Etos Kerja Islam Tinjauan Literatur

14

2. Etos Kerja Islam

a Pengertian Etos Kerja Islam K.H. Toto Tasmara 2004 : 15 memaparkan dalam bukunya Membudayakan Etos Kerja Islami bahwa etos berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etos merupakan pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan John M. Echols dan Hasan Shadily dalam Nurkholis 2010 memaknai etos adalah karakteristik, sikap, kebiasaan, atau kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok orang atau manusia. Secara terminologis, ethos digunakan dalam tiga pengertian, yaitu: 1 Suatu aturan umum atau cara hidup, 2 Suatu tatanan dari perilaku, dan 3 Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakini oleh individu, kelompok, atau masyarakat. Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk moral, sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan 15 sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin Tasmara 2004 : 15 Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa etos berkaitan dengan kejiwaan, maka setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan ada semacam kerinduan untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang mengarah kepada hasil yang lebih sempurna. Sehingga dalam mengekspresikan sesuatu selalu didasari oleh semangat menuju perbaikan dan upaya untuk menghindari hal-hal negatif. Jadi, etos bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai cara dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridlai-Nya, menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja berkaitan dan bersenyawa dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam bidangnya profesional. Tasmara 2004 : 24 Konsep etos kerja Islam didasarkan pada Al- qur’an karena Al- Qur’an merupakan pengawal perilaku umat Islam di semua bidang kehidupan. Selain itu etos kerja Islam juga didasarkan pada perkataan dan perilaku Nabi Muhammad SAW, bahwa dengan kerja keras segala dosa akan di ampuni dan bahwa “tidak ada orang yang 16 makan makanan yang lebih baik daripada makanan yang ia makan dari hasil jerih payahnya dalam bekerja Yousef, 2001 ”. Menurut Ahmad, 2004 etos kerja Islam adalah karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem keimananaqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Ali dan Owaihan 2008 mengusulkan empat konsep utama yang membangun etika kerja islami. Keempat konsep tersebut adalah: usaha, kompetisi, transparansi, dan tanggung jawab moral. Usaha dilihat sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat. Keterlibatan produktif meminimalkan permasalahan ekonomi dan sosial, meskipun tetap mengijinkan seseorang meraih standard kehidupan yang layak untuk dirinya dan keluarganya. b Ciri – Ciri Etos Kerja Islam Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terus-menerus memperbaiki diri, mencari prestasi bukan prestise, dan tampil sebagai bagian dari umat yang terbaik khairu ummah. Secara metaforis, bahkan dapat dikatakan bahwa seorang muslim itu sangat kecanduan untuk beramal saleh. Jiwanya 17 gelisah apabila dirinya hampa tidak segera berbuat kesalehan. Ada semacam dorongan yang sangat luar biasa untuk memenuhi hasrat memuaskan dahaga jiwanya yang hanya terpenuhi bila dia berbuat kesalehan tersebut. Tasmara, 2004: 73 Dalam sebuah artikel Dr. Ir. H. Luthfi Hasan, MS mengatakan bahwa ciri – ciri Etos Kerja Muslim sebagai berikut : 1 Memiliki jiwa kepemimpinan leadership Berulang kali kita membaca istilah khalifah fil ardhi yang berarti pemimpin, pengambil keputusan atau yang aktif berperan. Semua muslim seyogyanya membina jiwa kepimimpinan, paling tidak adalah dapat memimpin dririnya sendiri, mana mungkin bisa memimpin umat. Kehidupan bermasyarakat adalah tempat pelatihan yang efektif untuk menjadi pemimpin, sehingga mempunyai wawasan yang luas, teguh pendirian yang bukan berarti egoistic, sanggup menerima kritikan dan seterusnya. Semangat dan rasa kepemimpinan harus sejak dini ditanamkan dikalangan keluarga muslim, agar menjadi generasi yang kuat dan calon pemimpin umat. 2 Selalu berhitung Pengertian dari ciri ini bukanlah selalu berhitung materi, tetapi berhitung aspek dan resikonya. Lebih tepat lagi bahwa semua aktivitas direncanakan dengan sematang mungkin. 