Faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Sehat Terpadu DD Tahun 2014
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEINGINAN
PINDAH KERJA (TURNOVER INTENTION) PERAWAT DI RUMAH SAKIT SEHAT TERPADU DD TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
Isni Nurul Annisaa Siregar
11101010000093
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (MPK) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H/ 2015
(2)
(3)
iii UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Agustus 2015
ISNI NURUL ANNISAA SIREGAR, NIM : 1110101000093
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intention) Perawat Di RS Sehat Terpadu DD Tahun 2014
ISNI NURUL ANNISAA SIREGAR, NIM : 1110101000093
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intention) Perawat Di RS Sehat Terpadu DD Tahun 2014
ABSTRAK
Keinginan pindah kerja (turnover intention) adalah rencana karyawan untuk berniat keluar kerja dari pekerjaan yang sekarang dan berusaha menemukan pekerjaan lain dalam waktu dekat. Turnover intention atau keinginan pindah kerja perawat menjadi tantangan yang serius terhadap efisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki komitmen profesional yang signifikan serta kepuasan kerja pada perawat.
Penelitian inti bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan pindah kerja pada perawat di RS Sehat Terpadu DD Tahun 2014. Pengukuran dalam penelitian ini terdiri dari 9 faktor, antara lain : (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) tingkat pendidikan, (4) lama kerja, (5) status perkawinan, (6) kompensasi, (7) rekan kerja, (8) jenjang kerja, (9) lingkungan kerja. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini 84 perawat yang diambil secara acak. Data yang didapat menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RS Sehat Terpadu DD bahwa perawat yang memiliki niat untuk pindah bekerja sebanyak 45 perawat (53,5%) dari 84 perawat. Sedangkan perawat yang tidak memiliki niat untuk pindah kerja sebanyak 39 perawat (46,4%) dari 84 perawat. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa paling banyak perawat berusia ≤ 30 tahun yaitu 71 orang (84.5%), sebagian dari perawat yang berusia ≤ 30 juga memiliki niat untuk pindah kerja. Selain itu, didapatkan informasi bahwa perawat yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 23 perawat (62.2%) dan dari separuh perawat laki-laki-laki-laki memiliki kecenderungan untuk pindah bekerja. Diketahui bahwa perawat yang belum menikah terdapat 43 perawat (55.1%), dan didapatkan informasi bahwa perawat belum menikah memiliki keinginan untuk pindah bekerja. Kemudian, perawat dengan pendidikan akhir D3 yaitu 43 perawat (53.2) dan ditemukan separuh dari jumlah perawat dengan pendidikan akhir D3 memiliki niat untuk pindah bekerja. Diketahui
(4)
iv
pula perawat dengan masa kerja ≤ 1 tahun yaitu 24 perawat (52.2%), didapatkan bahwa perawat dengan masa kerja ≤ 1 tahun memiliki kecenderungan untuk pindah bekerja. Selanjutnya, perawat dengan status kontrak yaitu 42 orang (53.8%), dan sebagian dari perawat yang berstatus kontrak memliki keinginan untuk pindah bekerja. Perawat dengan kompensasi sesuai yaitu 24 orang (53.6%), didapatkan informasi bahwa perawat dengan kmpensasi kurang memiliki kecenderungan untuk pindah bekerja. Hasil analisis juga didapatkan bahwa perawat dengan rekan kerja kondusif yaitu 27 orang (58.7%), dan dari separuh perawat dengan rekan kerja kondusif memiliki keinginan untuk pindah bekerja. Perawat dengan jenjang karir baik yaitu 35 orang (55.6), sebagian dari perawat dengan jenjang karir baik memiliki keinginan untuk pindah bekerja. Informasi selanjutnya didapatkan bahwa perawat dengan lingkungan kerja kondusif yaitu 42 orang (55.3), dan sebagian dari perawat dengan lingkungan kerja kondusif memiliki kecenderungan untuk pindah bekerja.
Jika diamati karakteristik yang dimiliki oleh perawat, cukup banyak perawat yang memiliki risiko untuk pindah bekerja. Walaupun pada penelitian belum terbukti signifikan dari semua variabel terhadap turnover intention, maka ada beberapa saran yang direkomendasikan kepada pihak RS Sehat Terpadu DD. Saran yang diajukan adalah meningkatkan MSDM; memperhatikan kondisi kepuasan kerja perawat; mempertegas uraian tugas perawat; mengadakan program pemberian penghargaan.
(5)
v JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduated Thesis, August 2015
ISNI NURUL ANNISAA SIREGAR, NIM : 1110101000093
Factors Associated With Moving Desire Job (Turnover Intention) Nurses RS RST Dompet Dhuafa, 2014
ABSTRACT
The desire to change job ( turnover intention ) is a plan for the employee intends to work out of a job now and try to find another job in the near future. Turnover intention or desire to move nurses into a serious challenge to the efficiency and effectiveness of health care. Therefore, hospitals should have a significant professional commitment and job satisfaction of nurses.
Core research aims to determine the factors associated with the desire to move on nurses working in hospitals RST Dompet Dhuafa. Measurements in this study consisted of nine factors , among others : (1) age, (2) gender, (3) education, (4) duration of work, (5) marital status, (6) compensation, (7) colleagues labor, (8) the level of employment, (9) the work environment. This research is quantitative using cross sectional design. The sample in this study 84 nurses were drawn at random. Data were obtained using a questionnaire.
Based on the research that has been done at the Sehat Terpadu DD hospital that nurses who have the turnover intention to the job as many as 45 nurses (53.5%) out of 84 nurses. While nurses who have no turnover intention to out of job as much as 39 nurses (46.4%) out of 84 nurses. Results of univariate analysis showed that most nurses aged ≤ 30 years is 71 (84.5%), the majority of nurses aged ≤ 30 also to out the job. In addition, the obtained information that the nurse sex male is 23 nurses (62.2%) and half of male nurses have a tendency to move work. It is known that nurses who are not married are 43 nurses (55.1%), and obtained information that nurses are not married have a desire to move the job. Then, the nurse at the end of the education D3 with 43 nurses (53.2) and is found half of the number of nurses with education end D3 has the intention to move the job. Given also nurses working period ≤ 1 year ie 24 nurses (52.2%), it was found that nurses working period ≤ 1 year has a tendency to move the job. Furthermore, a nurse with the status of the contract, 42 (53.8%), and some of the nurses who possess the contractual status of a desire to move the job. Nurse with appropriate compensation that is 24 people (53.6%), obtained information that nurses with less pay has a tendency to move the job. The analysis also found that nurses with favorable work colleagues that 27 (58.7%), and half of nurses with work colleagues conducive to have a desire to move the job. Nurses with a good career path that is 35 people (55.6), the majority of nurses with a good career path has a desire to move the job. Further information was found that nurses with a conducive working environment where 42 people
(6)
vi
(55.3), and some of the nurses with a conducive working environment has a tendency to move the job.
If the observed characteristics possessed by nurses, quite a lot of nurses who are at risk to turnover intention. Although the research has not proved significant of all variables on turnover intention, then there are some recommended advice to Sehat Terpadu DD Hospital. The Suggestions put forward is to improve human resource management; reinforce the job description of nurses; held the awards program.
(7)
(8)
(9)
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bism illa hirro hm a nirro him ...
Deng a n izin d a n rid ho Mu Ya a Alla h, ku p ersem b a hka n seb ua h
ka rya kec ilku ini seb a g a i ta nd a b a ktiku kep a d a o ra ng -o ra ng
ya ng kuc inta i ya ng m em b erika n seg a la p erha tia n, c inta , ka sih
sa ya ng d a n p eng o rb a na n ya ng ta k d a p a t ku b a la s sep a nja ng
hid up ku. Teruntuk Ked ua Ora ng Tua ku, p a p a Ism ed & m a m a Uni
d eng a n seg a la d o a ya ng d ip a nja tka n o lehnya a ta s seg a la
ya ng kup ersem b a hka n ini a d a la h la ng ka h a w a l untuk m ena p a k
ja la n hid up ya ng m a sih p a nja ng ..
Syukro n Illa hi Ra b b i, tela h Eng ka u b erika n a ku kesem p a ta n untuk
m em p ersem b a hka n seb ua h keb a ha g ia a n ini kep a d a o ra ng
-o ra ng ya ng ku c inta d a n sa ya ng i...Aa a m iin...
