Sumber: Dokumentasi Penelitian 2013
Gambar 11 Alat Tangkap Pancing Ulur
6.3. Sistem Bagi Hasil
Dalam perikanan tangkap satu kapal terdiri atas nahkoda dan beberapa anak buah kapal ABK. Di PPN Pelabuhanratu, sistem bagi hasil antara pemilik kapal,
nahkoda dan ABK ditentukan oleh pemilik kapal. Meski begitu sistem bagi hasil ini memiliki pola yang seragam antara unit kapal kincang satu dengan yang lainnya.
Persentase sistem bagi hasil tersebut yaitu sebagai berikut. Nahkoda
:
1 3
× Nilai jual ikan hasil tangkapan ABK
:
1 3
× Upah nahkoda Pemilik Kapal : Mendapatkan ikan hasil tangkapan
6.4. Sistem Penangkapan
Kegiatan perikanan bisa dibilang merupakan kegiatan yang tak ada hentinya selama cuaca memungkinkan, pagi maupun malam. Begitu juga dengan kegiatan
perikanan yang dilakukan armada kincang. Kapal kincang di Pelabuhanratu biasanya beroperasi pagi atau malam hari. Kapal kincang yang beroperasi pagi hari
biasanya berangkat pada pukul 06.00 – 09.00 WIB, sedangkan yang malam hari
biasanya berangkat pukul 19.00 – 22.00 WIB. Selain itu nelayan juga memiliki
waktu istirahat atau tidak melaut. Beberapa faktor yang menyebabkan nelayan tidak melaut antara lain cuaca yang tidak baik, kapal atau alat tangkap sedang diperbaiki
dan musim lebaran. Istirahat panjang yang biasa nelayan lakukan berkisar 1 – 3
bulan dalam 1 tahun, biasanya terjadi saat musim sedikit ikan. Lamanya trip kapal kincang bervariasi antara 8 jam hingga 24 jam. Hal ini
disesuaikan dengan produksi yang ingin dicapai dan jumlah persediaan operasional yang disiapkan. Persedian operasional yang disiapkan antara lain BBM, es,
konsumsi, umpan, air tawar, dan oli. BBM yang dibawa oleh kapal kincang berkisar antara 10
– 60 liter per kapal. Penggunaan es yang biasa dibawa oleh kapal kincang yaitu sebesar 1
– 2 balok es, dimana 1 balok es beratnya bisa mencapai 20 kg. Bekal konsumsi yang biasa nelayan bawa rata-rata seragam dengan jumlah Rp. 100.000.
Biaya tersebut telah ditentukan oleh pemilik kapal itu sendiri. Umpan ikan yang digunakan biasanya potongan ikan layur dan ikan tembang dengan total berat 5
– 8 kg. Para nelayan juga hanya disediakan 1 galon air untuk memenuhi kebutuhan air
minum selama melaut. Disamping keperluan BBM, oli merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kapal. Oli yang digunakan berkisar 0,5
– 2 liter untuk sekali trip. Jumlah ini disesuaikan dengan jarak tempuh yang akan dicapai kapal kincang untuk
mencapai lokasi penangkapan ikan.
6.5. Biaya Pemeliharaan Kapal dan Alat Tangkap
Setiap kapal kincang dan alat tangkap tentunya perlu dilakukan maintenance agar kegiatan penangkapan bisa berjalan dengan baik. Perbaikan kapal biasanya
meliputi pembersihan dasar kapal, penambalan lubang, atau perbaikan kapal secara keseluruhan, sedangkan perbaikan alat tangkap antara lain penyambungan kembali
tali pancing atau jaring yang putus, pemasangan kail pancing dan lainnya. Biaya perbaikan kapal bervariasi tergantung dari kerusakannya, harganya mulai dari Rp.
100.000 hingga Rp. 2.500.000. Begitu juga dengan alat tangkap yang biaya perbaikannya tergantung dari kerusakannya, biaya perbaikannya berkisar Rp.
50.000 – Rp. 750.000.
Secara keseluruhan, detail dari masing-masing kapal kincang dapat dilihat pada Lampiran 5
– 9.
VII. ANALISIS EFISIENSI EKONOMI ARMADA PERIKANAN TANGKAP KINCANG
7.1. Data Envelopment Analysis Tipe I Maximizing Output
Data Envelopment Analysis Tipe I DEA Tipe I menilai efisiensi armada perikanan tangkap kincang dengan membandingkan kegiatan penangkapan dari
tahun 2007 hingga 2011 antara output produksi dengan output pendapatan dengan input yang sama yaitu jumlah trip dan biaya operasional. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi efisiensi keseluruhan dari kedua output tersebut.
Sumber: Data Sekunder Diolah 2013
Gambar 12 Perbandingan Perubahan Efisiensi Tahun 2007-2011 antara Output Produksi dengan Pendapatan
Hasil DEA Tipe I menunjukkan skor yang beragam antara efisiensi yang menggunakan output produksi dengan output pendapatan Gambar 12, namun dari
kedua grafik tersebut tahun 2007 merupakan tahun yang paling tidak efisien atau sebesar 21,34 dengan output produksi dan 29,05 dengan output pendapatan. Hal ini
disebabkan jumlah output yang didapat tidak sebanding dengan input yang digunakan dibandingkan dengan tahun-tahun yang lainnya. Selain itu tahun 2007
juga merupakan tahun dimana jumlah perahu motor tempel berada pada jumlah terbanyak selama kurun waktu 5 tahun. Dengan menggunakan output pendapatan
tahun 2009 dan 2011 merupakan tahun yang efisien, sedangkan dengan penggunaan output produksi hanya tahun 2009 yang memiliki nilai efisiensi 100. Perbedaan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2007 2008
2009 2010
2011
S ko
r E fi
si e
n si
Tahun
Pendapatan Produksi