Rancangan Percobaan Analisis Data

Kandungan zat organik yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan mikroalga dan akan mencemari lingkungan. Untuk itu, untuk mengurangi kandungan bahan organik tersebut dilakukan penanganan pendahuluan pretreatment. Penanganan pendahuluan yang dilakukan meliputi penyaringan. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan zat terlarut berukuran besar yang ada pada limbah cair RPH dan limbah cair peternakan. Menurut Sirait et al. 2008, mengolah limbah secara aerobik memanfaatkan aktivitas mikroba aerob dalam kondisi aerob untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah menjadi zat inorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Menurut Kawaroe et al. 2010 unsur hara yang dibutuhkan mikroalga terdiri dari mikronutrien dan makronutrien. Makronutrien antara lain C, H, N,P K, S, Mg dan Ca. Sedangkan makronutrien yang dibutuhkan antara lain adalah Fe, Cu, Mn, Zn, Co, Mo, Bo, Vn dan Si. Pertumbuhan mikroalga pada media kultur dapat diindikasikan dengan perubahan warna air yang awalnya jernih atau bening menjadi berwarna hijau. Warna hijau yang timbul menandakan keberadaan mikroalga karena mikroalga memiliki pigmen hijau atau klorofil. Mikroalga yang biasa dijumpai di danau dan di kolam adalah Chlorophyta alga hijau yang memiliki klorofil dan mampu melakukan fotosintesis Kawaroe et al. 2010. Gambar 5 dan 6 menunjukkan limbah cair RPH dan limbah cair peternakan sebelum dan sesudah ditumbuhi mikroalga. Gambar 5 a Limbah cair RPH dan b media kultur RPH. Gambar 6 a Limbah cair peternakan dan b media kultur peternakan. Waktu yang dibutuhkan mikroalga untuk tumbuh pada media kultur RPH dan media kultur peternakan adalah 12-14 hari. Pada media kultur RPH, mikroalga tumbuh menyebar pada cairan, sedangkan pada media kultur peternakan mikroalga selain tumbuh menyebar di cairan juga sebagian besar berkumpul di permukaan media. Karakterisasi terhadap media kultur RPH dan PET dilakukan sebelum proses koagulasiflokulasi diterapkan. Kondisi awal media kultur yang telah ditumbuhi mikroalga sebelum dipisahkan dinilai sebagai kondisi mikroalga pada kondisi tanpa penambahan dosis koagulan dan pengaturan pH untuk koagulasiflokulasi kimia dan waktu kontak 0 menit untuk koagulasiflokulasi elektrik. Kondisi awal media kultur sebelum mikroalga dipisahkan dapat dilihat pada Tabel 1. Dapat dilihat pada Tabel 2, nilai TSS yang diasumsikan sebagai jumlah mikroalga yang ada meningkat dari kondisi media kultur sebelum diinokulasikan lihat Tabel 1. Beberapa parameter lain seperti COD dan konsentrasi fosfat mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa zat organik yang terdapat pada media kultur dipergunakan untuk metabolisme mikroalga. Menurut Ginting 2007, penggunaan zat organik pada limbah menandakan terjadinya mekanisme pengolahan limbah cair secara biologis. Pengolahan limbah biologis yang terjadi pada penelitian ini terjadi secara aerobik. Mikroalga berperan dalam penyediaan oksigen untuk bakteri pengolah limbah. Hal ini terjadi karena mikroalga memiliki kemampuan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen. Tabel 2 Karakteristik media kultur sebelum diberi perlakuan pendahuluan koagulasi Parameter Satuan Nilai Media kultur PET Media kultur RPH TSS mgL 324 367 Kekeruhan FTU 379 390 Warna PtCo 800 720 COD mgL 86.4 75.2 Fosfat mgL 10.02 4.21 pH 6.7 7.3

4.2 Pemilihan Nilai Batasan Optimasi

4.2.1 Proses Koagulasi Kimia

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan Lampiran 1 dengan menggunakan analisa awal TSS, kekeruhan dan warna serta analisa lanjutan nilai COD, fosfat dan pH maka dipilih nilai-nilai pH dan dosis yang digunakan sebagai central pusat dengan kode 0 pada perancangan komposit terpusat. Gambar 7 a dan 7 b menunjukkan grafik hubungan dosis koagulan PAC terhadap parameter TSS. Pada Gambar 7 a yaitu untuk media kultur RPH, hasil uji jar test pertama memberikan hasil TSS yang terendah 9 mgL adalah untuk perlakuan dengan dosis 50 mgL pada pH 7.3. Selanjutnya dilakukan uji coba lagi dengan pengaturan pH yaitu pada pH 7 dan diperoleh 2 nilai TSS terendah yaitu 6 mgL dan 7 mgL pada dosis PAC 75 mgL dan 125 mgL, sehingga nilai pH dan dosis yang ditetapkan sebagai central adalah diantara nilai dosis PAC tersebut yaitu 100 mgL pada pH yang sama pH 7. Gambar 7 b dan 7 c menunjukkan hasil penelitian pendahuluan untuk uji pendahuluan jar test media kultur peternakan dengan koagulan PAC. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai TSS terendah adalah pada pH 7 dengan dosis PAC 225 mgL.