Tabel 4 Matrik satuan percobaan
No Kode nilai
RPH dengan PAC PET dengan PAC
RPH dengan ferro sulfat PET dengan ferro sulfat
RPH dan PET elektrik X
1
X
2
pH Dosis mgL
pH Dosis mgL
pH Dosis mgL
pH Dosis mgL
Input energi listrik volt
Waktu menit 1
-1 -1
6.5 75
6.75 200
6.25 60
6.25 100
10 30
2 -1
1 6.5
125 6.75
250 6.25
70 6.25
120 10
50 3
1 -1
7.5 75
7.25 200
6.75 60
6.75 100
20 30
4 1
1 7.5
125 7.25
250 6.75
70 6.75
120 20
50 5
7 100
7 225
6.5 65
6.5 110
15 40
6 7
100 7
225 6.5
65 6.5
110 15
40 7
7 100
7 225
6.5 65
6.5 110
15 40
8 1.414
7.7 100
7.4 225
6.85 65
6.85 110
22.07 40
9 -1.414
6.3 100
6.6 225
6.15 65
6.15 110
7.98 40
10 1.414
7 135.35
7 260.35
6.5 72.07
6.5 124.14
15 54.14
11 -1.414
7 64.64
7 189.65
6.5 57.93
6.5 95.86
15 25.86
4.3 Penentuan Optimasi Proses
4.3.1 TSS
TSS Total Suspended Solid atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganik Huda
2009. Pada penelitian ini mikroalga yang dapat dipisahkan dilihat dari selisih nilai TSS sebelum dilakukan koagulasi sebagai perlakuan pendahuluan dan nilai
TSS setelah dilakukan koagulasi. Pada koagulasi kimia digunakan dua jenis koagulan yaitu PAC dan ferro
sulfat. Pengaruh yang diberikan pada kedua jenis media kultur yang digunakan menunjukkan hasil yang berbeda. Pada media kultur RPH dengan menggunakan
koagulan PAC efisiensi tertinggi yaitu 99 didapatkan dengan penambahan PAC sebanyak 75 mgL pada pH 6.5, sedangkan pada media kultur cair peternakan
efisiensi tertinggi yaitu 99 didapatkan dengan penambahan PAC sebanyak 225 mgL pada pH 7. Hasil yang didapatkan pada media kultur RPH berbeda dengan
hasil perhitungan optimasi menggunakan metode respon permukaan, dimana nilai optimal untuk efisiensi TSS pada media kultur RPH dengan menggunakan
koagulan PAC adalah 98 yang didapatkan dengan penambahan PAC sebanyak 100 mgL pada pH 7, sedangkan pada media kultur peternakan nilai optimal
untuk efisiensi TSS adalah 98 dengan penambahan PAC sebanyak 200 mgL pada pH 7.25. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3A dan 3B.
Perbedaan yang cukup besar terlihat pada dosis koagulan yang diberikan yaitu pada media kultur peternakan dosis yang diberikan jauh lebih besar
daripada dosis yang diberikan pada media kultur RPH. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik yang cukup tinggi pada media kultur peternakan
sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk dapat terkoagulasi dengan baik.
Pada media kultur RPH dengan menggunakan koagulan ferro sulfat efisiensi tertinggi yaitu 99.18 didapatkan dengan penambahan ferro sulfat
sebanyak 70 dan 65 mgL pada pH 6.75 dan 6.5, sedangkan pada media kultur peternakan efisiensi tertinggi yaitu 98 didapatkan dengan penambahan ferro
sulfat sebanyak 110 mgL pada pH 6.5. Menurut hasil perhitungan optimasi menggunakan metode respon permukaan, nilai optimal untuk efisiensi TSS pada
media kultur RPH dengan menggunakan koagulan ferro sulfat adalah 99 yang didapatkan dengan penambahan ferro sulfat sebanyak 65 mgL pada pH 6.5,
sedangkan pada media kultur peternakan nilai optimal untuk efisiensi TSS adalah 81 dengan penambahan ferro sulfat sebanyak 120 mgL pada pH 6.75.
Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3C dan 3D. Penggunaan koagulan ferro sulfat pada perlakuan ini terutama untuk media
kultur peternakan tidak sebesar penggunaan koagulan PAC yaitu hanya kurang lebih setengahnya, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ferro sulfat untuk
melakukan agregasi pada media kultur peternakan lebih kuat dibandingkan menggunakan PAC. Media kultur sesudah diberi perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9 a Media kultur RPH setelah diberi perlakuan pendahuluan dengan koagulan PAC dan b media kultur peternakan setelah diberi
perlakuan pendahuluan dengan koagulan PAC.
Gambar 10 a Media kultur RPH setelah diberi perlakuan pendahuluan dengan koagulan ferro sulfat dan b media kultur peternakan setelah
diberi perlakuan pendahuluan dengan koagulan ferro sulfat.