Karakteristik Kapal Kincang KARAKTERISTIK ARMADA PERIKANAN TANGKAP KINCANG

kapal DMU. Hasil analisis efficiency plot Gambar 16 dan 17 menunjukan bahwa DMU: Lembayung Jaya, Putri Rahayu, Pribadi 3, Medal Sekarwangi, FDL 3, Mina Kebumen, Primadona, Swindu, Nagasari 4 dan Laut Pagi berada pada garis frontier efisien berhimpitan pada garis efisiensi bernilai 100. Sedangkan yang paling tidak efisien adalah DMU: John Kenedy yang berada paling bawah dalam efficiency plot. Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Gambar 16 Plot Efisiensi dengan Rente Armada Perikanan Kincang di Pelabuhanratu, 2012 Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Gambar 17 Plot Efisiensi dengan Produksi Armada Perikanan Kincang di Pelabuhanratu, 2012 Analisis DEA memungkinkan pembuat kebijakan mencari potensi perbaikan atas unit-unit DMU yang tidak efisien. Artinya jika suatu DMU tidak efisien maka berapa input dan output yang bisa dikurangi atau ditambah dalam persen untuk mencapai target level input dan output yang efisien. Hasil potential improvement Gambar 18 menunjukan bahwa output dari sisi rente dan produksi masing-masing masih bisa meningkat sebesar 35,47 dan 31,97. Sedangkan dari segi input secara keseluruhan memerlukan pengurangan yang beragam. Penurunan masing- Produksi Kg Rente Rp Ef isien si Ef isien si masing unit antara lain, umur kapal 5,13, jumlah ABK 4,98, investasi 9,23, lama trip 9,14, jumlah trip 1,49 dan biaya operasional total sebesar 2,59. Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Gambar 18 Diagram Pie Total Potential Improvement Armada Perikanan Tangkap Kincang dengan Memasukan Input dan Output dalam Analisis DEA, Pelabuhanratu, 2012 Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Gambar 19 Distribusi Skor dari DMU Armada Perikanan Tangkap Kincang, Pelabuhanratu, 2012 Untuk melihat sebaran distribusi dari nilai efisiensi tersebut dapat diihat pada Gambar 19. Pada grafik Distribution of scores, sebaran nilai efisiensi terbanyak berada pada nilai 71-80 dan Efisien 100 dengan masing-masing jumlah 10 DMU. Sebanyak 2 DMU yang berada pada nilai 21-30, 1 DMU berada pada nilai 31-40, 5 DMU berada pada nilai 41-50, 4 DMU berada pada nilai 51-60, 5 DMU berada EfisiensiEfficiency Ju m lah DMU No . o f DMU pada nilai 61-70, 4 DMU berada pada nilai 71-80 dan 5 DMU berada pada nilai 81-90. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Agar skenario analisis DEA dapat menggambarkan plot frontier analysis maka syarat yang diharuskan adalah: 1. pada maximizing output menggunakan: 1 output 2 input atau 2. pada minimizing input menggunakan: 2 output 1 input Oleh sebab itu, dalam analisis DEA pada maximizing output akan digunakan 1 output yaitu rente dan 2 input yaitu jumlah trip dan biaya operasional total. Alasan pengambilan input tersebut dikarenakan memiliki nilai korelasi paling tinggi diantara input lainnya yaitu sebesar 0,81 dan 0,82. Pada minimizing input digunakan 2 output yaitu produksi dan rente. Selengkapnya skenario analisis DEA tersebut agar dapat menggambarkan frontier analysis Nababan dan Sari 2010 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Skenario Analisis DEA Skenario Maximizing Ouput Minimizing Input Output Input 1 Input 2 Output 1 Output 2 Input 1 Rente Jumlah Trip Biaya Operasional Total 2 Produksi Rente Biaya Operasional Total Sumber: Diacu dan Dimodifikasi dari Nababan dan Sari, 2010

7.2.1. Skenario 1: Maksimisasi Output Maximizing Output

Analisis dengan menggunakan skenario 1 menghasilkan 1 DMU yang memiliki skor 100 yaitu Lembayung Jaya. Artinya DMU tersebut telah efisien dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap dibandingkan dengan DMU lainnya. Nilai efisiensi DMU lainnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Skor Efisiensi DMU dengan Skenario 1 Unit Score Unit Score Adventure 34,5 MG Laksana 26,21 Chika 21,4 Mina Ciamis 51,98 Cumi-cumi 64,03 Mina Kebumen 21,28 Dayang 12,36 Muncul Jaya 24,96 Fajri 24,28 Nagasari 1 60,75 FDL 2 15,78 Nagasari 4 75,76 FDL 3 38,74 PB 6 38,27 FDL 5 30,11 Podomoro 20,32 FDL 6 36,58 Pribadi 3 65,87 FDL 7 30,01 Primadona 40,35 Geboy 24,99 Putra Mandiri 21,79 JGT 40 12,49 Putri Rahayu 68,33 JGT 9 50,87 Rafika 6,5 Jhon Kenedy 10,5 Sinar Abadi 27,64 Kartika 17,17 Sinar Genteng 20,23 Laut Pagi 35,51 Stela 32,04 Lembayung Jaya 100 Super Gelatik 19,13 Medal Sekarwangi 32,88 Swindu 43,27 Sumber: Data Primer dan Sekunder Diolah 2013 Skor yang dihasilkan masing-masing DMU dengan menggunakan skenario 1 begitu beragam. Dengan melihat distribusi skor pada Gambar 20 terlihat bahwa jumlah DMU dengan rentang skor 21-30 memiliki jumlah DMU terbanyak disusul oleh DMU dengan skor 31-40 dan 11-20. Artinya sebagian besar dari kapal kincang yang beroperasi tidak efisien. Meninjau dari beberapa penelitian sejenis, minimum nilai efisiensi yang bisa ditolerir yaitu sebesar 70 maka terdapat 34 DMU yang tidak efisien atau sebesar 94,44. Dari Tabel 11 rata-rata skor efisiensi dari seluruh DMU sebesar 34,91 yang mengindikasikan bahwa kegiatan perikanan yang dilakukan kapal kincang 34,91 dari kapasitas optimal. Menurut Fauzi 2010, dalam hal ini secara teknis kegiatan kapal kincang mengalami excess capacity sebesar 65,09.