(10)
x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Isni Nurul Annisaa Siregar
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. H. Suhaemi No.27 RT.02/04 Parung Kulon Bojongsari Depok
Handphone : 0813-1984-6451
E-mail : isni_nurul@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
1998 - 2004 : SD Negeri 01 Parung
2004 - 2007 : SMP Negeri 01 Parung
2007 - 2010 : SMA Negeri 01 Parung
2010-2015 : Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
PENGALAMAN
2013 – 2014 : Ketua Divisi Fundraising HACAMSA (Health Care Management Student Assosiation)
2013 – 2014 : Anggota FORSA (Federasi Olahraga Mahasiswa) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 (Februari – Maret) : Magang di Divisi Sumber Daya Manusia RS Sehat Terpadu DD
(11)
xi
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat
dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intention) Perawat di
RS Sehat Terpadu DD Tahun 2014”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang menuntun umatnya dari zaman jahiliyah ke
zaman yang penuh dengan ilmu dan teknologi seperti sekarang ini.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,
tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis inin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Terimakasih kepada papa dan mama, kakak Yuta, abang Valdy, dek Syafa yang
telah memberikan semangat, kasih sayang dan doanya kepada penulis serta
segenap keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri. SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, Ph.D selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D selaku sekertaris Program Studi Kesehatan
(12)
xii
5. Ibu Yuli Amran, MKM selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis.
6. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Ibu Susanti Tungka, Ibu Diah, Ibu Hesti, Mas Jadin, Mas Fajar dan seluruh
pekerja di RS Sehat Terpadu DD yang telah membantu dan bekerjasama dengan
baik selama penulis melaksanakan kegiatan skripsi di rumah sakit tersebut.
9. Arif yang telah memberikan motivasi, kritikan yang “pedas”, dan saran selama penulis melaksankan penyusunan skripsi, Makasih yaa “Masmokuu”
10. Kak Ika dan Bayu yang sudah membantu penulis dalam penyusunan skripsi,
terimakasih yah Kakak Ika dan Bayu atas ilmu-ilmunyaa.
11. Tata Ma’wah yang selalu kasih semangat, terimakasih atas kesetiaannya sejak awal masuk kuliah hingga kelar bareng-bareng.
12. Sahabat-sahabatku yang tak bisa disebut satu per satu, baik itu sahabat vacation
team, sahabat By Morra Outlet, sahabat SMA, sahabat SMP terimakasih atas
dukungan dan doanya
13. Teman-teman seperjuangan Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan dan teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat ’07 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulis menyadari skripsi ini maih terdapat kekurangan sehingga diharapkan saran dan masukkannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
(13)
xiii
Jakarta, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
(14)
xiv
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... v
PERNYATAANPERSETUJUAN ... vii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ... viii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.4.1 Tujuan Umum ... 8
1.4.2 Tujuan Khusus ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 TurnoverIntention ... 12
2.2 Kerangka Teori ... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISIOPERASIONAL ... 29
3.1 Kerangka Konsep ... 29
(15)
xv
3.3 Hipotesis ... 34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35
4.1 Desain Penelitian ... 35
4.2 Tempat Penelitian ... 35
4.3 Waktu Penelitian ... 35
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
4.5 Instrumen Penelitian ... 37
4.6 Teknik Pengumpulan Data ... 38
4.7 Pengolahan Data ... 38
4.8 Analsis Data ... 39
BAB V HASIL ... 41
5.1 Gambaran Umum RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa ... 41
5.2 Analsis Univariat ... 47
5.3 Analisis Bivariat ... 53
BAB VI PEMBAHASAN ... 67
6.1 Keterbatasan Penelitian ... 67
6.2 Gambaran Turnover Intention ... 67
6.3 Gambaran Faktor individu ... 70
6.4 Gambaran Kompensasi ... 79
6.5 Rekan Kerja ... 80
6.6 Jenjang Karir ... 82
6.7 Lingkungan Kerja ... 83
BAB VII Simpulan dan Saran ... 85
(16)
xvi
7.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN ... 92
(17)
xvii
Nomor Tabel Halaman
3.2 Definisi Operasional
5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Keinginan Pindah Kerja (Turnover
Intention) Perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
Tahun 2014
5.2 Gambaran Distribusi Faktor Individu Perawat di RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.3 Gambaran Kompensasi di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa Tahun 2014
5.4 Gambaran Hubungan Dengan Rekan Kerja di RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.5 Gambaran Jenjang Karir di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa Tahun 2014
5.6 Gambaran Lingkungan Kerja di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.7 Hubungan usia dengan Alasan Turnover Intention di RS Rumah
Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.8 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Alasan Turnover Intention di
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.9 Hubungan Status Perkawinan dengan Alasan Turnover Intention di
(18)
xviii
5.10 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Alasan Turnover Intention
di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.11 Hubungan Lama Kerja dengan Alasan Turnover Intention Di RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.12 Hubungan Status Pegawai dengan Alasan Turnover Intention Di
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.13 Hubungan Kompensasi dengan Alasan Turnover Intention
5.14 Hubungan Rekan Kerja Dengan Alasan Turnover Intention di RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.15 Hubungan Jenjang Karir Dengan Alasan Turnover Intention di RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
5.16 Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Alasan Turnover Intention di
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
(19)
xix 3.1 Kerangka Konsep
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin melakukan penelitian
(20)
xx Lampiran 3 Output Univariat
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat peneilitian medik.
Berdasarkan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rumah sakit berfungsi
memberikan pelayanan kepada pasien mulai dari pengobatan sampai dengan
tempat penelitian baik medis maupun nonmedis.
Turnover perawat menjadi tantangan yang serius terhadap efisiensi dan
efektivitas pelayanan kesehatan. Hasil survey terhadap 100 orang perawat pada
suatu rumah sakit besar di Singapura menunjukkan hasil bahwa turnover
perawat penyebabnya antara lain adanya tekanan dalam melaksanakan
pekerjaan, tidak adanya komitmen profesional yang signifikan, dan tidak
adanya komitmen dari organisasi serta kepuasan kerja.
Turnover perawat dapat didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan
seorang perawat dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain. Tingginya tingkat
(22)
2
keperawatan dalam rangka pengembangan staf. Di Amerika, penarikan diri
para pekerja ini 15 kali lebih banyak di usia 35, tidak terkecuali juga terjadi
pada para perawat. Tingkat presentase turnover di komunitas tenaga perawat
lebih besar dibandingkan dengan pekerja wanita di lain profesi (Institute of
Medicine, 1983; Price and Mueller, 1981, dalam Gillies, 1994). Dengan
tingkat turnover tahunan perawat rumah sakit berkisar antara 20%-70% Russel
(2006), RS Agung Jakarta angka turnover mencapai 26.9-40.5% pada tahun
2001, RS Harapan Bunda Batam angka turnover 13% pada tahun 2005 dan
meningkat pada tahun 2006 menjadi 23%. Menurut Gaurke (1977) dalam
Gillies (1994) mengatakan bahwa angka optimum perpindahan tenaga
pertahun untuk suatu organisasi adalah 5-10%.
Di Indonesia turnover perawat sering terjadi pada rumah sakit swasta,
karena rumah sakit swasta adalah suatu bentuk perusahaan yang mempunyai
aturan dan pedoman ataupun komitmen yang diatur secara internal yang tidak
memperhitungkan unsur manfaat biaya dan efektifitas biaya bagi perawatnya.
Dipihak lain tuntutan akan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
mengharuskan perawat bekerja secara profesional dengan beban kerja yang
tinggi.
Ada dua kategori turnover menurut Robbins (1996) yaitu turnover
dengan sukarela dimana perawat tersebut pindah dari tempat kerjanya karena
menikah, menjadi ibu rumah tangga, atau pindah kota. Kategori lainnya adalah
turnover terpaksa seperti pensiun, meninggal atau mengikuti pekerjaan
(23)
3
turnover rate tahunan pada industri kesehatan rata-rata 23% dari keseluruhan
karyawan, dan 50%nya adalah turnover.
Perawat merupakan salah satu tenaga terbanyak di rumah sakit. Karena
jumlahnya yang banyak, perawat merupakan salah satu tenaga medis dengan
angka turnover yang tinggi pada suatu rumah sakit. Hart (2005) dalam
jurnalnya yang berjudul Iklim Etnik Rumah Sakit dan Perawat Berkeinginan
Pindah Bekerja menyebutkan bahwa angka turnover perawat di Rumah Sakit
adalah yang tertinggi dibanding dengan pekerjaan lain yang serupa (pekerjaan
yang menerapkan kemampuan teknis). Masih pada jurnal yang sama, Joint
Commission on Accreditation of Health Care Organizations (JCAHO) pada
tahun 2002 menyebutkan bahwa angka turnover perawat berkisar antara
18%-26% pertahunnya. Penelitian Elizabeth (2012) mengungkapkan bahwa tingkat
turnover perawat di salah satu rumah sakit X pada tahun 2008 sebesar 15,27%
yang kemudian meningkat tajam pada tahun 2009 menjadi 20%. Tingginya
angka turnover tentunya akan menambah beban cost pada rumah sakit, karena
rumah sakit harus melakukan training kepada perawat-perawat yang baru.
Sebuah penelitian menujukkan bahwa rumah sakit menghadapi masalah
yang serius ketika kehilangan satu dari lima perawat yang alasannya selain
pensiun (Aiken, Clarke, Sloane, Sochalski, dan Silber, 2002 dalam jurnal Hart,
2005). Perawat yang sudah lebih lama bekerja tentunya akan lebih mahir dan
lebih berkompeten. Ketika perawat tersebut memutuskan untuk pindah, akan
sulit mencari pengganti perawat yang keluar tersebut. Selain itu, keluarnya
perawat yang berpengalaman, memiliki kinerja dan kompetensi yang lebih
(24)
4
Turnover perawat di rumah sakit memang bukan hal yang mudah.
Diperlukan perhatian yang lebih karena turnover dapat merugikan organisasi,
baik dari segi biaya, sumber daya, maupun efektifitas keperawatan itu sendiri.
Dari segi biaya, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk merekrut
perawat-perawat baru, dan melakukan training untuk perawat-perawat baru.
Dari segi sumber daya, rumah sakit kehilangan perawat yang sudah lebih lama
bekerja di rumah sakit, itu berarti rumah sakit kehilangan sumber daya yang
kompeten, dan tidaklah mudah untuk mencari perawat baru yang dapat
menggantikan perawat kompeten yang mengundurkan diri tersebut. Turnover
juga merugikan efektifitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah
sakit. Perawat-perawat baru tentunya membutuhkan waktu untuk beradaptasi,
dan membangun kerjasama tim yang baik dalam bekerja. Hal tersebut tentunya
akan mengurangi efektifitas keperawatan itu sendiri.
Di Indonesia, masalah turnover di rumah sakit sering kali terabaikan. RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST-DD) sebagai salah satu rumah
sakit swasta berbasis nirlaba diperuntukkan bagi kaum dhuafa selalu berusaha
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya. Untuk itu RST-DD
menganggap bahwa kualitas SDM merupakan salah satu faktor penting yang
harus diperhatikan dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Profesionalisme serta keahlian yang tinggi tenaga perawat di RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa berusaha dan terus berusaha untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasiennya. Akan tetapi, dalam pencapaian tujuan
tidak jarang muncul berbagai masalah diantaranya turnover pada perawat atau
(25)
5
Berdasarkan data dari Bagian SDM RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa, jumlah perawat yang bekerja pada tahun 2013 sebanyak 115 perawat.
Dari data tersebut terdapat 19 perawat yang keluar atau apabila di
persentasekan berjumlah 16% terjadinya turnover perawat dari jumlah total
perawat. Hal ini sejalan dengan pendapat Gillies (1994) yang mengatakan
bahwa turnover perawat maksimal 5%-10% per tahun. Dilihat dari teori Gillies
(1994) tersebut tentu turnover yang terjadi di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa sudah melalui batas optimum, dan jika diabaikan maka akan
menimbulkan kerugian bagi RS.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang berkeinginan untuk pindah
atau keluar bekerja dari suatu pekerjaan, misalnya kompensasi atau upah yang
diterima tidak sebanding dengan beban kerja yang dilakukan oleh seseorang.
Namun, kompensasi atau upah bukanlah faktor utama terjadinya turnover.
Penelitian yang dilakukan oleh Langitan pada tahun 2010 di Rumah Sakit
Bhakti Yudha Depok, menunjukkan bahwa perawat yang meninggalkan
tempat kerjanya merupakan perawat dengan usia yang masih relatif muda,
yaitu <32 tahun dan mempunyai masa kerja yang tidak lebih dari 9 tahun. Hal
tersebut dikarenakan perawat-perawat tersebut masih mencari identitas dalam
dunia kerja dan ingin mengeksplorasi potensi yang ada didalam dirinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Lusiati dan Supriyanto (2010) didapatkan
sekitar 20% turnover terjadi karena perawat merasa puas terhadap kompensasi
yang diterima dan 45% turnover terjadi karena perawat merasa tidak puas
(26)
6
Menurut Lusiati dan Supriyanto (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi tunover perawat terbagi menjadi dua, yaitu karakteristik
perawat (umur, jenis kelamin, latar belakang, pengalaman kerja, motivasi,
tipologi perawat, dan persepsi diri) dan faktor lingkungan internal rumah sakit
(manajemen SDM, rekruitmen dan seleksi, sosialisasi, pelatihan dan
pengembangan, penilaian prestasi kerja, sistem penghargaan, promosi, mutasi
dan pemutusan hubungan kerja, budaya organisasi, dan kenyamanan kerja).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan pindah kerja (turnover intention)
perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Diharapkan dengan
diketahuinya hubungan antara faktor-faktor tersebut dan turnover intention,
dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pihak RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa untuk mengurangi tingginya angka turnover.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan observasi yang telah
dilakukan oleh penulis di Bagian SDM RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa, diketahui bahwa tingginya persentase turnover perawat pada tahun
2013 mencapai 16% dari keseluruhan perawat yang berjumlah sebanyak 115
perawat. Tingginya angka turnover perawat mengindikasikan tingginya niat
atau keinginan peraat untuk keluar dari pekerjaannya karena turnover
merupakan akibat atau hasil keputusan turnover intention. Turnover perawat
dapat memberi akibat negatif bagi perawat itu sendiri, rekan kerja dan rumah
(27)
7
tidak semangat bekerja karena fikirannya berada diluar dari tempat dimana ia
bekerja sehingga kinerja pelayanan yang diberikan tidak berjalan dengan
optimal dan dapat mengganggu stabilitasi operasional rumah sakit.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti pun tertarik untuk meneliti
mengenai analisis hubungan faktor-faktor yang menyebabkan turnover
intention perawat RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa tahun 2014.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran keinginan pindah kerja (turnover intention) perawat
di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa tahun 2014?
2. Bagaimana gambaran hubungan usia dengan keinginan pindah kerja
(turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran hubungan jenis kelamin dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran status perkawinan dengan keinginan pindah kerja
(turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
tahun 2014?
5. Bagaimana gambaran hubungan tingkat pendidikan dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
(28)
8
6. Bagaimana gambaran hubungan lama kerja dengan keinginan pindah kerja
(turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
tahun 2014?
7. Bagaimana gambaran hubungan status pegawai dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014?
8. Bagaimana gambaran hubungan kompensasi dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014?
9. Bagaimana gambaran hubungan rekan kerja dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014?
10. Bagaimana gambaran hubungan jenjang karir dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014?
11. Bagaimana gambaran hubungan lingkungan kerja dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa tahun 2014?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
(29)
9 1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran hubungan usia dengan keinginan pindah kerja
(turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014
2. Diketahuinya gambaran hubungan jenis kelamin dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa tahun 2014
3. Diketahuinya gambaran hubungan status perkawinan dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa tahun 2014
4. Diketahuinya gambaran hubungan tingkat pendidikan dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa tahun 2014
5. Diketahuinya gambaran hubungan lama kerja dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014
6. Diketahuinya gambaran hubungan status pegawai dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa tahun 2014
7. Diketahuinya gambaran hubungan kompensasi dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
(30)
10
8. Diketahuinya gambaran hubungan rekan kerja dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014
9. Diketahuinya gambaran hubungan jenjang karir dengan keinginan pindah
kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet
Dhuafa tahun 2014
10. Diketahuinya gambaran hubungan lingkungan kerja dengan keinginan
pindah kerja (turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa tahun 2014
1.5 Manfaat Penilitian 1.5.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengalaman, dan keterampilan peneliti tentang permasalahan manajemen
sumber daya manusia dalam suatu perusahaan serta dapat mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.
1.5.2 Bagi RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, akan memberikan
informasi dan masukan terhadap pihak rumah sakit, sehingga dapat
mengurangi angka turnover di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan topik penelitian yang hendak dilakukan, maka akan
(31)
11
faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keinginan pindah kerja
(turnover intention) perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
tahun 2014. Penelitian ini dilakukan karena tingkat turnover perawat di tahun
2013 sebesar 16%. Penelitian ini akan dilakukan pada perawat yang bekerja di
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, pada bulan Oktober sampai bulan
Desember tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
jenis penelitian cross sectional. Pengambilan sample dengan sample random
(32)
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turnover Intention
2.1.1 Definisi
Keinginan (intention) merupakan fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu
pertama sikap individu terhadap perilaku, kedua adalah persepsi individu
terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
bersangkutan, dan yang ketiga adalah aspek kontrol perilaku yang dihayati.
Menurut Ajzen dan Fishbein (1991) dalam teori perilaku terencana, sikap dan
kepribadian seseorang berperilaku terhadap perilaku tertentu hanya jika tidak
langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan erat dengan perilaku.
Ancok (1985) mendefinisikan bahwa intensi merupakan niat seseorang untuk
melakukan perilaku yang berkaitan erat dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku
itu sendiri.
Keinginan adalah niat yang timbul pada individu untuk melakukan
sesuatu. Sementara turnover adalah berhentinya seseorang karyawan dari
tempatnya bekerja secara sukarela atau pindah dari satu tempat kerja ke tempat
kerja yang lain. Menurut Mobley (1986) keinginan turnover adalah
kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya
secara sukarela atau pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain
menurut pilihannya sendiri.
Abelson (1987) mendefinisikan turnover intention adalah keinginan atau
niat seseorang untuk berpindah dan meninggalkan organisasi serta mencari
(33)
13
adanya pikiran untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain,
mengevaluasi kemungkinan untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik di
tempat lain dan adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi. Abelson juga
mengungkapkan bahwa adanya dua kategori perpindahan kerja karyawan yaitu
perpindahan kerja secara sukarela yang dapat dihindarkan karena disebabkan
oleh gaji, kondisi kerja, atasan dan adanya organisasi lain yang lebih baik dan
sukarela yang dapat dihindari yang disebabkan oleh perubahan jalur karir atau
faktor keluarga.
Menurut Mobley (1982) dalam Jewell dan Siegall (1998) pindah kerja
(turnover) adalah fungsi dari gaya tarik positif pekerjaan alternatif dan bukannya
pelarian penghindaran atau penarikan diri dari pekerjaan sekarang dan tidak
memuaskan dan penuh stress. Klasifikasi pindah kerja antara lain pindah kerja
sukarela yang didasarkan atas kemauan sendiri dengan alasan kompensasi,
kenyamanan kerja, masalah kepemimpinan dan organisasi tidak sukarela, yaitu
pindah atas intervensi organisasi misalnya pemecatan, habis masa kontrak kerja,
pensiun serta masalah medis atau kematian. Menurut Tai, Barne dan Robbins
(1998) dalam Adi dan Kristiani (2006), bahwa keinginan pindah kerja bagi
tenaga kesehatan dipengaruhi oleh karakteristik individu (umur, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, lama kerja, pelatihan kerja, profesionalisme,
pengungkapan kebutuhan pribadi, jarak tempat kerja, keinginan dan dinyatakan
untuk tinggal diorganisasi).
Purani dan Sahadev (2007) dan Weisberg (1994) dalam Alam dan
(34)
14
untuk berniat keluar dari pekerjaan yang sekarang dan berusaha untuk
menemukan pekerjaan lain dalam waktu yang dekat.
Meyer dan Tett (1993) mendefinisikan bahwa Turnover intention sebagai
langkah perilaku terakhir seseorang dalam proses pengambilan keputusan dimana
seorang perawat secara aktif mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaannya
dan sedang mencari alternatif pekerjaan yang lain. Sedangkan Gregory (2007),
menjelaskan bahwa keinginan pekerja untuk meninggalkan organisasi dapat
dilihat dengan sering berfikir untuk keluar dan pekerja menyatakan bahwa
mereka sebenarnya ingin meninggalkan organisasi. Perilaku nyata dari perawat
mungkin berbeda dari keinginannya. Bagaimanapun perilaku keinginan untuk
keluar bekerja ditemukan sebagai prediktor yang kuat dalam menentukan
turnover personel dan secara teori dipercaya sebagai prediktor paling penting
untuk memprediksi turnover (Park dan Kim, 2009).
Menurut Hasibuan (2000), turnover adalah berhentinya karyawan atas
keinginan sendiri melalui pengajuan permohonan berhenti dari perusahaan
tersebut. Jadi turnover perawat adalah proses keluarnya perawat dari satu rumah
sakit ke rumah sakit lainnya yang dianggap lebih baik dari rumah sakit
sebelumnya.
2.1.2 Indikasi Turnover
Menurut Harnoto (2002) turonver ditandai oleh berbagai hal yang
menyangkut perilaku karyawan, antara lain absensi yang meningkat, mulai
malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib kerja, keberanian
untuk menentang atau protes kepada atasan, maupun keseriusan untuk
(35)
15
biasanya. Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk
memprediksikan terjadinya turnover karyawan dalam sebuah perusahaan.
a. Absensi yang meningkat
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya
ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggungjawab
karyawan dalam fase ini sangat berkurang dibandingkan dengan
sebelumnya.
b. Mulai malas kerja
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih
malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja ditempat lainnya
yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan yang
bersangkutan.
c. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan
sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih
sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam berlangsung maupun
berbagai bentuk pelanggaran lainnya.
d. Peningkatan protes terhadap atasan
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering
melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan.
Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau
(36)
16
e. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif.
Karyawan ini mempunyai tanggungjawab yang tinggi terhadap petugas
yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini akan meningkat
jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan
melakukan turnover.
Mobley (1986) dalam Langitan (2010) menggariskan secara rinci faktor
yang mempengaruhi terjadinya turnover, yaitu :
a. Faktor eksternal
Dari faktor eksternal, ada dua sisi yang bisa dilihat, yaitu:
1. Aspek lingkungan
Dalam aspek ini, tersedianya pilihan-pilihan pekerjaan lain dapat menjadi
faktor untuk kemungkinan keluar.
2. Aspek individu
Dalam aspek ini, usia muda, jenis kelamin, dan masa kerja lebih singkat,
besar kemungkinannya untuk keluar.
b. Faktor internal
Dari faktor internal, ada lima sisi yang bisa dilihat, yaitu:
1. Budaya organisasi
Kepuasan terhadap kondisi-kondisi kerja dan kepuasan terhadap
kerabat-kerabat kerja merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan turnover.
2. Gaya kepemimpinan
Kepuasan terhadap pemimpin dan variabel-variabel lainnya seperti
(37)
17 3. Kompensasi
Penggajian dan kepuasan terhadap pembayaran merupakan faktor-faktor
penyebab turnover.
4. Kepuasan Kerja
Kepuasan terhadap pekerjaan, secara menyeluruh dan kepuasan terhadap
bobot pekerjaan merupakan faktor yang dapat menentukan turnover.
5. Karir
Kepuasan terhadap promosi merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan turnover.
6. Sikap kerja
Gibson (1997), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif
atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang
terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan
determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian
dan motivasi.
2.1.3 Jenis Turnover
Menurut Forguson dan Forgason (1986) dalam Gillies (1994) ada dua
jenis turnover, yaitu:
a. Turnover volunter, yaitu keluar dari pekerjaan secara sukarela (volunter).
Hal ini terjadi disebabkan karena inisiatif karyawan untuk berpindah dari
(38)
18
pribadi seperti status pernikahan, melahirkan dan pindah kerja atau pindah
kota
b. Turnover involunter, yaitu pindah kerja dari pekerjaan sekarang dengan
alasan diluar keinginan karyawan, misalnya pemecatan, pensiun, meninggal
dunia atau perpindahan pasangan hidup.
2.1.4 Identifikasi Penyebab Turnover
Gillies (1994) mengungkapkan bahwa penyebab turnover perawat antara
lain, yaitu :
a. Ketidaksesuaian antara tujuan utama rumah sakit dengan perawat. Tujuan
utama rumah sakit dan pengelola adalah kemampuan untuk membayar
hutang fiskal atau berkaitan dengan keuntungan secara finansial sedangkan
tujuan perawat adalah memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi
kepada pasien atau dalam beberapa kasus tujuan perawat pengembangan
karir. Tingginya kepuasan perawat terhadap pekerjaannya mendorong
perencanaan karir masa depan mereka (Anderson et al,. 1991 dalam Gillies,
1994).
b. Kurangnya otonomi serta penghargaan dan pengakuan status perawat.
Mayoritas perawat di rumah sakit adalah perempuan, beberapa perawat
tersebut mengeluh bahwa terdapat diskriminasi sex terhadap tanggung
jawab perawat dan kurangnya penghargaan dan pengakuan terhadap
perawat dibanding sumber daya kesehatan dan tenaga kesehatan lain.
c. Peran perawat yang ambigu. Peran tersebut mencegah optimalisasi kinerja
karyawan dan menurunkan prestasi kerja karyawan, penghargaan,
(39)
19
d. Ketidaksesuaian antara jadwal kerja yang diharapkan perawat dengan
jadwal yang diterima perawat. Sebuah penelitian tentang staf perawat rumah
saki (Choi et al., 1989 dalam Gillies, 1994) mengungkapkan bahwa
ketidaksesuaian antara jadwal kerja yang diharapkan perawat dengan yang
diterima perawat merupakan prediktor yang signifikan terhadap niat
perawat untuk meninggalkan rumah sakit.
e. Sanksi negatif untuk perawat yang berperilaku assertif.
f. Kesalahpahaman antara perawat tua yang tidak profesional dengan perawat
muda yang profesional.
Menurut Gillies (2000) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab turnover, yaitu :
a. Studi korelasi
Studi korelasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pribadi
atau individuk yang berhubungan dengan kejadian turnover seperti
spesialisasi di bidang keperawatan, tingkat pendidikan, jarak rumah ke
tempat kerja, kondisi unit kerja dan lama kerja.
b. Wawancara sebelum karyawan keluar
Metode ini mengidentifikasi faktor yang menyebabkan turnover dengan
mewawancara perawat yang memutuskan untuk keluar mengenai alasan
mereka keluar rumah sakit. Kadang, perawat yang memutuskan untuk
keluar dapat ditahan untuk tetap tinggal dan bekerja di rumah sakit pada
waktu wawancara baik dengan cara membujuk untuk tetap berada di posisi
(40)
20
atau dengan pemindahan ke unit lain yang sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan perawat tersebut.
c. Polling bagi karyawan yang telah keluar
Polling ini dilakukan dengan cara mengirimkan kuesioner kepada perawat
yang telah keluar kira-kira satu atau dua bulan setelah pengunduran diri
perawat tersebut. Cara ini dianggap paling akurat daripada wawancara
setelah keluar karena lebih objektif dan responden yang menjawab
kuesioner tersebut tidak dikenal.
d. Survey sikap
Survey sikap mengidentifikasi kepuasan dan ketidakpuasan kerja perawat.
Sebuah survey sikap perawat yang terdaftar di rumah sakit pendidikan
menunjukkan bahwa turnover dapat diprediksi berdasarkan respon yang
berbeda dari perawat yang telah keluar dan perawat yang masih tinggal
serta bekerja di rumah sakit. Secara umum, perawat yang telah keluar
menunjukkan rendahnya kepuasan akan supevisi, rendahnya kepuasan akan
kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan keterampilan pribadi,
serta adanya peningkatan tekanan. Sedangkan perawat yang tetap tinggal
dan bekerja di rumah sakit secara umum lebih tua, lebih senior dan
memiliki kinerja yang lebih baik dari perawat yang telah keluar.
e. Komite kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
Beberapa organisasi telah memiliki komite kesehatan dan kesejahteraan
karyawan yang terdiri atas perwakilan dan masing-masing kategori
pekerjaan dan menyediakan saluran langsung untuk menyalurkan masalah
(41)
21
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Turnover Intention
Menurut Hendrie (2004), alasan karyawan meninggalkan perusahaan
antara lain, tidak cukup jam kerja, pemberian upah yang kurang, tidak ada
pengembangan karir, terlalu banyak lembur, kurangnya pelatihan, kurangnya
fasilitas, dan kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap karyawan.
Faktor yang mempengaruhi turnover menurut teori McBey dan
Karakowsky (2000) ada empat faktor, yaitu:
a. Faktor pendorong, yaitu faktor yang berhubungan dengan pekerjaan,
terdiri dari kepuasan kerja, kepuasan atas gaji dan penghargaan atas
kinerja. Porter dan Steers menyatakan bahwa kepuasan terhadap gaji yang
diterima tinggi akan menunjukkan tingkat turnover yang rendah. Mowday
dan Spencer (1981) menyatakan bahwa otonomi dan tanggungjawab yang
tinggi pada pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat turnover yang rendah.
b. Faktor penarik, terdiri dari pendapatan pribadi, pendapatan rumah tangga,
status pekerjaan dan alternatif serta permintaan eksternal; Mobley (1986)
mengemukakan bahwa karyawan dengan status kerja kontrak lebih besar
kemungkinannya untuk keluar dari pekerjaannya dibandingkan dengan
karyawan yang bekerja dengan status sebagai karyawan tetap. Hal ini
disebabkan karena perawat yang berstatus sebagai karyawan tetap
memiliki keterikatan dengan RS lebih tetap tidak seperti dengan perawat
yang berstatus sebagai karyawan kontrak yang masa kerjanya telah
(42)
22
perawat yang berstatus sebagai karyawan kontrak dapat melanjutkan
kontraknya jika kinerjanya bagus atau pindah mencari pekerjaan di tempat
lain.
c. Karakteristik individu, terdiri dari umur, pendidikan, masa kerja, dan
status perkawinan. Diantara karakteristik tersebut yang paling sering
diteliti adalah umur, lama kerja, pendidikan dan status perkawinan.
Menurut Arnold dan Feldman (1982); Brief dan Aldag (1980) dalam
McBey (2000) menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif dengan
turnover karyawan. Umur adalah salah satu variabel dari karakteristik
individu yang berhubungan secara signifikan terhadap kejadian turnover
dengan pola negatif.
Menurut Hunter, Tan dan Bernard (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi turnover adalah kepuasan kerja, kompensasi, lingkungan kerja,
jenjang karir, rekan kerja, masalah pribadi dan keluarga. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Veruswati (2011) ditemukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara rekan kerja dengan turnover intention. Suryadi
(2002) menyatakan bahwa perawat yang keluar dari tempat kerjanya merasa
tidak puas dengan gaji yang ia peroleh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Shaaban (2006) yang menyebutkan bahwa pay merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya turnover intention pada perawat.
Keinginan berpindah mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai
kelanjutan hubungannya dengan organisasi dan belum diwujudkan dalam bentuk
tindakan pasti meninggalkan organisasi. Berdasarkan studi-studi yang telah ada
(43)
23
disimpulkan bahwa karyawan yang lebih tua memiliki tingkat turnover yang
lebih rendah dari karyawan yang lebih muda (Robbins,2001). Jajang (2010)
dalam penelitiannya mengkategorikan usia perawat berdasarkan usia perawat ≤ 30 Tahun dan usia perawat > 30 Tahun.
Tingkat turnover pada karyawan wanita lebih tinggi daripada karyawan
pria, dan tingkat turnover pada karyawan yang sudah menikah lebih rendah
daripada karyawan yang belum menikah. Masa kerja karyawan berhubungan
negatif dengan tingkat turnover karyawan. Masa kerja seorang karyawan pada
pekerjaan sebelumnya merupakan prediktor yang ampuh dari turnover karyawan
tersebut di masa datang (Robbins, 2001). Howards S. Rowland dan Beatrice L.
Rowland (1984) dalam Elizabeth (2012) menyatakan bahwa turnover rate
pekerja wanita lebih tinggi dari pada pekerja laki-laki. Hart (2005) yang
menyebutkan bahwa perawat dengan masa kerja lebih lama akan cenderung
lebih ingin bertahan pada posisinya dibanding harus keluar dan mencari
pekerjaan lain.
2.1.6 Dampak Turnover
Tingginya tingkat turnover perawat ini dirasakan sangat merugikan
organisasi kesehatan, dimana dampaknya kerugian finansial juga menimbulkan
penurunan dari moral, kegagalan dalam kerja tim dan hilangnya potensi
manajerial. Pengaruh turnover terhadap sebuah organisasi bisa berdampak
positif maupun negatif, dampak negatif akan timbul apabila sebuah organisasi
kehilangan 20% dari orang-orang yang memiliki penampilan tinggi, karena
berdasarkan pada studi yang ada dikatakan bahwa karyawan yang memiliki
(44)
24
karyawan umumnya. Kehilangan karyawan berprestasi tinggi dan karyawan
dengan keahlian khusus sudah menjadi masalah yang perlu diwaspadai oleh
industri di Indonesia (Wyatt, W, Global Strategic Rewards, 2008).
Kerugian finansial sebagai akibat dari turnover perawat ini sangat
signifikan, karena biaya untuk karyawan itu adalah 60% dari biaya keseluruhan
rumah sakit, dan 60% karyawan itu adalah perawat (Lehman dan Friesen, 1997,
dalam Gillies, 1994). Di Amerika, pengeluaran dana sehubungan dengan
turnover yang tinggi ini bekisar $1.280 sampai dengan $50.000 untuk perawat
yang teregister (Russel, 2006). Pengeluaran biaya secara langsung misalnya
adalah untuk melakukan proses rekrutmen, seleksi, dan orientasi perawat baru
datang dan sebelum perawat baru terbiasa dengan tugasnya, kerusakan
peralatan, dan segala sesuatunya sebagai akibat belum terbiasanya perawat baru
tersebut. Dilaporkan bahwa biaya untuk menempatkan perawat pengganti
$2.437 (Beyers et al, 1983, dalam Gillies, 1994), sedangkan untuk biaya
rekrutmen orientasi dan pengembangan perawat baru bekisar $5.400 sampai
$11.740 tergantung kepada spesialisasi perawat yang bersangkutan. Jones
(1990) dalam Gillies (1994) dalam studinya di empat rumah sakit di Southeast
melaporkan rata-rata total pengeluaran biaya untuk kategori perawat terdaftar
sebesar $10.198 untuk biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung.
Banyaknya lowongan kerja dan tingginya tingkat turnover memberi
dampak tidak baik bagi pasien, hal ini disebabkan karena menurunnya
pengalaman dari staf keperawatan dan meningkatnya sress dari staf yang masih
ada yang disebabkan meningkatnya beban kerja. Menurut pusat keperawatan di
(45)
25
tenaga akan sampai pada titik krisisnya dan akan mempengaruhi lingkungan
kerja keperawatan tersebut sehingga timbul dorongan untuk pindah kerja ke
tempat lain. Tahun 2004, Departemen Pendidikan di New York (dalam Texas
Center for Nursing Workforce Studies) menghitung biaya turnover perawat
terregister per tahunnya akan mencapai 1 miliar dollar apabila tingkat turnover
mencapai 15%. Tahun 2006 (Texas Center for Nursing Workforce Studies),
studi staf perawat rumah sakit di Texas menyatakan bahwa tingkat lowongan
kerja bagi perawat terregister 10,2%, maka tingkat turnover akan naik menjadi
18,2%. Total biaya keseluruhan di Amerika turnover perawat tercatat 20% dan
diperkirakan mencapai 12,3 milliar dollar. Penelitian di New Zealand
menunjukkan bahwa 30%-40% perawat mempunyai kecenderungan untuk
meninggalkan pekerjaannya dalam kurun waktu 12 bulan (Walker, 2002 dalam
Langitan, 2010).
Selain dampak terhadap finansial turnover perawat juga memberikan
dampak lain yaitu menurunkan moral dari karyawan. Hal ini disebabkan karena
timbulnya gap antara kepergian dari perawat lama dan kedatangan perawat yang
baru. Dimana hal ini dirasakan sebagai tambahan beban kerja bagi perawat yang
ditinggalkan dan terjadinya kemunduruan pelayanan terhadap pasien. Dengan
tingginya tingkat turnover di sebuah unit, akan membuat secara perlahan-lahan
hilangnya antusiasme dari perawat dalam menjalankan tugasnya dan kehilangan
tenaga untuk bersosialisasi dengan sesama perawat. Kerja tim menjadi tidak
efektif disebabkan seringnya pergantian perawat-perawat baru. Perpindahan
perawat ini akan mempengaruhi efektivitas dan produktivitas dari upaya
(46)
26
2.1.7 Langkah-langkah Pengendalian Turnover
Menurut Gillies (2000) ada beberapa langkah pengendalian yang
dilakukan untuk mengurangi turnover, yaitu:
a. Membuat uraian yang jelas yang dapat mendeskripsikan aspek positif
dan negatif dari pekerjaan dan posisi perawat
b. Kunjungan ke setiap unit di rumah sakit sebelum bekerja dan
memberikan kesempatan untuk berbicara dengan
staf/penanggungjawab unit tersebut
c. Adanya orientasi pada setiap perawat dengan menyediakan informasi
dan latihan atau praktek untuk meningkatkan kepercayaan diri
d. Adanya kesesuaian antara sekolah dan kerja dengan memberikan
praktek klinis untuk menggambarkan kondisi kerja
e. Memberikan program pengurangan stress dengan kegiatan rekreasi
dan olahraga
f. Usaha pembentukan tim dengan melibatkan perawat dalam kelompok
kerja melalui pengembangan aktivitas kelompok
g. Adanya kepemimpinan relasional, pemimpin yang memberikan
petimbangan dan pengarahan pada tugas perawat
h. Melakukan evaluasi kinerja melalui evaluasi penilaian kinerja dari
diri sendiri, rekan kerja dan pemimpin
i. Mencegah teguran dari pasien, dokter dan rekan kerja dengan
memberikan pelatihan yang tepat bagi perawat dan bekerja sama
(47)
27
j. Adanya partisipasi dan pimpinan, misalnya dengan pengambilan
keputusan klinis untuk tingkat staf keperawatan secara desentralisasi
2.1.8 Rumus Perhitungan Turnover
Jumlah perawat yang keluar atau berhenti bekerja per tahun adalah
presentase jumlah perawat yang mengundurkan diri dari pekerjaannya selama
setahun (Gillies, 1994).
Jumlah pekerja yang keluar per tahun x 100 = Laju keluar dari pekerjaan per tahun
(48)
28 2.2 Kerangka Teori
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang dipaparkan pada bab tinjauan
pustaka, maka kerangka teori dalam penelitian ini disusun sebagai berikut.
Sumber : Mobley (1986), Mc Bey dan Karakowsky (2000), dan Hunter, Tan dan Bernard (2008)
Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor Individu :
1. Usia
2. Jenis Kelamin 3. Status Perkawinan 4. Tingkat
Pendidikan 5. Lama Kerja 6. Status Pegawai
Faktor Pendorong :
1. Kompensasi 2. Rekan Kerja 3. Jenjang Karir 4. Lingkungan kerja 5. Minat Pekerjaan 6. Sikap Kerja
Keinginan Pindah Kerja Perawat
(49)
29 BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan pada kerangka teori, peneliti mengambil tidak semua
variabel karena peneliti hanya ingin fokus ke beberapa variabel yang sesuai
dengan kondisi perawat di RS yang akan diteliti yaitu usia, jenis kelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan, lama kerja, status pegawai, kompensasi
rekan kerja, jenjang karir, lingkungan kerja sebagai variabel independen serta
variabel dependen yaitu keinginan pindah kerja(turnover intention).
Variabel yang tidak diteliti yaitu minat pekerjaan dan sikap kerja.
Variabel minat pekerjaan tidak diteliti karena secara keseluruhan perawat
melakukan pekerjaannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dibidang
keperawatan dan variabel sikap kerja tidak diteliti karena perawat melakukan
(50)
30
Variabel Independen Variabel Independen
Faktor Pendorong :
7. Kompensasi 8. Rekan Kerja 9. Jenjang Karir 10. Lingkungan Kerja
Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intention) Faktor Individu
1. Usia
2. Jenis Kelamin 3. Status Perkawinan 4. Tingkat Pendidikan 5. Lama kerja
(51)
31 3.2 Definisi Operasional
No .
Variabel Definisi Operasio-nal
Cara Ukur Alat Ukur
Indikator Hasil Ukur Skala Ukur
1. Turnover
Intention Niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela atau pindah dari satu tempat ke tempat kerja yang lain menurut pilihannya sendiri
(Mobley, 1986)
Responden mengisi sendiri kuesioner dengan memilih jawaban : 1. STS 2. TS 3. S 4. SS Kuesio-ner 1. Adanya pikiran untuk keluar 2. Keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan di tempat lain 3. Meng-evaluasi kemung-kinan untuk menemu-kan pekerjaan yang layak di tempat lain 4. Adanya keinginan untuk mening-galkan RS Berdasarkan cut off point mean/median : 1. Ingin
Pindah
(jika skor ≥
Median) 2. Tidak
Ingin Pindah (jika skor < Median)
(52)
32
2. Usia Lamanya hidup responden mulai saat dilakukan penelitian Mengajukan pertanyaan tanggal, bulan, dan tahun lahir
Kuesio-ner
Berdasarkan cut off point median :
1. ≤30 Tahun 2. > 30
Tahun
Ordinal
3. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden yang dibedakan antara laki-laki dengan perempuan Mengajukan pertanyaan tentang jenis kelamin Kuesio-ner 1. Laki-laki 2. Perempuan Nominal
4. Status Perkawi-nan Status responden dalm hal perkawinan apakah sudah menikah atau belum menikah Mengajukan pertanyaan apakah sudah menikah atau belum menikah Kuesio-ner 1. Belum Menikah 2. Menikah Nominal
5. Tingkat Pendidi-kan Pendidikan formal terakhir responden dalam bidang keperawatan Mengajukan pertanyaan mengenai pendidikan terakhir saat dilakukan penelitian Kuesio-ner
1. D III 2. S1 3. S2
Ordinal
6. Lama Kerja Masa bekerja perawat berdasarkan surat perintah kerja RS Mengajukan pertanyaan mengenai sudah berapa lama bekerja Kuesio-ner
1. ≤ 1 Tahun
2. > 1 Tahun
Nominal
7. Status Pegawai Status penetapan kerja perawat selama bekerja Mengajukan pertanyaan mengenai status kepegawaian saat dilakukan penelitian Kuesio-ner 1. Kontrak 2. Tetap Ordinal
8. Kompen-sasi Semua imbalan jasa yang diberikan oleh perusahaan Responden mengisi sendiri kuesionr yang peneliti berikan Kuesio-ner Berdasarkan cut off point mean/median : 1. Kurang
Sesuai
(jika skor ≥
Median)
(53)
33 Tabel 3.1 Definisi Operasional kurang sesuai 2. Sesuai
(jika skor < Median) 9. Rekan
Kerja Kerabat kerja yang sama-sama bekerja sebagai perawat Mengajukan pertanyaan mengenai kondisi dengan rekan kerja Kuesio-ner Berdasarkan cut off point mean/median : 1. Kurang
Kondusif
(jika skor ≥
median) 2. Kondusif
(jika skor < median)
Ordinal
10. Jenjang Karir Usaha organisasi untuk meningkatkan peluang bagi pegawai Mengajukan pertanyaan mengenai kejelasan atas posisi kerja perawat Kuesio-ner Berdasarkan cut off point mean/median : 1. Kurang
baik (jika
skor ≥
median) 2. Baik (jika
skor < median)
Ordinal
11. Lingku-ngan Kerja Kondisi fisik ataupun non fisik yang mempengaruhi pekerjaan dalam aktifitasnya baik secara langsung maupun tidak Mengajukan pertanyaan mengenai kondisi lingkungan pekerjaan Kuesio-ner Berdasarkan cut off point mean/median :
1. Kurang baik (jika
skor ≥
median) 2. Baik (jika
skor < median)
(54)
34 3.3 Hipotesis
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor individu perawat yaitu
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama kerja dan status perkawinan
dengan keinginan pindah kerja (turnover intention) perawat RS Rumah
Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong yaitu
kompensasi, rekan kerja, jenjang karir dan lingkungan kerja dengan
keinginan pindah kerja (turnover intention) perawat RS Rumah Sehat
(55)
35 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, yaitu
menganalisis hubungan antar variabel dengan menggunakan jenis penelitian
cross sectional dimana seluruh variabel yang mempengaruhi (variabel
independen) dan variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) diukur dan
diamati pada saat bersamaan. Tujuannya adalah mengetahui apa saja
faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan pindah kerja (turnover intention)
perawat RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.
4.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
yang berlokasi di Jl. Raya Parung KM. 42 Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor. Unit yang dipilih dalam penelitian ini adalah Divisi SDM dan Divisi
Keperawatan. Kedua unit tersebut dipilih karena berhubungan dengan
terjadinya turnover perawat
4.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai Bulan Oktober sampai dengan
(56)
36 4.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perawat yang masih bekerja di RS Rumah
Sehat Terpadu Dompet Dhuafa yang berjumlah 115 perawat berdasarkan data
yang didapat dari Divisi SDM (Sumber Daya Manusia) RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa. Sedangkan sampel yang diambil adalah 85 perawat.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random
sampling) dengan menggunakan rumus dibawah ini :
{Z1-α/2 √2P (1-P) + Z1-β √P1 (1-P1) + P2 (1-P2)}² n = (P1-P2)²
(Sumber : Ariawan, 1998)
Keterangan :
n = Besar sample
P = Rata-rata proporsi pada populasi
Z1-α/2 = Derajat kepercayaan 95% yaitu 1,96, α = 5% (two tail) Z1-β = Kekuatan uji 90%
P1 = Proporsi baik perawat yang puas terhadap kompensasi
P2 = Proporsi tidak baik perawat yang tidak puas terhadap kompensasi
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel yang dibutuhkan sebesar :
{1,96 √ 2 x 0,325 (1-0,325) + 1,28 √ 0,20 (1-0,20) + 0,45 (1-0,45)}² n = (0,20 – 0,45)²
n = 72 perawat
Untuk menghindari missing jawaban dari responden, maka perlu ditambahkan 13 perawat dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 85 perawat.
(57)
37 4.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya pernah digunakan
oleh Elizabeth (2005). Dalam penelitian ini kuesioner akan ditanyakan kepada
responden dengan cara wawancara. Kuesioner ini meliputi pertanyaan yang
mengukur tentang keinginan pindah kerja (turnover intention), faktor individu
(usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama kerja, status perkawinan) dan
faktor pendorong (kompensasi, rekan kerja, jenjang karir, dan lingkungan
kerja). Jawaban dalam kuesioner dibagi menjadi 4 bagian yaitu STS (Sangat
Tidak Setuju) dengan skor 1, TS (Tidak Setuju) dengan skor 2, S (Setuju)
dengan skor 3, SS (Sangat Setuju) dengan skor 4.
Uji kuesioner dilakukan bertujuan untuk menguji kuesioner yang akan
digunakan dalam penelitian Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Keinginan Pindah Kerja (turnover intention) di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa Tahun 2014. Pertanyaan-pertanyaan dan observasi pada uji
kuesioner diajukan kepada perawat yang bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa sebanyak 10 perawat.
Uji kuesioner dilakukan juga untuk meneitii sejauh mana perawat yang
bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa mengerti mengenai
(58)
38 4.6 Teknik Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer didapatkan dari hasil pengisian kuesioner yang telah
dilakukan oleh responden. Pada saat penelitian peneliti mewawancarai
perawat mengenai aspek individu perawat dan faktor pendorong perawat.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen,
catatan, serta studi pendahuluan untuk mengetahui jumlah perawat yang
mengalami turnover yang didapat dari Divisi SDM (Sumber Daya
Manusia) RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.
4.7 Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder
akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Mengkode data (data coding)
Pada kuesioner penelitian ini, dilakukan pemberian kode data. Kode data
dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Kode 1
untuk jawaban sangat tidak setuju, kode 2 untuk jawaban tidak setuju,
kode 3 untuk jawaban setuju, dan kode 4 untuk jawaban sangat setuju.
Pemberian kode dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukkan
(59)
39 2. Menyunting data (data editing)
Pengolahan data selanjutnya masuk kedalam tahap dimana peneliti
memeriksa kelengkapan data yang telah terkumpul. Pemeriksaan
meliputi pengisian kuesioner, konsistensi, validitas, dan jumlah
pertanyaan yang di jawab.
3. Memasukkan data (data entry)
Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan daftar
pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengisian kode jawaban ke
dalam program software komputer atau spss.
4. Membersihkan data (data cleaning)
Kemudian masuk ke tahap akhir, yaitu pengecekan kembali data yang
telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,
sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
4.8 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi tiap
variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen melalui cara diagnosis data dan uji
hipotesis dua variabel (Chi square). Untuk menguji kemaknaan digunakan
nilai p-value dengan menggunakan tingkat kemaknaan 5% dan derajat
(60)
40
menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen dan jika p-value > 0,05 maka menujukkan tidak ada hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen. Pada uji Chi-square
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan.
Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data
(61)
41 BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa 5.1.1 Sejarah RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
Kesehatan merupakan kebutuhan asasi bagi siapapun. Namun
sayangnya tidak semua bisa merasakan, terlebih masyarakat miskin.
Keterbatasan dalam sisi ekonomi menyebabkan layanan kesehatan
juga sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan akses layanan
kesehatan yang mudah dan terjangkau untuk kaum dhuafa.
Berawal dari lembaga nirlaba dan pelaksana amanah donatur
Dompet Dhuafa Dompet Dhuafa, telah melakukan langkah awal
dalam memberikan dan menyediakan fasilitas maupun akses
kesehatan bagi kaum dhuafa.
Pada tahun 2001 Dompet Dhuafa mendirikan Balai
Pengobatan yang memberikan akses layanan kesehatan yang layak
dan optimal secara tidak berbayar bagi kaum dhuafa. Layanan Balai
Pengobatan ini dinamakan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet
Dhuafa (LKC-DD) yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat
dasar.
Dalam perkembangannya, LKC-DD harus melayani
pasien-pasien dhuafa yang membutuhkan pelayanan spesialistik, rawat inap
(62)
42
sudah tidak memadai lagi. Karena itulah Dompet Dhuafa melalui
Yayasan Rumah Sehat Terpadu mendirikan pelayanan kesehatan
tingkat rujukan yang akan memberikan pelayanan kesehatan tingkat
rujukan sekelas rumah sakit. Layanan ini dinamakan RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa.
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa berupaya untuk
menjadi salah satu penyumbang solusi bagi permasalahan kesehatan
dhuafa yang telah diresmikan pada tanggal 4 Juli 2012 lalu,
diresmikan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa sebagai bentuk
pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-cuma yang selama ini
dilaksanakan oleh LKC Dompet Dhuafa.
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa adalah model
rumah sakit yang dibangun dengan dana wakaf serta untuk biaya
operasionalnya menggunakan dana zakat, infak dan shodaqoh. RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa diharapkan menjadi rumah
sakit modern yang membantu menjaga kesehatan kaum dhuafa. RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan cuma-cuma yang berbentuk rumah sakit dengan
pendekatan kehangatan keluarga, ketepatan waktu, profesional dan
sentuhan hati bagi masyarakat yang kurang mampu. RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa adalah sebuah komitmen moral dengan
karya kemanusiaan yang tinggi. Kesungguhan tekad memberdayakan
(63)
43
5.1.2 Visi, Misi dan Tujuan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Visi RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa adalah
menjadi model institusi yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
dhuafa tingkat nasional dan internasional di tahun 2017. Sedangkan
misi dari RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan terpadu berstandar nasional
dan internasional, mengembangkan etos kerja unggul, meningkatkan
kualitas dan profesionalitas sumber daya manusia, mengembangkan
kemitraan dengan institusi terkait di tingkat nasional dan internasional
serta menggalang kepedulian publik untuk membentuk kesehatan
dhuafa. Tujuan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa yaitu
profesionalisme, amanah, ibadah. Dimana RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa memiliki strategi dan target untuk setiap tujuan
tersebut, yaitu :
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan rumah sakit sesuai dengan
ketentuan kementerian kesehatan
b. Terwujudnya pelayanan kesehatan berstandar nasional dan
internasional
c. Tersedianya sumber daya manusia profesional sesuai bidangnya
dengan standar nasional dan internasional
d. Terjalinnya kemitraan dengan institusi terkait di tingkat nasional
(64)
44 5.1.3 Nilai
Nilai ditetapkan untuk menciptakan budaya yang ingin dicapai
lingkungan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.