18 Surah al- Hasyr [59] ayat 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan . Komitmen pada janji dan waktu merupakan ciri seorang muslim. Di dalam bekerja dan berusaha akan tampak jejak seseorang muslim yang selalu teguh pendirian, tepat janji dan berhitung dengan waktu. The most important thing in doing business is trying keeping promises dan be in time. 3 Tidak merasa puas berbuat kebaikan positive continious improvement Ada pepatah yang mengatakan merasa puas didalam berbuat kebaikan adalah tanda-tanda kematian kreativitas . Dengan semangat ini seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan memainkan peranannya yang dinamis dan kreatif. Sekali dipancangkan niat baik, tak ada benteng yang dapat menghalanginya. Keberanian yang dipadukan dengan ilmu yang positif, akan membuahkan sebuah prestasi amaliah. 4 Hidup berhemat dan efisien Seorang mujahid akan melihat lintasan kehidupan yang panjang, sehingga dia harus berhemat dan melakukan efisiensi agar tidak kehabisan bekal. Berhemat sama sekali bukan berarti kikir, tetapi 19 berhemat adalah perlu adanya reserve karena lintasan hampir tidak pernah datar tetapi kadang naik dan kadang turun. Simaklah firman Allah surah al- Jumu’ah ayat 62, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. ” 5 Memiliki insting bertanding dan bersaing Semangat jihad akan menghasilkan semangat bertanding, semangat bertanding akan menghasilkan kreativitas dan peningkatan kemampuan diri. Untuk menjadi the winner harus dilakukan latihan-latihan yang intensif. Surah al-Baqarah [2] aya t 148: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu .” Harus disadari dengan penuh keyakinan yang mendalam bahwa keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi manusia muslim, sehingga sikap malas dan kehilangan sense of competition adalah suatu kondisi yang melawan misinya sebagai khalifah fil Ardhi. 20 6 Haus Keilmuan Seorang muslim seyogyanya tidak ikut-ikutan tanpa mempunyai wawasan keilmuan. Ilmu dapat diartikan luas, ilmu agama, ilmu pengetahuan lain dan pengalaman. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menghendaki dunia, perlu ilmu. Yang menghendaki akhirat juga dengan ilmu. Barang siapa menginginkan dunia dan akhirat juga dengan ilmu. Firman Allah dalam surah al-Zumar ayat 9 dan surah al- Mujadilah ayat 11, perlu dicermati. “Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran .” c Dimensi Etos Kerja Islam Banyak penelitian mengenai etos kerja Islam telah dilakukan, mulai dari Ali, 2001 yang menghasilkan skala untuk etos kerja Islam, Ali dan Owaihan 2008 mendefinisikan dasar- dasar etos kerja Islam terdiri dari 11 konsep yaitu, pursuing legitimate business , wealth must beearned, quality of work, wages, reliance on self , monopoly, bribery, deeds and intention, transparency , greed, dan generousity. 