Penelitian terdahulu Study of Coagulation as a Pre Treatment of Microalgae Removal by Sedimentation

sedangkan dosis optimum PAC 400 mgL untuk limbah sintetik dan 200 mgL untuk limbah cair RPH. 5 Kualitas supernatan cukup baik dilihat dari parameter kekeruhan, warna, dan TSS, dan memungkinkan untuk didaur-ulang untuk keperluan tertentu. 6 Koagulan PAC memberikan efek kecepatan dan kestabilan koagulasiflokulasi yang lebih baik daripada koagulan alum, namun biaya pemisahan per satuan volume sekitar 4 kali lebih mahal dibandingkan dengan biaya pemisahan dengan alum. 7 Koagulasi menggunakan PAC dihasilkan endapan berwarna tetap hijau, sedangkan menggunakan alum dihasilkan endapan berwarna abu-abu Penggunaan limbah sebagai media pertumbuhan mikroalga juga diteliti oleh Afriyanti 2011, Mikroalga yang akan dipisahkan ditumbuhkan pada limbah cair RPH dan limbah cair sintetik menggunakan proses elektrokoagulasi. Penelitian ini memberikan hasil bahwa mikroalga dapat dipisahkan menggunakan elektroda aluminium dengan tegangan optimum 15 volt selama 40 menit. Efisiensi pemisahan mikroalga tertinggi yang dapat dicapai adalah 51.55 untuk limbah cair peternakan dan 28.98 untuk limbah cair sintetik dilihat dari nilai TSS. Pemisahan mikroalga yang cukup banyak diterapkan adalah dengan menggunakan teknik koagulasi. de Godos et al. 2010 telah membandingkan efisiensi penggunaan koagulan kimia FeCl 3 dan Fe 2 SO 4 3 dengan flokulan polimer Drewfloc 447, Flocudex CS5000, Flocusol CM78, Chemifloc CV300 dan Chitosan pada proses koagulasi untuk pemisahan mikroalga. Hasil yang didapatkan yaitu penggunaan flokulan polimer memberikan hasil yang lebih efisien dalam pemisahan mikroalga menghasilkan biomassa 66-98 yaitu dengan dosis 25-50 mgL, sedangkan koagulan kimia membutuhkan dosis 150- 250 mgL untuk menghasilkan biomassa dengan jumlah yang sama.

2.2 Teori yang mendasari

2.2.1 Produksi Mikroalga

Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik, baik sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan air tawar dan laut dan lazim disebut fitoplankton. Makanan utama mikroalga ialah karbondioksida. Mikroalga saat ini menjadi salah satu alternatif sumber energi baru yang sangat potensial. Kegiatan kultivasi tumbuhan produsen primer ini menghemat ruang save space, memiliki efisiensi dan efektivitas tinggi salah satunya karena mampu tumbuh cepat dan dipanen dalam waktu singkat yaitu 7-10 hari. Sel mikroalga dapat dibagi menjadi 10 divisi, delapan divisi diantaranya merupakan bentuk uniseluler. Dari delapan divisi alga, enam divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikroalga yaitu: tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Karakteristik lain yang digunakan untuk membedakan masing-masing divisi yaitu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni filamen Frikardo 2008. Pemanfaatan mikroalga telah dikenal luas, antara lain sebagai bahan obat- obatan. Mikroalga mengandung beberapa zat gizi yang berguna bagi kesehatan manusia yaitu protein, lemak, pigmen, vitamin, asam lemak tak jenuh Omega-3, Eikosa-pentaenoat EPA serta Dokosaheksaenoat DHA. Jenis mikroalga yang sudah sangat luas pemanfaatannya adalah Chlorella yang mengandung protein sekitar 40-60 berat kering. Kandungan lemak lipid dan asam lemak fatty acid yang ada di dalam mikroalga merupakan sumber energi. Kandungan ini dihasilkan dari proses fotosintesis yang merupakan hidrokarbon, dan diduga dapat menghasilkan energi yang belum digali dan dimanfaatkan sepenuhnya Kawaroe et al. 2010. Peranan mikroalga dalam kehidupan perairan yaitu berfungsi sebagai sumber makanan dan nutrsi bagi moluska dan bivalvial, zooplankton rotifera, dapnia, artemia, beberapa spesies udang pada tahap awal hingga tahap akhir serta beberapa spesies ikan pada tahap awal pertumbuhan juvenil. Disamping itu mikroalga juga digunakan sebagai green water technology yaitu penstabil kualitas air Frikardo 2008. Penggunaan peralatan dalam melakukan kultivasi mikroalga perlu diperhatikan karena terdapat perbedaan bentuk dan ukuran dari peralatan- peralatan kultur yang dapat digunakan, yaitu dari wadah yang berbentuk tabung sampai kantong plastik atau drum plastik transparan. Bentuk dan ukuran wadah kultur ini berhubungan dengan sistem sirkulasi, aerasi, pencahayaan, pengoperasian, dan khususnya untuk mengoptimalkan agar wadah kultur dapat menghasilkan jumlah sel yang tinggi per satuan volume media kultur yang digunakan. Bentuk wadah kultur yang ideal adalah bentuk silinder lonjong dengan bentuk dasar rata atau konkav, warna transparan tembus cahaya dan mempunyai tutup tabung Frikardo 2008. Pada kultivasi skala kecil yang umumnya digunakan untuk pakan kultivan di aquarium, wadah kultur bisa menggunakan botol bening atau botol coca cola plastik. Penggunaan di laboratorium biasanya menggunakan tabung erlenmeyer dengan bagian bawah datar dengan ukuran mulai dari volume 50 ml sampai dengan tiga liter yang diberi tutup tabung yang terbuat dari busa silikon atau silikon padat yang diberi lubang untuk memasukkan selang aerasi. Untuk menjaga keseimbangan tekanan gas didalam tabung kultur tersebut pada tutupnya ditambahkan satu lubang untuk dimasuki pipa gelas dengan diameter 0.5 cm. Kultivasi mikroalga skala sedang biasanya menggunakan ukuran 10 liter sampai 500 liter yang ditempatkan pada kondisi indoor kultur. Bahan wadah terbuat dari palstik, gelas atau polycarbonate yang transparan tembus cahaya lampu flourescent bulb neon. Bentuk wadah kultur pada umumnya berbentuk tabung dilengkapi penutup yang diletakakan berderet sejajar horizontal maupun vertikal untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi cahaya lampu. Peralatan dan perlengkapan kultur lainnya disediakan dengan kebutuhan yang diperlukan, seperti batu aerasi, pipa aerasi, blower aerasi, komponen zar penyubur pupuk, sistem pengolahan air kultur dan unit ukuran ruangan kecil maupun stok kultur bibit murni jenis mikroalga yang menjadi tujuan kultur Frikardo 2008. Kultivasi mikroalga skala besar umumnya dilakukan di luar laboratorium dan dimulai dari volume satu sampai 20 ton dengan menggunakan kolam terbuka atau fotobioreaktor dengan sistem tertutup dan terkontrol. Penggunaan air sebagai media tumbuh dilakukan dengan penyaringan menggunakan saringan pasir dan arang yang berfungsi untuk mematikan organisme lain yang tidak diinginkan Kawaroe et al. 2010. Terdapat 3 metode kultivasi yang umum digunakan yaitu kultur batch klasik, kultur modifikasi batch dan kultur semi kontinu. Metode kultur batch klasik pada prinsipnya adalah menginokulasi bibit sel kedalam tabung kultur dengan kepadatan sel mikroalga yang rendah. Metode yang kedua yaitu kultur