Warna Penentuan Optimasi Proses

4.3.5 Fosfat

Fosfor merupakan salah satu elemen utama yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga secara normal. Menurut Richmond 1986 dalam Afriyanti 2011 kekurangan fosfor dapat menyebabkan perubahan morfologi sel, misalnya perubahan bentuk dan ukuran sel, karena fosfor berperan dalam transfer energi dan sintesa asam nukleat. Pada limbah cair, P-organik sering dinilai sebagai konsentrasi fosfat. Fosfat merupakan senyawa organik yang dapat mencemari lingkungan, sehingga apabila konsentrasi fosfat cukup tinggi maka sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap limbah cair tersebut sebelum dibuang ke lingkungan. Konsentrasi awal fosfat limbah cair RPH dan limbah cair peternakan adalah 17.25 mgL dan 19.32 mgL. Setelah ditumbuhi mikroalga terjadi penurunan konsentrasi fosfat yang cukup besar yaitu 4.21 mgL untuk limbah cair RPH dan 10.02 mgL untuk limbah cair peternakan. Penurunan konsentrasi fosfat ini disebabkan karena mikroalga menggunakan P-organik dalam jumlah yang cukup banyak, dan diketahui bahwa mikroalga yang tumbuh pada limbah cair pun cukup banyak. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu nilai efisiensi penurunan konsentrasi fosfat adalah sebesar 100, untuk media kultur RPH pada pH 6.5 dan pH 7 dengan dosis 125 mgL dan 100 mgl dan untuk media kultur peternakan pada pH 6.75 dan pH 7 dengan dosis 200 mgL dan 225 mgL. Hasil optimasi efisiensi untuk parameter konsentrasi fosfat tidak jauh berbeda yaitu untuk media kultur RPH adalah 99 pada pH 7 dengan dosis PAC 100 mgL, sedangkan untuk media kultur peternakan adalah 100 pada pH 7.25 dengan dosis PAC 200 mgL data dapat dilihat pada Lampiran 3A dan 3B. Hasil efisiensi konsentrasi fosfat ini cukup baik karena pada pH netral dan dosis yang lebih rendah daripada hasil eksperimen dapat memperoleh efisiensi penurunan konsentrasi fosfat sekitar 100. Pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan ferro sulfat diperoleh nilai efisiensi sebesar 100 untuk penurunan konsentrasi fosfat yaitu untuk media kultur RPH pada pH 6.75 dengan dosis 60 mgl dan untuk media kultur peternakan pada pH 6.5 dengan dosis 124.14 mgL. Hasil optimasi efisiensi untuk proses koagulasi menggunakan koagulan ferro sulfat yaitu untuk media kultur RPH adalah 100 pada pH 6.5 dengan dosis 65 mgL, sedangkan untuk media kultur peternakan adalah 91 pada pH 6.75 dengan dosis 120 mgL data dapat dilihat pada Lampiran 3C dan 3D. Pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan elektrik diperoleh nilai efisiensi tertinggi untuk penurunan konsentrasi fosfat yaitu untuk media kultur RPH sebesar 85 pada input energi listrik 20 volt selama 50 menit dan untuk media kultur peternakan sebesar 79 pada input energi listrik 15 volt selama 40 menit. Hasil optimasi efisiensi dengan menggunakan metode respon permukaan untuk penerapan proses koagulasi elektrik menunjukkan nilai yang tidak terlalu jauh berbeda yaitu untuk media kultur RPH sebesar 77 pada input energi listrik 15 volt selama 40 menit, sedangkan untuk media kultur peternakan adalah 78 pada input energi listrik 15 volt selama 40 menit data dapat dilihat pada Lampiran 3E dan 3F.

4.3.6 pH

Nilai pH dari media kultur RPH dan media kultur peternakan sebelum diberi perlakuan adalah 6.5 dan 6.3. Setelah ditumbuhi mikroalga nilai pH mengalami sedikit peningkatan yaitu 7.3 untuk media kultur RPH dan 6.7 untuk media kultur peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan limbah cair sebagai media kultur mikroalga maka dapat memperbaiki nilai pH cairan. Media kultur mengalami perubahan pH setelah diberi perlakuan pendahuluan koagulasi kimia dan koagulasi elektrik. Media kultur yang mengalami perlakuan pendahuluan koagulasi kimia dengan koagulan PAC dan ferro sulfat nilai pH berkisar pada pH netral cenderung asam yaitu 5.2-7.4, namun yang diberi perlakuan pendahuluan koagulasi elektrik nilai pH berada diatas 7 yaitu 7.2-7.8. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu pada penerapan perlakuan pendahuluan dengan koagulan PAC diperoleh nilai efisiensi perubahan pH tertinggi yaitu untuk media kultur RPH sebesar 24 pada pH 6.3 dengan dosis 100 mgl dan untuk media kultur peternakan sebesar 15 pada pH 6.6 dengan