21 K.H. Toto Tasmara 2004: 73-139 dalam bukunya yang berjudul “Membudayakan Etos Kerja Islami” menyebutkan ada 25 ciri etos kerja bagi seorang muslim yakni Kecanduan terhadap waktu, Memiliki moralitas yang bersih dalam bekerja, Kecanduan kejujuran, Memiliki komitmen tinggi, Istiqomah kuat pendirian, Kecanduan disiplin, Konsekuen saat hadapi tantangan, Memiliki sikap percaya diri, Orang yang kreatif, Bertanggung jawab, Bahagia karena melayani, Memiliki harga diri, Memiliki jiwa kepemimpinan, Berorientasi pada masa depan, Hidup hemat dan efisien, Memiliki jiwa wirausaha, Memiliki insting bertanding fastabiqul khoirot, Keinginan untuk mandiri, Kecanduan belajar dan haus ilmu, Memiliki semangat perantauan, Memperhatikan kesehatan dan gizi, Tangguh dan pantang menyerah, Berorientasi pada prokdutivitas, Memperkaya jaringan silaturahmi, dan Memiliki semangat perubahan. Sedangkan Chanzanagh dan Akbarnejad 2011 menjelaskan ada tujuh dimensi etos kerja Islam yaitu: a Work Intention adalah niat dalam melakukan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang terpuji dalam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari perbuatan baik, yang memiliki posisi utama dalam ekonomi Islam dilakukan dengan maksud untuk mendekatkan diri dan meningkatkan iman kepada Allah. Sehingga maksud di 22 atas kegiatan ekonomi dalamislam yaitu untuk mencapai ridha Allah. b Trusteeship. Kepercayaan amanah adalah anjuran bagi umat Muslim agar memiliki modal sosial yang besar dalam hubungan sosio-ekonomi. Adalah penting untuk menyebutkan bahwa Islam menganjurkan umat Muslim untuk amanah tidak hanya pada aktifitas ekonomi akan tetapi juga pada seluruh aspek kehidupan c Work type. Pengamatan terhadap meningkatnya pemeluk agama Islam pada semenanjung Arab membuat wilayah tersebut sebagai salah satupusat bisnis pada masa itu dan kegiatan ekonomi yang dilakukanadalah perdagangan, dan dalam Islam, perdagangan bisnis merupakan kegiatan yang paling banyak mendatangkan keberkahan. Banyaknya tipe pekerjaan mengharuskan umat Muslim untuk memilih yang sesuai dengan kapasitas dan jangan sampai bertentangan dengan syariat Islam. d Work results for Islamic Ummah. Dalam Islam, aktivitas ekonomi yang tidak menghasilkan keuntungan untuk umat islam secara spesifikatau jika aktivitas ini merugikan saudara yang beragama lain sangat tidak dianjurkan. Sehingga kegiatan ekonomi yang benar adalah yang menguntungkan, memberikan kekuatan dan potensi bagi umat Islam. 23 e Justice and Fairness. Kebenaran dan keadilan dalam ekonomi Islammemberi kesejahteraan untuk seluruh umat. Islam sangat melarang pengumpulan kekayaan melalui jalan yang tidak baik atau Haram. Keadilan yang diterapkan akan menjadikan hubungan antar muslim menjadi kuat dan menghilangkan jarak atau perbedaan kelas sosial. f Cooperation Collaboration. Dalam Islam, masyarakatnya dianjurkan untuk saling membantu dan bekerjasama khususnya dalam aktivitas ekonomi dan hal tersebut diakui sebagai salah satu ciri orang-orang yang Saleh. Saling membantu dan bekerjasama dalam pekerjaanakan membantu meningkatkan teamwork dan dapat mendukung peningkatan produktivitas pada perusahaan. g Work as the only source of ownership. Bekerja adalah satu- satunya cara dalam sistem pemerataan kekayaan dalam Islam, dan setiap Muslim akan mendapatkan kekayaan dari hasil pekerjaannya. Berdasarkan ajaran Islam, setiap Muslim harus bekerja untuk mendapatkan pendapatan dan orang-orang yang hidup seperti parasit bagi yang lainnya sangat tidak dianjurkan. Akan tetapi hal ini sebaiknya tidak bertentangan dengan dimensi etos kerja Islam yang lainnya. Pekerjaan yang dilakukan dengan niat menimbun uang dan bukan untuk mendekatkan diri pada 24 Allah akan menimbulkan kerugian pada masyarakat Islam maupun kepercayaan lain. Berdasarkan ajaran Islam, setiap Muslim harus bekerja untuk mendapatkan pendapatan dan orang-orang yang hidup seperti parasit bagi yang lainnya sangat tidak dianjurkan. Akan tetapi hal ini sebaiknya tidak bertentangan dengan dimensi etika kerja Islam yang lainnya. Pekerjaan yang dilakukan dengan niat menimbun uang dan bukan untuk mendekatkan diri pada Allah akan menimbulkan kerugian pada masyarakat Islam maupun kepercayaan lain.

3. Keadilan Organisasi