Daya Pragmatik LANDASAN TEORI

berlangsung dengan baik. Berbeda dengan kaidah, prinsip-prinsip itu tidak berlaku mutlak pada semua situasi serta boleh dilanggar untuk tujuan tertentu Edi Subroto, 2004: 3.

D. Daya Pragmatik

Satuan analisis pragmatik adalah tindak tutur. Tindak tutur adalah “the things we actually do when we speak” ‘sesuantu yang kita lakukan dalam rangka berbicara’ Richard dalam Syamsuddin, 1992: 46. Dalam pandangan pragmatik, orang bertutur tidak hanya sekedar bertutur akan tetapi juga ingin berbuat sesuatu. Oleh karena itu menuturkan sebuah tuturan tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan act. Dalam bertutur orang juga menyampaikan maksud tertentu. Leech 1993: 20 menyarankan untuk menggunakan istilah tujuan untuk menyebut maksud penutur mengucapkan sesuatu. Selanjutnya Leech 1993: 21 menjelaskan bahwa dalam komunikasi yang berorientasi tujuan, meneliti makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya. Dalam pengertian ini, makna sebuah tuturan dapat disebut daya ilokusi tuturan tersebut. Daya ilokusi dan daya retorik bersama-sama membentuk daya pragmatik. Daya retorik adalah makna sebuah tuturan dilihat dari ketaatan penutur pada prinsip-prinsip retorik, misalnya sejauh mana penutur mengatakan yang benar, berbicara dengan sopan, atau bernada ironis Leech, 1993: 23. Istilah retoris mengacu pada kajian mengenai pemakaian bahasa secara efektif di dalam komunikasi. Jadi, dalam konteks ini, istilah retorik memusatkan diri pada situasi ujar yang berorientasi tujuan, dan di dalam situasi tersebut penutur memakai bahasa dengan tujuan menghasilkan suatu efek tertentu pada pikiran mitra tutur Leech, 1993: 22. Menafsirkan sebuah tuturan sama dengan menerapkan strategi heuristik, yakni membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan melalui verifikasi dan akhirnya mencoba menarik kesimpulan Edi Subroto, 2004: 8. Tetapi makna memiliki dua segi, yakni makna sendiri dan daya. Maka adalah wajar kalau sebuah tuturan memiliki keduanya Leech, 1993: 51. Dengan mengutip pendapat Searle, Leech 1993: 52-53 menyatakan bahwa dalam berbicara pembicara berusaha mengkomunikasikan hal-hal tertentu pada pendengar dengan membuat pendengar mengetahui maksud pembicara untuk mengkomunikasikan hal-hal tersebut. Pembicara juga bertujuan memberi efek tertentu pada pendengar dan pembicara mencapai tujuan itu dengan membuat pendengar mengetahui tujuan pembicara untuk mencapai efek tersebut. Dengan demikian ‘makna’ sebagaimana digunakan dalam pragmatik yaitu dalam rumus n bertujuan D melalui tuturan T, n = penutur, D = daya, T = tuturan, merupakan suatu maksud refleksif, yaitu suatu maksud yang hanya dapat dicapai bila maksud tersebut diketahui oleh mitra tutur Leech, 1993: 53. Di sini dapat ditambahkan mengenai sifat daya pragmatik, yakni bila n bertujuan D melalui tuturan T, maka n ingin agar t = mitra tutur memahami daya D ini melalui makna yaitu arti gramatikal yang ada pada T Leech, 1993: 53. Selanjutnya Leech 1993: 94-95 memberikan ilustrasi situasi pemesanan makanan di rumah makan sebagai berikut. 1 Tamu ingin memesan steak diane. 2 Untuk mencapai tujuan 1, n memilih sebuah pesan, sebuah ideasi ilokusi ‘memesan’ ini; misalnya n merumuskan proposisi ‘I’d like steak diane’ Saya ingin memesan steak diane. n dapat merumuskan tindak ujar ini dengan berbagai cara, misalnya dengan pendek saja ‘steak diane’, atau dengan lebih sopan ‘I would like the steak diane, please’, atau dengan memerintah ‘Waiter, bring me some steak diane’. Rumusan mana yang dipilih sebagian ditentukan oleh situasi; misalnya memesan makanan di rumah makan berbeda dengan memilih makanan di suatu undangan makan malam yang bersifat pribadi. 3 Untuk menyampaikan pesan, n mengenkode pesan sebagai suatu teks, dan hasilnya ialah pengucapan kalimat I’d like steak diane dengan nukleus turun pada kata diane. 4 Teks didengar oleh t. 5 Kemudian t mendekode teks tersebut sebagai suatu pesan, dan apabila penyampaiannya berhasil, makna pesan itu sama dengan makna pesan yang asli pada tahap 2. 6 Akhirnya t menginterpretasi daya force dari pesan itu, dan apabila penyampaian wacana berhasil, daya itu ditafsirkan oleh t sebagai perintah pemesanan steak diane pada t oleh n. Perintah ini relatif taklangsung karena n hanya menyatakan apa yang disukainya dan menyerahkan pada t untuk menginterpretasi maksudnya. Tetapi daya ini ditentukan oleh implikatur yang mapan. Demikianlah, di dalam percakapan, penutur selalu membuat strategi berdasarkan cara-tujuan means-end sedangkan mitra tutur membuat hipotesis- hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan melalui verifikasi dan akhirnya menarik kesimpulan.

E. Implikatur