Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

individu dan sosial, ditransfer melalui keluarga kepada generasi- generasi berikutnya. 32 Para pakar menyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama di mana jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Karena itulah keluarga memiliki peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan pribadi anak dan remaja. Untuk itu, dalam kehidupan keluarga harus memiliki hubungan yang sangat dekat satu dengan yang lainnya, sikap saling hormat, kompak, kerja sama, setia dan berlaku baik. Hal itu, sebagai dasar kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga. 33 Menurut Muhammad Ja’far Anwar yang mengutip dari Mahmud Saltut 1984:146, keluarga adalah batu dasar dari bangunan suatu umat bangsa yang terbentuk dari keluarga yang berhubungan langsung dengan yang lainnya. Dan pasti kuat atau lemahnya bangunan umat itu tergantung kepada kuat atau lemahnya keluarga yang menjadi batu besar itu. 34 Nilai moral secara turun temurun diajarkan kepada generasi muda melalui penanaman kebiasaan cultivation yang menekankan kebenaran dan kesalahan secara absolut. Dalam membentuk moral yang baik banyak pakar merekomendasikan pendidikan tersebut dimulai dari keluarga. Karena, unsur keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan karakter anak. 32 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2009, cet. 2, h. 90. 33 Ibid., h. 91. 34 Muhammad Ja’far Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, Jakarta: CV Suri Tatu’uw, 2015, cet. 1, h. 49. 2 Sekolah Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan karakter dikarenakan lembaga pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan bahwa lembaga pendidikan dan konsepnya ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal. 35 3 Lingkungan Lingkungan Milie adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup seperti tumbuhan, keadaan tanah, udara dan pergaulan manusia yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam pergaulan manusia saling mempengaruhi pikiran, sifat dan tingah laku. Adapun lingkungan terbagi menjadi dua bagian: a Lingkungan yang bersifat kebendaan Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan kuat yang dibawa seseorang. b Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian Seseorang yang hidup di lingkungan baik secara langsung dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik, begitu pula sebaliknya seorang yang hidup dalam lingkungan kurang baik 35 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2009, cet. 2, h. 102. dapat mendukung pembentukan karakter yang kurang baik pula. 36 Dari penjelasan di atas dapat ditarik pemahaman, bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya karakter peserta didik, mulai dari faktor individu maupun faktor lingkungan. Tetapi, pada kenyataannya faktor yang paling utama adalah faktor keluarga, karena keluarga adalah pendidikan moral dasar yang diterima anak sejak kecil baik dari segi prilaku ataupun perkataan yang ditirunya dari orang tua yang berperan sebagai suri tauladan, sedangkan lembaga pendidikan dan lingkungan merupakan faktor pendukung.

B. Pengembangan Nilai-Nilai Akhlak

Menurut Djahiri, nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga. Rychard Eyre and Linda 1995 menyebutkan bahwa nilai yang diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu prilaku yang berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. Rychard menjelaskan nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering diberikan kepada orang lain, dan kenyataan bahwa semakin banyak nilai yang diberikan kepada orang lain makin banyak pula nilai serupa yang diterima atau dikembalikan dari orang lain. 37 36 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, cet. 2, h. 22. 37 Heri Gunawan, op. cit., h. 31. 1. Nilai Agama Dasar pendidikan karakter sangat identik dengan ajaran setiap agama, bagi umat Islam sumber dasar pendidikan karakter menurut visi Islam adalah sebagai berikut: 38 a. Al-Qur’an Jumhur Ulama sepakat bahwa kata al- Qur’an berasal dari bahasa Arab. Kata al- Qur’an menurut al-Farra berasal dari kata al-qorāin, jamak dari Qarinah yang berarti petunjuk. Menurut al- Asy’ari kata al- Qur’an berasal dari kata Qarana yang berarti menghubungkan, sedang menurut Imam Lihyani al- Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti membaca. 39 Bagi umat Islam kitab suci al- Qur’an adalah firman Allah swt yang diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. Dalam al- Qur’an telah tertulis seluruh aspek pedoman hidup bagi umat Islam, sehingga al- Qur’an merupakan falsafah hidup muslim baik di dunia maupun di akhirat kelak. Al- Qur’an merupakan ajaran Islam yang universal, baik dalam bidang akidah, syariah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Dengan luasnya cakupan dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan atau pun aspek pendidikan. Hal tersebut sangat sesuai dengan firman Allah Swt: Artinya: “Kitab Al-Qur‟an yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. ” Q.S, Shad, 38:29. 38 Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Bandung : CV Pustaka Setia, 2013, cet. 1, h. 81. 39 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Katakter, Bandung: Alfabeta, 2013, hal. 44. Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kitab Al-Qur‟an ini kepadamu Muhammad melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. ” Q.S, an-Nahl, 16:64. Intisari dari pendidikan karakter adalah menghasilkan peserta didik yang berprilaku baik, sebagaimana firman Allah Swt: Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan, berbuat baik dan member atau menyantuni kaum kerabat. Dan Tuhan melarang perbuatan keji, kemungkaran dan kedurhakaan. Dia mengajar kamu agar kamu mengerti. ” Q.S, an-Nahl, 16:90. Pendidikaan karakter mengajarkan agar anak didik untuk menjadi orang-orang yang memiliki hati untuk memahami ayat-ayat Allah, memiliki mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang di dalamnya ada kebenaran sebagai pedoman hidup yang paling tinggi untuk berbuat kebajikan menuju keselamatan dunia dan ahirat. 40 b. Sunnah Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat moral khuluqiyah, sifat jasmani khalqiyah, atau pun perjalanan hidupnya 40 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011, cet. 1, h. 74. sejak sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudah diangkat menjadi Rasul. 41 Bagi umat Islam, Nabi Muhammad merupakan utusan Allah yang terakhir yang mengemban risalah Islam. Segala yang berasal dari beliau baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya sebagai Rasul merupakan sunah bagi umat Islam yang harus dijadikan panutan. 42 Hal tersebut jelas dinyatakan dalam firman Allah Swt: Artinya: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. ” Q.S, al-Ahzab, 33:21. Dalam ajaran agama para Nabi, mulai dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad Saw memberi contoh perilaku yang baik kepada umatnya. Dalam agama Islam Nabi Muhammad merupakan pemimpin yang memiliki karakter yang kuat dan contoh yang mulia yang patut diteladani oleh umat Islam. Nabi Muhammad telah membawa umatnya dari prilaku tanpa aturan menjadi umat yang cerdas, bermoral, berakhlak, taat pada ajaran agama Islam. Figur Nabi Muhammad adalah seseorang yang memiliki akhlak sejati yaitu siddiq jujur, amanah terpercaya, tabligh penyampai, fathonah cerdas yang harus diteladani, dipelajari untuk dipahami, 41 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Katakter, Bandung: Alfabeta, 2013, op. cit., hal. 50. 42 Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Bandung : CV Pustaka Setia, 2013, cet. 1, h. 82. dihayati dan diamalkan dalam kehidupan keluarga, mayarakat, berbangsa dan bernegara. 43 2. Nilai Pancasila Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bersifat universal. Tilaar 1990 menyebutkan pancasila sebagai “Maha sumber nilai”, maka harus menjadi acuan utama dalam mengatur negara, bangsa dan masyarakat agar cita-cita luhur bersama dapat diwujudkan Pranarka, 1985; Eka Darmaputera, 1987. 44 Pancasila adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai falsafah bangsa Indonesia pancasila merupakan sumber kehidupan bernegara, pancasila sebagai pandangan hidup yang berisikan ajaran yang mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam sila-silanya. 45 Dalam rangka membangun karakter anak bangsa, salah satu pendekatannya adalah pendekatan nilai-nilai luhur pancasila yang berakar jati diri dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur pancasila yang tercantum dalam sila- sila pancasila sejatinya dihayati dan diamalkan, bukan sekedar semboyan semata yang dibaca pada setiap upacara apapun, baik di sekolah maupun dalam upacara memperingati hari-hari besar nasional. 46 Sastrapratedja 2001, merinci nilai-nilai luhur pancasila, dalam pandangannya nilai-nilai luhur pancasila itu mencakup nilai dasar humanistik dan universal. 47 Notonagoro Darji Darmodiharjo, 1995 mengelompokan nilai menjadi tiga bagian, yaitu: 48 43 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011, cet. 1, h. 76. 44 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012, cet. 1, h. 63. 45 Maswardi Muhammad Amin, op.cit., h. 94. 46 Ibid., h. 95. 47 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012, cet. 1, h. 63.

Dokumen yang terkait

Korelasi kultur sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP al-Manar Azhari Islamic Boarding School

1 17 0

Perekonstruksian Akhlak Bangsa Melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

0 2 10

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/201

0 3 20

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2

0 2 17

BAB 1 PENDAHULUAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 1 5

PENGUATAN BUDAYA KERJA MENUJU SEKOLAH EFEKTIF DI SMP NEGERI 4 KLATEN Penguatan Budaya Kerja Menuju Sekolah Efektif Di Smp Negeri 4 Klaten.

0 2 19

BUDAYA KERJA GURU DI SEKOLAH DAERAH AGRARIS (STUDI SITUS DI SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI) BUDAYA KERJA GURU DI SEKOLAH DAERAH AGRARIS (STUDI SITUS DI SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI).

0 0 17

Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 2 dan di SMP Negeri 2 Lampung Selatan.

1 1 17

Efektivitas strategi pembelajaran Afektif terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP Khadijah 2 Surabaya.

0 1 159

PEMBENTUKAN BUDAYA ASWAJA DI SMP KHADIJAH SURABAYA.

0 0 73