COD Penentuan Optimasi Proses

efisiensi untuk proses koagulasi menggunakan koagulan ferro sulfat yaitu untuk media kultur RPH adalah 100 pada pH 6.5 dengan dosis 65 mgL, sedangkan untuk media kultur peternakan adalah 91 pada pH 6.75 dengan dosis 120 mgL data dapat dilihat pada Lampiran 3C dan 3D. Pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan elektrik diperoleh nilai efisiensi tertinggi untuk penurunan konsentrasi fosfat yaitu untuk media kultur RPH sebesar 85 pada input energi listrik 20 volt selama 50 menit dan untuk media kultur peternakan sebesar 79 pada input energi listrik 15 volt selama 40 menit. Hasil optimasi efisiensi dengan menggunakan metode respon permukaan untuk penerapan proses koagulasi elektrik menunjukkan nilai yang tidak terlalu jauh berbeda yaitu untuk media kultur RPH sebesar 77 pada input energi listrik 15 volt selama 40 menit, sedangkan untuk media kultur peternakan adalah 78 pada input energi listrik 15 volt selama 40 menit data dapat dilihat pada Lampiran 3E dan 3F.

4.3.6 pH

Nilai pH dari media kultur RPH dan media kultur peternakan sebelum diberi perlakuan adalah 6.5 dan 6.3. Setelah ditumbuhi mikroalga nilai pH mengalami sedikit peningkatan yaitu 7.3 untuk media kultur RPH dan 6.7 untuk media kultur peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan limbah cair sebagai media kultur mikroalga maka dapat memperbaiki nilai pH cairan. Media kultur mengalami perubahan pH setelah diberi perlakuan pendahuluan koagulasi kimia dan koagulasi elektrik. Media kultur yang mengalami perlakuan pendahuluan koagulasi kimia dengan koagulan PAC dan ferro sulfat nilai pH berkisar pada pH netral cenderung asam yaitu 5.2-7.4, namun yang diberi perlakuan pendahuluan koagulasi elektrik nilai pH berada diatas 7 yaitu 7.2-7.8. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan PAC diperoleh nilai efisiensi perubahan pH tertinggi yaitu untuk media kultur RPH sebesar 24 pada pH 6.3 dengan dosis 100 mgl dan untuk media kultur peternakan sebesar 15 pada pH 6.6 dengan dosis 225 mgL. Hasil optimasi efisiensi untuk parameter pH menggunakan kogulan PAC menunjukkan hasil yang cukup berbeda terutama untuk media kultur peternakan. Efisiensi parameter pH untuk media kultur RPH yaitu 12 pada pH eksperimen 7 dengan dosis PAC 100 mgL, sedangkan untuk media kultur peternakan hanya sebesar 3 pada pH eksperimen 7.25 dengan dosis PAC 200 mgL data dapat dilihat pada Lampiran 3A dan 3B. Pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan ferro sulfat diperoleh nilai efisiensi tertinggi untuk perubahan nilai pH yaitu untuk media kultur RPH sebesar 29 pada pH 6.25 dengan dosis 70 mgl dan untuk media kultur peternakan sebesar 19 pada pH 6.25 dan pH 6.15 dengan dosis 120 mgL dan 110 mgL. Hasil optimasi efisiensi untuk parameter pH menggunakan kogulan ferro sulfat menunjukkan hasil yang cukup berbeda. Efisiensi parameter pH untuk media kultur RPH yaitu 12 pada pH eksperimen 6.5 dengan dosis ferro sulfat 65 mgL, sedangkan untuk media kultur peternakan hanya sebesar 6 pada pH eksperimen 6.75 dengan dosis ferro sulfat 120 mgL data dapat dilihat pada Lampiran 3C dan 3D . Pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan elektrik diperoleh nilai efisiensi tertinggi untuk perubahan nilai pH yaitu untuk media kultur RPH sebesar 7 pada input energi listrik 20 volt dan 15 volt selama 50 menit dan 25.86 menit serta untuk media kultur peternakan sebesar 16 pada input energi listrik 22.07 volt dan 15 volt selama 40 menit dan 54.14 menit. Hasil optimasi efisiensi pada penerapan proses koagulasi elektrik menunjukkan hasil yang lebih rendah yaitu untuk media kultur RPH adalah 4 dengan input energi listrik 15 volt selama 40 menit, sedangkan untuk media kultur peternakan adalah 13 dengan input energi listrik 15 volt selama 40 menit data dapat dilihat pada Lampiran 3E dan 3F. Kurva efisiensi hubungan antara masing-masing faktor yaitu pH, dosis PAC, dosis ferro sulfat, input dan waktu terhadap masing-masing respon pada media kultur RPH dan media kultur peternakan dapat dilihat pada Lampiran 4-9.

4.3.7 Optimasi Proses Koagulasi Kimia dengan PAC

Desain model yang terpilih dari hasil analisis penentuan model pada media kultur peternakan untuk respon TSS adalah model kuadratik. Hasil uji analisis ragam yaitu model berpengaruh nyata terhadap respon karena probF yaitu 0.0432 nilai probF, kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa model tersebut nyata, sedangkan kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0,6055. Standar deviasi untuk model adalah 1.86 dengan nilai R 2 = 84.49 dan rasio 7.045 menunjukkan rasio tersebut sudah baik untuk mengarahkan desain model karena rasio yang baik adalah lebih besar dari 4. Pada respon kekeruhan, model yang terbentuk adalah model linier, namun model tidak berpengaruh nyata karena probF yaitu 0.057. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.1468. Standar deviasi untuk model adalah 5.09 dengan nilai R 2 = 51.15 dan rasio 5.366, meskipun nilai R 2 tidak terlalu tinggi namun nilai rasio sudah cukup baik untuk mengarahkan desain model karena rasio yang baik adalah lebih besar dari 4. Pada respon warna, model yang terbentuk adalah model kuadratik, model berpengaruh nyata karena probF yaitu 0.0464. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.2871. Standar deviasi untuk model adalah 20.5 dengan nilai R 2 = 83.99 dan rasio 7.466. Pada respon COD tidak terpilih model persamaan sehingga Y = 66.2 dan merupakan nilai rata-rata keseluruhan untuk prediksi nilai respon Y COD. Standar deviasinya adalah 6.76. Respon fosfat memiliki model kuadratik dengan nilai probF yaitu 0.3404, hal ini menunjukkan bahwa model tidak berpengaruh nyata terspon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat nyata karena nilainya kurang dari 0.1 yaitu 0.0001. Standar deviasi untuk model adalah 0.21 dengan nilai R 2 = 59.58 dan rasio 3.778. Hasil uji analisis ragam untuk respon pH menunjukkan bahwa model yang terpilih adalah linier. Nilai probF yaitu 0.0073 yang menunjukkan bahwa model berpengaruh nyata terhadap respon. Kesalahan pemodelan lack of fit bersifat tidak nyata karena nilainya lebih besar dari 0.1 yaitu 0.8581, hal ini menunjukkan bahwa model sudah sesuai dengan trend atau plot dari model linier. Standar deviasi untuk model adalah 0.18 dengan nilai R 2 = 70.76 dan rasio 8.304. Hasil