Data Envelopment Analysis menghitung efisiensi relatif pada sebuah unit yang berada dalam kelompok terhadap kinerja unit terbaik pada kelompok yang
sama. DEA biasanya digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, organisasi non profit maupun BUMN. Namun demikian
DEA juga dapat digunakan untuk menilai performa suatu unit kapal dalam perikanan tangkap. Unit individual yang dianalisa ini di dalam DEA disimbolkan
sebagai DMU Decision Making Unit atau unit pengambilan keputusan. Dalam menerapkan model pendekatan DEA, terdapat asumsi-asumsi yang
mendasarinya Ramanathan, 2003 yaitu: a.
DMU harus merupakan unit-unit yang homogenis, yaitu memiliki fungsi dan tujuan yang sama.
b. Jumlah ukuran DMU dari unit-unit yang disampel besarnya 2 atau 3 kali
penjumlahan input dan output. Dengan menggunakan DEA, selain digunakan untuk mengidentifikasikan
unit dengan kinerja terbaik, manajemen perikanan tangkap bisa juga menggunakannya untuk menemukan cara-cara alternatif guna mendorong unit
armada perikanan tangkap lainnya agar menjadi unit berkinerja baik. Selain itu DEA dapat membantu para pengambil kebijakan perikanan tangkap untuk:
a. Menilai kinerja relatif perikanan tangkap dengan mengidentifikasi unit dengan
kinerja terbaik di Pelabuhan Perikanan Nusantara. b.
Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan kinerja apabila armada perikanan mereka bukan termasuk golongan armada perikanan dengan kinerja
terbaik.
2.6.1. Keterbatasan DEA
Selain kegunaannya yang besar di bidang perikanan tangkap DEA pun memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam pengaplikasiannya, antara lain Fauzi
2013: a.
Karena rumus standar DEA menciptakan program linier statik untuk setiap DMU, permasalahan bisa terdapat pada produksi baik hubungan input dengan
output merupakan non linear.
b. DEA adalah teknik nonparametrikdeterministik maka uji hipotesis statistik
tidak dapat dilakukan. c.
Hasil pengolahan data dengan memanfaatkan model DEA dapat dengan baik memperkirakan efisiensi ”relatif” dari suatu DMU dibandingkan dengan DMU
lainnya namun akan sulit bila menggunakan pendekatan DEA untuk menentukan nilai efisiensi ”mutlak” suatu DMU secara teoritis.
2.6.2. Kelebihan DEA
Beberapa karakteristik yang menjadikan pendekatan DEA merupakan alat yang berguna adalah:
a DEA dapat menangani beberapa input dan beberapa output.
b Tidak memerlukan sebuah asumsi bentuk fungsional untuk menghubungkan
input dengan output. c
DMU-DMU secara langsung dapat dibandingkan dengan pembanding sebaya atau kombinasi dari sekumpulan pembanding sebaya peer.
d Input dan output dapat memiliki unit yang sangat berbeda.
e DEA memberikan peringkat efisiensi berdasarkan data numerik dan tidak
menggunakan opini subyektif dari seseorang.
2.7. Penelitian Terdahulu
Fauzi dan Anna 2002 melakukan penelitian mengenai Data Envelopment Analysis DEA Kapasitas Perikanan di Perairan Pesisir DKI Jakarta. Analisis DEA
dibedakan menjadi 2 tipe. analisis DEA Tipe I menganalisis efisiensi dari alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dengan pendekatan BCC Banker Carnes
Cooper dan CCR Carnes Cooper Rhodes. Pendekatan BCC menghasilkan 5 dari 8 alat tangkap memiliki skor 100, sedangkan pendekatan CCR menghasilkan 3 dari
8 alat tangkap yang efisien. Analisis DEA Tipe II menganalisis perilaku 2 alat tangkap demersal selama periode 10 tahun untuk melihat pola efisiensi kedua alat
tangkap tersebut. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa trajektori paling efisien terjadi pada tahun 1998 dan 2000.
