata-rata dari setiap skor efisiensi menunjukan persentase kegiatan perikanan tersebut beroperasi dari kapasitas optimal. Artinya kegiatan perikanan tangkap kincang semestinya mampu menghasilkan produksi dan pendapatan yang lebih tinggi sehingga menghasilkan output yang tinggi pula. Tabel 9 Skor Efisiensi Perikanan Tangkap Kincang Tahun 2007-2011 dengan Output yang Berbeda Tahun Skor Efiensi Produksi Pendapatan Proyeksi Produksi Proyeksi Pendapatan 2007 21,34 29,05 51,5 35,47 2008 78,89 76,01 53,69 43,3 2009 100 100 100 100 2010 21,58 45,18 100 100 2011 52,66 100 30,27 54,34 Rata-rata 54,89 70,05 67,09 66,62 Sumber: Data Sekunder Diolah 2013 Secara teknis perikanan mengalami excess capacity pada masing-masing skor efisiensi dengan output yang berbeda yaitu 45,11 output produksi, 29,95 output pendapatan, 32,91 output proyeksi produksi dan 33,38 output proyeksi pendapatan. Hasil DEA Tipe I selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

7.2. Data Envelopment Analysis Tipe II

Analisis DEA II pertama kali dilakukan yaitu dengan menggunakan semua data input dan output dengan tujuan maksimisasi output maximizing output, dimana data input adalah umur kapal, jumlah ABK, investasi, lama trip, jumlah trip, dan biaya operasional total sedangkan data output adalah rente dan produksi dari hasil kegiatan penangkapan Lampiran 10. Hasil analisis DEA dengan menggunakan semua input dan output menunjukan dari 36 Decision Making Unit DMU sampel terdapat 10 DMU yang memiliki nilai efisiensi 100 yaitu Lembayung Jaya, Putri Rahayu, Pribadi 3, Medal Sekarwangi, FDL 3, Mina Kebumen, Primadona, Swindu, Nagasari 4 dan Laut Pagi. Untuk melihat sejauh mana posisi nelayan yang tidak efisien, maka dilakukan analisis efficiency plot yang menggambarkan letak efisiensi dari masing-masing kapal DMU. Hasil analisis efficiency plot Gambar 16 dan 17 menunjukan bahwa DMU: Lembayung Jaya, Putri Rahayu, Pribadi 3, Medal Sekarwangi, FDL 3, Mina Kebumen, Primadona, Swindu, Nagasari 4 dan Laut Pagi berada pada garis frontier efisien berhimpitan pada garis efisiensi bernilai 100. Sedangkan yang paling tidak efisien adalah DMU: John Kenedy yang berada paling bawah dalam efficiency plot. Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Gambar 16 Plot Efisiensi dengan Rente Armada Perikanan Kincang di Pelabuhanratu, 2012 Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Gambar 17 Plot Efisiensi dengan Produksi Armada Perikanan Kincang di Pelabuhanratu, 2012 Analisis DEA memungkinkan pembuat kebijakan mencari potensi perbaikan atas unit-unit DMU yang tidak efisien. Artinya jika suatu DMU tidak efisien maka berapa input dan output yang bisa dikurangi atau ditambah dalam persen untuk mencapai target level input dan output yang efisien. Hasil potential improvement Gambar 18 menunjukan bahwa output dari sisi rente dan produksi masing-masing masih bisa meningkat sebesar 35,47 dan 31,97. Sedangkan dari segi input secara keseluruhan memerlukan pengurangan yang beragam. Penurunan masing- Produksi Kg Rente Rp Ef isien si Ef isien si