‘Yang disebut pêpindhan adalah tuturan yang mengandung makna persamaan,
kemiripan, perbandingan.
Penyusunan kalimatnya
menggunakan kata kaya ‘seperti’, pindha ‘seperti’ atau sinonimnya. Kadang-kadang tidak mempergunakan kata pindha ‘seperti’ atau
sinonimnya tetapi dengan kata bentukan yang bermakna ‘seperti’.
Adapun sanépa adalah “ukara pêpindhan kang kadadéan saka dhapukané
têmbung watak utawa kahanan sinambungan têmbung aran” Padmosoekotjo,
1953: 48 ‘kalimat pêpindhan yang disusun dari kata sifat atau keadaan diikuti
nomina’. Edi Subroto dkk. dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian
Etnolinguistik terhadap Paribasan, Bebasan, Saloka, Pepindhan dan Sanepa” menjelaskan bahwa pêpindhan adalah satuan lingual yang mengandung arti
persamaan; pada umumnya sebagian besar menggunakan kata yang berarti ‘seperti’ atau sinonimnya. Kadang-kadang tanpa kata ‘seperti’ atau sinonimnya
tetapi ada kata jadian yang mengandung arti ‘seperti’ Edi Subroto dkk., 2003:74. Selanjutnya Edi Subroto dkk. 2003: 77 menjelaskan bahwa sanépa adalah
termasuk dalam golongan perumpamaan; yang diumpamakan adalah bendanya, watak, atau sifatnya. Maknanya untuk menyangatkan serta untuk menunjukkan
makna yang berlawanan. Sejalan dengan Edi Subroto, Sujono 2003: 39 memberi pengertian
sanépa sebagai jenis idiom yang digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan rasa jengkel, menghina orang lain atau menyangatkan sesuatu keadaan.
Edi Subroto dkk 2003: 78 juga menjelaskan bahwa sanépa termasuk jenis pêpindhan atau perbandingan. Hal itu dapat dibuktikan dengan
ditambahkannya satuan lingual kaya ‘seperti’ dengan tidak mengubah maknanya. Misalnya dari satuan lingual sanépa: “Pikirané landhêp dhêngkul” ‘pikirannya
tajam lutut, orang yang sangat bodoh’ dapat diubah menjadi pêpindhan: “Pikirané kaya landhêping dhêngkul”.
Perbedaan antara pêpindhan dan sanépa dengan demikian terletak pada perbedaan
cara pengungkapan
makna perbandingannya.
Pêpindhan mengungkapkan makna perbandingan secara eksplisit, yakni ditandai dengan
penggunaan kata kaya ‘seperti’, lir ‘seperti’, kadi ‘seperti’, kadya ‘seperti’ dan kata-kata lain sinonimnya. Sanépa mengungkapkan makna perbandingan secara
implisit. Oleh karena itu pêpindhan adalah simile sedangkan sanépa adalah metafora. Dari sini jelas pula bahwa pêpindhan simile memiliki kesamaan
dengan sanépa metafora, yakni sebagai proses pemindahan antara dua entiti atau kualitas atau keadaan atau referen atas dasar asosiasi atribut referen yang satu
dengan atribut referen lain Dirven dalam Paprotte dan Dirven, 1985: 96. Pêpindhan dapat juga disebut simile yakni perbandingan yang bersifat
eksplisit Gorys Keraf, 1990: 138; Cuddon, 1979: 275. Simile dan metafora tergolong dalam bahasa kiasan atau figurative language atau têmbung éntar atau
non literal meaning. Yang dimaksud dengan figurative language adalah bahasa untuk menyatakan suatu makna dengan cara yang tidak biasa atau tidak sesuai
dengan apa yang diucapkannya Hawkes, 1980: 1. Simile tergolong dalam bahasa kiasan yang paling sederhana, oleh karena itu dapat dengan mudah diketahui
maknanya.
Sebagai salah-satu bentuk bahasa kiasan, maka simile juga tergolong sebagai salah-satu bentuk gaya bahasa. Gaya bahasa adalah cara penggunaan
bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Gaya bahasa juga dapat berarti bagaimana seorang penulis berkata mengenai apa pun yang dikatakannya
Abrams, 1981: 190. Gaya bahasa lahir karena penutur memanfaatkan secara maksimal potensi-
potensi, pola-pola, dan peluang-peluang yang ada di dalam bahasa. Oleh karena itu gaya bahasa juga berarti pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang
dalam bertutur atau menulis Kridalaksana, 2001: 63. Gaya bahasa pernah dipandang sebagai bagian dari teknik persuasi
sehingga banyak dibicarakan dalam kaitannya dengan orator Hough, 1969: 1. Linguistik modern memandang gaya bahasa berdasarkan adanya perbedaan
struktur linguistik. Dua tuturan dapat mengungkapkan makna yang sama akan tetapi jika keduanya menunjukkan struktur yang berbeda maka keduanya
menampilkan gaya bahasa yang berbeda pula. Gaya bahasa berkaitan dengan pilihan pola struktur tuturan, dan itu juga berarti pilihan cara pengungkapan
maksud. Selain simile atau pêpindhan bahasa kiasan meliputi metafora,
personifikasi, metonimi Scott, 1980: 10, epic simile, sinekdoki, dan allegori Rachmat Djoko Pradopo, 1987: 62. Meskipun bentuknya bermacam-macam,
bahasa kiasan memiliki sifat yang umum, yang dimiliki oleh semua bentuk tersebut, yakni mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan
sesuatu yang lain Altenbernd, 1970: 15.
B. Metafora