Optimasi Proses Koagulasi Kimia dengan PAC

dan rasio 3.597. Hasil uji analisis ragam untuk respon pH menunjukkan bahwa model yang terpilih adalah kuadratik. Nilai probF yaitu 0.0979 yang menunjukkan bahwa model tidak berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.9454, hal ini menunjukkan bahwa model sudah sesuai dengan trend atau plot dari model kuadratik. Standar deviasi untuk model adalah 0.26 dengan nilai R 2 = 77.76 dan rasio 5.573. Hasil analisis ragam dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 25, 26, 27, 28, 29 dan 30. Hasil optimasi pada media kultur RPH yang telah ditumbuhi mikroalga yaitu dengan faktor dosis PAC 100 mgL pada pH 7 didapatkan nilai respon TSS = 9 mgL, kekeruhan = 5 FTU, warna = 16 PtCo, COD = 61.3 mgL, konsentrasi fosfat = 0.0305 mgl dan pH = 6.4. Masing-masing respon memiliki model persamaan untuk mendapatkan nilai dari respon berdasarkan faktor dosis dan pH optimal. Data dapat dilihat pada Lampiran 2A. Nilai dari faktor dosis dan pH optimal 100 mgL dan 7 akan dibandingkan dengan hasil eksperimen untuk memperoleh selisih antara hasil respon optimal dengan hasil eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 13-18. Berdasarkan optimasi dengan menerapkan proses koagulasi kimia menggunakan koagulan PAC pada media kultur RPH yang telah ditumbuhi mikroalga, nilai faktor yang optimal juga merupakan titik central sehingga berdasarkan hasil eksperimen didapatkan tiga nilai untuk masing-masing respon. Nilai TSS yang didapatkan berdasarkan hasil eksperimen adalah 5 mgL, 5 mgL dan 4 mgL. Hasil yang didapatkan ini memiliki perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan nilai respon model yaitu 9 mgL. Perbedaan antara hasil eksperimen dengan respon model adalah sebesar 82 dan 127. Pada nilai kekeruhan, apabila dibandingkan dengan hasil eksperimen terdapat perbedaan namun tidak sebesar pada nilai TSS. Hasil eksperimen untuk kekeruhan adalah 4 FTU, 4 FTU dan 6 FTU, berdasarkan perhitungan maka terdapat perbedaan sebesar 25 dan 17 dengan nilai respon model. Hasil eksperimen warna yaitu 16 PtCo, nilai yang didapatkan ini sama dengan hasil perhitungan respon model. Hasil eksperimen untuk parameter COD yaitu 62.4 mgL, 60.8 mgL dan 63.2 mgL, sedangkan hasil perhitungan berdasarkan respon model yaitu 61.3 mgL sehingga terdapat perbedaan sebesar 2, 1 dan 3 antara hasil eksperimen dengan respon model. Pada parameter konsentrasi fosfat diperoleh hasil eksperimen 0.007 mgL, 0.0035 mgL dan 0.0023 mgL, sedangkan hasil perhitungan berdasarkan respon model adalah 0.0305 mgL. Pada konsentrasi fosfat ini terdapat perbedaan yang cukup besar antara hasil eksperimen dengan respon model yaitu sebesar 336, 771 dan 1226. Hasil eksperimen untuk parameter pH yaitu 6.6, 6 dan 6.7, sedangkan hasil perhitungan respon model adalah 6.4. Apabila dibandingkan antara hasil eksperimen dengan nilai respon model maka terdapat perbedaan sebesar 3, 7 dan 4. Efektivitas pemilihan titik optimal dari faktor yang digunakan pH dan dosis pada proses koagulasi kimia menggunakan koagulan PAC sebagai perlakuan pendahuluan pada teknik pemisahan mikroalga dilihat dari parameter TSS yang terukur. Berdasarkan perhitungan maka pada media kultur peternakan selisih antara hasil eksperimen dengan nilai respon model lebih kecil yaitu berkisar antara 0.2-50 sedangkan pada media kultur RPH lebih besar yaitu 82 dan 127. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai central untuk pH dan dosis yang juga merupakan pendugaan awal titik optimal telah sesuai dengan rancangan pada metode permukaan respon. Hubungan pH X 1 dan dosis PAC X 2 pada media kultur peternakan terhadap masing-masing respon ditunjukkan pada Gambar 13. Pada Gambar 13 a, 13 c dan 13 e dapat dilihat bahwa nilai TSS, warna dan konsentrasi fosfat terus menurun dan mencapai titik optimal 6 mgL, 78 PtCo dan 0.005 mgL pada pH 7 dan dosis PAC 225 mgL, kemudian terjadi sedikit peningkatan. Penurunan nilai pH dan dosis PAC bersifat kuadratik pada daerah penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pH dan dosis PAC diatas 7 dan 225 mgL akan menghambat proses koagulasi mikroalga pada media kultur peternakan, dimana koagulan pada media kultur telah menjadi jenuh sehingga tidak bekerja secara optimal lagi untuk menurunkan kadar TSS, warna dan konsentrasi fosfat. Menurut Alaerts 1984, PAC memiliki beberapa keunggulan untuk digunakan sebagai koagulan yaitu efektif bekerja pada rentang pH 5-10, menghasilkan lumpur lebih sedikit dan memiliki efek korosi yang jauh lebih kecil. Pada Gambar 13 b dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan terus menurun dan mencapai titik optimal pada kekeruhan = 18 FTU, sedangkan pada Gambar 13 f menunjukkan bahwa nilai pH media kultur setelah diberi perlakuan semakin meningkat sehingga mencapai titik optimal yaitu 6.3. Model persamaan yang terbentuk berdasarkan gambar adalah linier pada daerah percobaan. Gambar 13 d yaitu kurva respon COD menunjukkan bahwa tidak terbentuk suatu model persamaan, berdasarkan metode respon permukaan tidak terpilih suatu model untuk menunjukkan hubungan antara faktor pH dan dosis PAC terhadap respon COD sehingga hanya terdapat satu nilai untuk semua kombinasi percobaan yaitu 66.2 mgL. Hubungan pH X 1 dan dosis PAC X 2 pada media kultur RPH terhadap masing-masing respon ditunjukkan pada Gambar 14. Pada Gambar 14 a dan 14 e dapat dilihat bahwa nilai TSS dan konsentrasi fosfat terus mengalami peningkatan hingga mencapai titik optimal yaitu 9 mgL dan 0.0028 mgL. Pada Gambar 14 b dan 14 c dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan dan warna terus mengalami penurunan hingga mencapai titik optimal kekeruhan = 5 FTU dan warna = 16 PtCo. Penurunan nilai pH dan dosis PAC yang diikuti bersifat kuadratik pada daerah percobaan, pada titik tertentu nilai kekeruhan dan warna kembali meningkat. Nilai kekeruhan dan warna pada media kultur RPH ini lebih rendah daripada media kultur peternakan. 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00 240.00 245.00 250.00 6.75 6.85 6.95 7.05 7.15 7.25 4 6 8 10 12 14 T S S m g L X1: pH X2: Dosis mgL 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00 240.00 245.00 250.00 6.75 6.85 6.95 7.05 7.15 7.25 10 15 20 25 30 K e k e r u h a n F T U T u r b id it X1: pH X2: Dosis mgL 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00 240.00 245.00 250.00 6.75 6.85 6.95 7.05 7.15 7.25 40 60 80 100 120 140 W a r n a U n it P t C o X1: pH X2: Dosis mgL 6.75 6.85 6.95 7.05 7.15 7.25 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00 240.00 245.00 250.00 55 60 65 70 75 80 C O D m g L X2: Dosis mgL X1: pH 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00 240.00 245.00 250.00 6.75 6.85 6.95 7.05 7.15 7.25 -0.1 0.1 0.2 0.3 F o s f a t m g L X1: pH X2: Dosis mgL 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 230.00 235.00 240.00 245.00 250.00 6.75 6.85 6.95 7.05 7.15 7.25 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 p H X1: pH X2: Dosis mgL a d b e c f Gambar 13 Kurva permukaan respon 3 dimensi hubungan antara pH dan dosis dengan a respon TSS, b kekeruhan, c warna, d COD, e fosfat dan f pH pada media kultur peternakan dengan koagulan PAC. Gambar 14 d merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara pH X 1 dan dosis PAC X 2 terhadap COD. Kurva menunjukkan nilai COD pada respon model dibangun berdasarkan model persamaan linier, sedangkan Gambar 14 f yang merupakan kurva hubungan antara pH X 1 dan dosis PAC X 2 dengan parameter pH. Nilai pH terus mengalami peningkatan menuju pH netral dan mencapai titik optimal pada faktor pH 7 dan dosis PAC 100 mgL. Penggunaan PAC sebagai koagulan pada proses koagulasi kimia sebagai perlakuan pendahuluan pada teknik pemisahan mikroalga pada kedua media kultur memberikan hasil yang cukup efektif yaitu diperoleh nilai optimal untuk TSS adalah berkisar antara 4-6 mgL pada pH yang sama yaitu 7 namun dengan dosis PAC yang berbeda yaitu untuk media kultur peternakan adalah 225 mgL dan media kultur RPH adalah 100 mgL. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mikroalga yang telah ditumbuhkan pada kedua media kultur telah berhasil dipisahkan, namun dosis PAC sebagai koagulan masih cukup besar. 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 6.50 6.70 6.90 7.10 7.30 7.50 2 4 6 8 10 12 14 16 T S S m g L X1: pH X2: Dosis mgL 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 6.50 6.70 6.90 7.10 7.30 7.50 10 20 30 40 K e k e r u h a n F T U T u r b id it y X1: pH X2: Dosis mgL 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 6.50 6.70 6.90 7.10 7.30 7.50 50 100 150 200 W a r n a U n it P t C o X1: pH X2: Dosis mgL 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 6.50 6.70 6.90 7.10 7.30 7.50 58 60 62 64 66 C O D m g L X1: pH X2: Dosis mgL 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 6.50 6.70 6.90 7.10 7.30 7.50 -0.02 0.02 0.04 0.06 0.08 F o s f a t m g L X1: pH X2: Dosis mgL 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 6.50 6.70 6.90 7.10 7.30 7.50 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 p H X1: pH X2: Dosis mgL a d b e c f Gambar 14 Kurva permukaan respon 3 dimensi hubungan antara pH dan dosis dengan respon a respon TSS, b kekeruhan, c warna, d COD, e fosfat dan f pH pada media kultur RPH dengan koagulan PAC.

4.3.8 Optimasi Proses Koagulasi Kimia dengan Ferro Sulfat

Desain model yang terpilih dari hasil analisis penentuan model pada media kultur peternakan untuk respon TSS adalah model kuadratik. Hasil uji analisis ragam yaitu model berpengaruh nyata terhadap respon karena probF yaitu 0.0091 nilai probF, kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa model tersebut nyata, sedangkan kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0,0032. Standar deviasi untuk model adalah 13.6 dengan nilai R 2 = 91.96 dan rasio 9.174 menunjukkan rasio tersebut sudah baik untuk mengarahkan desain model karena rasio yang baik adalah lebih besar dari 4. Pada respon kekeruhan, model yang terbentuk adalah model kuadratik, model berpengaruh nyata karena probF yaitu 0.0048. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0002. Standar deviasi untuk model adalah 32.91 dengan nilai R 2 = 93.85 dan rasio 10.782. Pada respon warna, model yang terbentuk adalah model kuadratik, model berpengaruh nyata karena probF yaitu 0.0144. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.00001. Standar deviasi untuk model adalah 65.84 dengan nilai R 2 = 90.26 dan rasio 7.373. Pada respon COD model persamaan yang terpilih adalah linier dengan nilai probF yaitu 0.0024 sehingga model berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.1835. Standar deviasi untuk model adalah 3.13 dengan nilai R 2 = 77.81 dan rasio 9.813. Respon fosfat memiliki model linier dengan nilai probF yaitu 0.0808, hal ini menunjukkan bahwa model tidak berpengaruh nyata terspon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0001. Standar deviasi untuk model adalah 0.52 dengan nilai R 2 = 46.69 dan rasio 5.022. Hasil uji analisis ragam untuk respon pH menunjukkan bahwa model yang terpilih adalah linier. Nilai probF yaitu 0.1543 yang menunjukkan bahwa model tidak berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0664, hal ini menunjukkan bahwa model kurang sesuai dengan trend atau plot dari model linier. Standar deviasi untuk model adalah 0.5 dengan nilai R 2 = 50.61 dan rasio 5.084. Hasil analisis ragam dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 31, 32, 33, 34, 35 dan 36. Hasil optimasi pada media kultur peternakan yang telah ditumbuhi mikroalga yaitu dengan faktor dosis ferro sulfat 110 mgL pada pH 6,5 didapatkan nilai respon TSS = 7.002 mgL, kekeruhan = 18.8 FTU, warna = 82.5 PtCo, COD = 75.3 mgL, konsentrasi fosfat = 0.4589 mgl dan pH = 6.1. Masing-masing respon memiliki model persamaan untuk mendapatkan nilai dari respon berdasarkan faktor dosis dan pH optimal. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2D. Nilai dari faktor dosis dan pH optimal 110 mgL dan 6.5 akan dibandingkan dengan hasil eksperimen untuk memperoleh selisih antara hasil respon optimal dengan hasil eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 13-18 Berdasarkan optimasi dengan menerapkan proses koagulasi kimia menggunakan koagulan ferro sulfat pada media kultur peternakan yang telah ditumbuhi mikroalga, nilai faktor yang optimal merupakan titik central sehingga berdasarkan hasil eksperimen didapatkan tiga nilai untuk masing-masing respon. Hasil eksperimen untuk nilai TSS yaitu 6 mgL, 7 mgL dan 8 mgL. Apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan menggunakan model persamaan yaitu 7 mgL maka terdapat perbedaan sebesar 17, 0.003 dan 13. Pada parameter kekeruhan didapatkan hasil eksperimen pertama dan kedua adalah sama yaitu 18 FTU, sedangkan yang ketiga adalah 19 FTU. Apabila nilai tersebut dibandingkan dengan respon model 18.8 mgL maka terdapat perbedaan sebesar 5 dan 1. Hasil eksperimen pada parameter warna juga menunjukkan angka yang sama antara yang pertama dan kedua yaitu 83 PtCo, sedangkan yang ketiga adalah 82 PtCo. Apabila nilai tersebut dibandingkan dengan respon model 82.5 PtCo maka terdapat perbedaan sebesar 1 untuk ketiganya. Hasil eksperimen untuk parameter COD yaitu 72 mgL, 75.2 mgL dan 73.6 mgL. Nilai perhitungan respon model pada parameter COD ini yaitu 75.3 mgL. Perbedaan dengan hasil perhitungan untuk respon model tidak terlalu besar yaitu 5, 0.2 dan 2. Perbedaan yang sangat besar antara hasil eksperimen dengan nilai respon model terdapat pada konsentrasi fosfat. Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh konsentrasi fosfat yaitu 0.0035 mgL, 0.0058 mgL dan 0.0046 mgL, sehingga setelah nilai faktor disubstitusikan pada model persamaan dan dihitung selisihnya dengan nilai pada respon model maka terdapat perbedaan sebesar 13013, 7813 dan 9877. Hasil eksperimen untuk parameter pH tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu besar dengan nilai pada respon model. Hasil eksperimen tersebut yaitu 5.8, 5.5 dan 5.7, sedangkan nilai untuk respon model adalah 6.1, sehingga terdapat perbedaan sebesar 5, 10 dan 6. Desain model yang terpilih dari hasil analisis penentuan model pada media kultur RPH untuk respon TSS adalah model kuadratik. Hasil uji analisis ragam yaitu model berpengaruh nyata terhadap respon karena probF 5 = 0.0086 nilai probF, lebih dari 0.05 menunjukkan bahwa model tersebut nyata, kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.2240. Standar deviasi untuk model adalah 1.85 dengan nilai R 2 = 92.17 dan rasio 10.071. Pada respon kekeruhan, model yang terbentuk adalah model kuadratik, namun model berpengaruh nyata karena probF yaitu 0.0171. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0043. Standar deviasi untuk model adalah 6.81 dengan nilai R 2 = 89.54 dan rasio 8.581. Pada respon warna, model yang terbentuk adalah model kuadratik, model berpengaruh nyata karena probF yaitu 0.0491. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.00001.Standar deviasi untuk model adalah 59.57 dengan nilai R 2 = 83.61 dan rasio 6.63. Pada respon COD model persamaan yang terpilih adalah kuadratik dengan nilai probF yaitu 0.2984, hal ini menunjukkan bahwa model tidak berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0913. Standar deviasi untuk model adalah 4.07 dengan nilai R 2 = 64.24 dan rasio 3.693. Respon fosfat memiliki model linier dengan nilai probF yaitu 0.002, hal ini menunjukkan bahwa model berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0201. Standar deviasi untuk model adalah 0.0068 dengan nilai R 2 = 86.48 dan rasio 11.651. Hasil uji analisis ragam untuk respon pH menunjukkan bahwa model yang terpilih adalah kuadratik. Nilai probF yaitu 0.0310 yang menunjukkan bahwa model berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.1431, hal ini menunjukkan bahwa model sudah sesuai dengan trend atau plot dari model kuadratik. Standar deviasi untuk model adalah 0.23 dengan nilai R 2 = 86.55 dan rasio 6.794. Hasil analisis ragam dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 37, 38, 39, 40, 41 dan 42. Hasil optimasi pada media kultur RPH yang telah ditumbuhi mikroalga yaitu dengan faktor dosis ferro sulfat 65 mgL pada pH 6.5 didapatkan nilai respon TSS = 4 mgL, kekeruhan = 10.3 FTU, warna = 49.3 PtCo, COD = 61.8 mgL, konsentrasi fosfat = 0.0152 mgl dan pH = 6.3. Masing-masing respon memiliki model persamaan untuk mendapatkan nilai dari respon berdasarkan faktor dosis dan pH optimal. Data dapat dilihat pada Lampiran 2C. Nilai dari faktor dosis dan pH optimal 110 mgL dan 6.5 akan dibandingkan dengan hasil eksperimen untuk memperoleh selisih antara hasil respon optimal dengan hasil eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 13-18. Berdasarkan optimasi dengan menerapkan proses koagulasi kimia menggunakan koagulan ferro sulfat pada media kultur RPH yang telah ditumbuhi mikroalga, nilai faktor yang optimal merupakan titik central sehingga berdasarkan hasil eksperimen didapatkan tiga nilai untuk masing-masing respon. Hasil eksperimen untuk parameter TSS adalah 5 mgL, 5 mgL dan 3 mgL. Perbedaan dengan hasil perhitungan berdasarkan model persamaan yaitu 16 dan 40. Pada parameter kekeruhan, hasil eksperimen adalah 10 FTU, 11 FTU dan 10 FTU, apabila dibandingkan dengan nilai perhitungan pada respon model maka tidak terdapat perbedaan yang besar yaitu 3 dan 6. Pada parameter warna terdapat hasil eksperimen yang sama antara nilai pertama dan kedua yaitu 49 PtCo, sedangkan nilai ketiga adalah 50 PtCo. Hasil eksperimen ini tidak menunjukkan perbedaan yang cukup besar dengan hasil perhitungan pada respon model yaitu 49.3 PtCo sehingga hanya terdapat perbedaan sebesar 1 untuk ketiga nilai tersebut. Pada parameter COD, hasil eksperimen yang didapatkan adalah 63.2 mgL, 60 mgL dan 61.6 mgL. Terdapat perbedaan sebesar 2, 3 dan 0.3 dengan nilai perhitungan pada respon model. Hasil eksperimen parameter konsentrasi fosfat pada media kultur RPH ini tidak menunjukkan perbedaan yang sangat