Dalam penelitian Nababan dan Sari 2010 menganalisis efisiensi kredit modal ventura untuk nelayan perikanan tangkap di Kabupaten Tegal. Penelitian ini
menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA. Multiple input output
semua data input dan output dimasukkan terdapat 8 DMU yang efisiensinya mencapai 100. Hal tersebut menunjukkan dari 7 nelayan yang menerima kredit
modal ventura terdapat 6 yang telah mencapai efisiensi 100, artinya kredit modal ventura memberikan dampak positif pada usaha perikanan tangkap di Kabupaten
Tegal. Dengan menggunakan skenario maximizing output terdapat 2 nelayan yang efisiensinya mencapai 100. Sedangkan dengan menggunakan skenario
minimizing input terdapat pula 2 nelayan yang efisiensinya mencapai 100. Secara umum kredit modal ventura memberikan pengaruh positif pada usaha perikanan
tangkap di Kabupaten Tegal. Dari kedua penelitian mengenai efisiensi pada perikanan tangkap tersebut
menjelaskan bahwa DEA dapat digunakan untuk menilai efisiensi baik itu unit kapal, alat tangkap, bahkan efisiensi antar waktu. DEA juga dapat menilai efisiensi
suatu unit pada perikanan tangkap dengan beragam input dan output yang digunakan dan dihasilkan. Fokus analisis efisiensi ini yaitu nelayan yang
menggunakan kapal kincang. Data yang digunakan untuk menganalisis efisiensi antar waktu digunakan data tahun 2007
– 2011, sedangkan untuk analisis efisiensi antar kapal digunakan data tahun 2012. Tahun yang digunakan berdasarkan pada
ketersediaan data yang ada di PPN Pelabuhanratu.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Indonesia merupakan Negara kepulauan dimana 23 wilayahnya merupakan lautan yang membentang sepanjang Sabang hingga Merauke. Luasnya lautan
Indonesia tentu memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam sektor sumberdaya perikanan yang melimpah. Aktivitas penangkapan ikan tanpa adanya kebijakan
yang memperhatikan keberlanjutan sumber daya perikanan dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian sumber daya perikanan di perairan. Jumlah kapalperahu
penangkap ikan yang cenderung terus bertambah di setiap tahunnya akan menciptakan crowded di perairan yang akan membuat overcapacity dalam
perikanan tangkap. Sehingga jumlah tangkapanproduksi nelayan tidak optimal dan cenderung terus mengalami penurunan. Hal ini membuat para pelaku kegiatan
perikanan tangkap mengalami inefisiensi dalam menangkap ikan. Menurut Fauzi 2010, sumberdaya perikanan bersifat common property
karena ikan di laut atau di sungai atau media lain yang tidak menjadi subjek kepemilikan seseorang menjadi objek yang disebut ferae naturae. Ferae Naturae
adalah kondisi di mana hewan atau ikan memiliki sifat alamiah wild by nature, tidak ada yang berhak mengklaim kepemilikannya dan kepemilikannya hanya
berlaku ketika seseorang menangkapnya. Fauzi 2010 menjelaskan bahwa dalam konteks sumberdaya dengan kepemilikan yang jelas, maka produsen akan
memanfaatkan seluruh sumberdaya input se-efisien mungkin untuk menghasilkan output dengan biaya yang paling minimum. Kepemilikan yang jelas juga membuat
orang lain tidak dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut. Sedangkan dalam perikanan tangkap sifat ferae naturae membuat siapa saja dapat menangkap ikan
dan tanpa hak kepemilikan yang bisa dikukuhkan membuat nelayan tidak bisa mencegah nelayan lain. Hal ini memicu terjadinya persaingan antar nelayan
sehingga mereka berlomba-lomba untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan tanpa menyadari akan terjadinya eksternalitas negatif dari kegiatan tersebut.
Melihat dari persoalan yang ada, tentunya semakin banyak yang memanfaatkan sumberdaya perikanan semakin banyak pula armada perikanan yang
beroperasi. Dengan memfokuskan kepada kapal kincang yang beroperasi di PPN Pelabuhanratu, penelitian ini mendeskripsikan dan menganalis input dan output
yang digunakan dan dihasilkan dari kegiatan perikanan yang dilakukan kapal kincang. Penilaian efisiensi dengan analisis rasio yang membandingkan hubungan
antara output dan input tidak mungkin dilakukan dalam kegiatan perikanan tangkap yang multiple input dan output. Karena analisis rasio hanya memberikan informasi
mengenai hubungan antara satu input dengan satu output. Data Envelopment Analysis DEA merupakan tools yang tepat bagi kegiatan perikanan yang memiliki
multiple input dan output. Penelitian ini kemudian dilakukan penelitian lapang untuk mendapatkan data
primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam perhitungan analisis. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengamatan langsung dan survey, sedangkan data
sekunder didapatkan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuharatu dan instansi terkait lainnya. Data primer akan digunakan untuk mengetahui harga, biaya, dan
database kapal. Sedangkan data sekunder digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik mengenai unit kapal kincang. Untuk menjawab tujuan dapat
dilakukan dengan menganalisis efisiensi. Analisis efisiensi tersebut meliputi efisiensi antar jenis armada dan efisiensi antar waktu dari kapal yang beroperasi.
Kedua analisis ini dapat dilakukan dengan metode DEA Data Envelopment Analysis untuk mendapatkan nilai efisiensi relatif. Kerangka pemikiran penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 3.
KERANGKA PEMIKIRAN
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari Nababan 2003
Sumberdaya Ikan
Input Armada Perikanan di
Pelabuhanratu
Output
Efisiensi Relatif DEA Tipe I
Analisis Deskriptif
Rekomendasi kebijakan agar terciptanya kegiatan
penangkapan ikan yang efisien
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
: Mempengaruhi : Fokus Penelitian
DEA Tipe II
Maximizing Output
Minimizing Input
Analisis Efisiensi Kegiatan Perikanan
Tangkap Armada Kincang
Overcapacity Efisiensi Armada
Kapal Kincang Indikasi
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data primer dan sekunder untuk keperluan penelitian ini dilakukan di Pelabuhanratu, khususnya di Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN
Pelabuhanratu dan lingkungan sekitar PPN Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive berdasarkan
kelengkapan data dan PPN Pelabuhanratu sebagai salah satu Pelabuhan dengan tingkat pendaratan hasil perikanan tangkap yang cukup tinggi. Penelitian ini
dilaksanakan pada Bulan Maret – September 2013.
Sumber: Google Maps 2012
Gambar 4 Lokasi Pengambilan Data
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lapangan melalui pengamatan
mengenai unit penangkapan, mengikuti kegiatan operasi penangkapan dan melakukan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuesioner. Data sekunder
diperoleh dari buku laporan tahunan statistik perikanan tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu.