11
BAB II KAJIAN TEORI
PEMBENTUKAN AKHLAK DAN BUDAYA SEKOLAH
A. Pembentukan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Akhlak, berasal dari bahasa Arab, Khuluqun berarti perangai,
sedang jama’nya adalah Akhlakun.
1
yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq
yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang
diciptakan.
2
Dalam kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, akhlak adalah adab, budi pekerti, etika, fi
’il, integritas, kesusilaan, moral, perangai, tabiat, tata susila, watak.
3
Menurut Heny Nerendrany mengutip dari Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
4
Menurut Rosihon Anwar mengutip dari Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan: Akhlak adalah daya kekuatan sifat yang
1
Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam, Malang: Madani Media, 2015, h. 2.
2
Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet. 1, h. 1.
3
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, cet. 3, h. 13.
4
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Press, 2009, cet. 1, h. 7.
tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan, tanpa memerlukan pertimbangan.
5
Menurut Ahmad Tafsir dari Mubarok 2001:14 mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan bathin seseorang yang menjadi sumber
lahirnya perbuatan di mana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung dan rugi. Sedangkan, Sa’adudin 2006:15
mengemukakan bahwa akhlak mengandung beberapa arti: a.
Tabi’at, yakni sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan.
b. Adat, yakni sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan,
berdasarkan keinginan. c.
Watak, yakni cakupan hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga menjadi adat.
6
Menurut Abuddin Nata, akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya
yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal,maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun, dalam
rangka menjabarkan akhlak Islam ini diperlukan banyuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan
moral. Dengan kata lain akhlak islami adalah akkhlak yang disamping mengakui adanya nila-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga
mengakui nilai-nilai yang bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu.
7
Akhlak menurut Qurais Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap bathin maupun pikiran.
8
5
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, h. 34.
6
Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Rosda Karya, 2011, cet. 1, h. 10.
7
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015, cet. 15, h. 125.
8
Ibid., h. 125.