a. Nilai
1) Setiap karyawan harus mengetahui nilai-nilai yang berlaku di
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST), yaitu
Profesional, Amanah dan Ibadah
2) Setiap karyawan wajib menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
bentuk norma, dan siap menerima konsekuensi jika melakukan
pelanggaran atas norma yang ditetapkan
b. Norma
1) Profesional
2) Disiplin kehadiran
3) Mencapai target kerja
4) Bekerja sesuai mekanisme (alur kerja) dan standar prosedur
operasional (SPO)
5) Tanggap terhadap customer (pelanggan)
c. Amanah
1) Menjaga sikap dan penampilan
2) Tidak melakukan pelanggaran yang dapat merugikan pasien,
karyawan, RST maupun Dompet Dhuafa secara materi
(65)
45 d. Jujur
1) Ibadah
Saling mengingatkan dalam beribadah, sholat, mengikuti
kegiatan pengajian dan bimbingan rohani
5.1.4 LokasiRS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa beralamat di Jl.
Raya Parung Km.42 Desa Jampang Kec. Kemang Kab. Bogor dengan
luas tanah sebesar 7.803 m².
5.1.5 Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
Pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RS Rumah Sehat
Terpadu Dompet Dhuafa yaitu :
a. Rawat Jalan
b. Rawat Inap
c. UGD
d. Poli Umum
e. Poli Gigi
f. Poli Kebidanan dan Kandungan
g. Poli Penyakit dalam
h. Poli Anak
i. Poli Orthopedi
j. Poli Herbal
k. Poli Rawat Luka
(66)
46 m. Poli Akupuntur
n. Poli Bedah Umum
o. Poli Kesehatan Jiwa
p. Poli TB
q. Poli Paru
r. Poli THT
s. Rehabilitasi Medik
t. Laboratorium
u. Farmasi
v. Radiologi
w. Hemodialisa
Sedangkan Fasilitas Kesehatan yang terdapat di RS Rumah
Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, yaitu :
a. Terapi Kaki
b. Arena Bermain Anak
c. Mushola
d. Taman Waterfall
e. Danau Buatan
f. Kantin Sehat
g. Ambulance
h. Taman Herbal
i. Taman Aroma Terapi
j. Pojok ASI
(67)
47 l. Security 24 jam
5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intention) Perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
Variabel turnover intention 4 pernyataan meliputi pernyataan
adanya pikiran untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan
pekerjaan di tempat lain, mengevaeluasi kemungkinan untuk
menemukan pekerjaan yang layak di tempat lain, adanya keinginan
untuk meninggalkan RS.
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Keinginan Pindah Kerja (Turnover Intention) Perawat di RS Rumah Sehat Terpadu
Dompet Dhuafa Tahun 2014
Turnover Jumlah (n) Persen (%)
Tidak ada niat 39 46,4
Ada niat 45 53,6
Total 84 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa perawat di RS
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa lebih banyak yang memiliki
niat untuk pindah bekerja yaitu sebesar 53,6% daripada yang tidak
(68)
48
5.2.2 Gambaran Faktor Individu (usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama kerja dan status pegawai) Perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
Responden pada penelitian ini adalah perawat yang masih
bekerja di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Profil perawat
sebagai responden dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan faktor
individu : usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
lama kerja dan status pegawai. Jumlah kuesioner yang telah dibagikan
berjumlah 84 kuesioner, dan diberikan kepada semua perawat sebagai
responden. Data-data tersebut digambarkan dalam tabel 5.2.
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Faktor Individu Perawat di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Tahun 2014
Variabel Jumlah (n=84) Persentasi (%)
Usia ≤ 30 Tahun 71 84.5
> 30 Tahun 13 15.5
Jenis Kelamin Laki-laki 37 44
Perempuan 47 56
Status Perkawinan Belum Menikah 78 92.9
Menikah 6 7.1
Tingkat Pendidikan D3 79 94.0
S1 5 6
Lama Kerja ≤ 1 Tahun 46 54.8
≥ 1 Tahun 38 45.2
Status Pegawai Kontrak 78 92.9
(1)
106
sttspgwai * TURN_OVER Crosstabulation
TURN_OVER
Total ingin pindah
Tidak Ingin Pindah
sttspgwai kontrak Count 42 36 78
% within sttspgwai 53.8% 46.2% 100.0%
tetap Count 3 3 6
% within sttspgwai 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 45 39 84
% within sttspgwai 53.6% 46.4% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for sttspgwai
(kontrak / tetap) 1.167 .222 6.142
For cohort TURN_OVER =
ingin pindah 1.077 .471 2.460
For cohort TURN_OVER =
Tidak Ingin Pindah .923 .400 2.128
(2)
107
kompensasi_br * TURN_OVER Crosstabulation
TURN_OVER
Total ingin pindah
Tidak Ingin Pindah
kompensasi_br kompensasi kurang sesuai Count 21 19 40
% within kompensasi_br 52.5% 47.5% 100.0%
kompensasi sesuai Count 24 20 44
% within kompensasi_br 54.5% 45.5% 100.0%
Total Count 45 39 84
% within kompensasi_br 53.6% 46.4% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
kompensasi_br (kompensasi kurang sesuai / kompensasi sesuai)
.921 .390 2.174
For cohort TURN_OVER =
ingin pindah .962 .645 1.435
For cohort TURN_OVER =
Tidak Ingin Pindah 1.045 .660 1.654
(3)
108
rekan_kerja_br * TURN_OVER Crosstabulation
TURN_OVER
Total ingin pindah
Tidak Ingin Pindah
rekan_kerja_br rekan kerja kurang konsudif Count 18 20 38
% within rekan_kerja_br 47.4% 52.6% 100.0%
rekan kerja kondusif Count 27 19 46
% within rekan_kerja_br 58.7% 41.3% 100.0%
Total Count 45 39 84
% within rekan_kerja_br 53.6% 46.4% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
rekan_kerja_br (rekan kerja kurang konsudif / rekan kerja kondusif)
.633 .266 1.506
For cohort TURN_OVER =
ingin pindah .807 .534 1.220
For cohort TURN_OVER =
Tidak Ingin Pindah 1.274 .806 2.014
(4)
109
rekan_kerja_br * TURN_OVER Crosstabulation
TURN_OVER
Total ingin pindah
Tidak Ingin Pindah
rekan_kerja_br rekan kerja kurang konsudif Count 18 20 38
% within rekan_kerja_br 47.4% 52.6% 100.0%
rekan kerja kondusif Count 27 19 46
% within rekan_kerja_br 58.7% 41.3% 100.0%
Total Count 45 39 84
% within rekan_kerja_br 53.6% 46.4% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
rekan_kerja_br (rekan kerja kurang konsudif / rekan kerja kondusif)
.633 .266 1.506
For cohort TURN_OVER =
ingin pindah .807 .534 1.220
For cohort TURN_OVER =
Tidak Ingin Pindah 1.274 .806 2.014
(5)
110
jenjang_karir_br * TURN_OVER Crosstabulation
TURN_OVER
Total ingin pindah
Tidak Ingin Pindah
jenjang_karir_br jenjang karir kurang baik Count 10 11 21
% within jenjang_karir_br 47.6% 52.4% 100.0%
jenjang karir baik Count 35 28 63
% within jenjang_karir_br 55.6% 44.4% 100.0%
Total Count 45 39 84
% within jenjang_karir_br 53.6% 46.4% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
jenjang_karir_br (jenjang karir kurang baik / jenjang karir baik)
.727 .270 1.957
For cohort TURN_OVER =
ingin pindah .857 .520 1.413
For cohort TURN_OVER =
Tidak Ingin Pindah 1.179 .720 1.929
(6)
111
lingkungan_kerja_br * TURN_OVER Crosstabulation
TURN_OVER
Total ingin pindah
Tidak Ingin Pindah
lingkungan_kerja_br lingkungan kurang kondusif Count 3 5 8
% within lingkungan_kerja_br 37.5% 62.5% 100.0%
lingkungan kondusif Count 42 34 76
% within lingkungan_kerja_br 55.3% 44.7% 100.0%
Total Count 45 39 84
% within lingkungan_kerja_br 53.6% 46.4% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for lingkungan_kerja_br (lingkungan kurang kondusif / lingkungan kondusif)
.486 .108 2.179
For cohort TURN_OVER =
ingin pindah .679 .271 1.698
For cohort TURN_OVER =
Tidak Ingin Pindah 1.397 .773 2.526