Selanjutnya dari Gerakan Literasi Sekolah, peserta didik menjadi gemar membaca, seperti yang dikatakan peserta didik sebagai berikut:
Anil: “literasi ini abis sholat dhuha kan ada GLS itu, karena saya ngebacanya ngegantung jadi di kelas saya lanjutin lagi jadi makin
berlembar-lembar bacaannya jadi sekarang lebih sering baca yang
awalnya suka maen game”.
44
Winila: ” Jadi suka membaca sih, selain itu juga jadi mudah buat ngerjain tugas kaya misalnya kan ada tugas bahasa Indonesia disuruh membuat
karangan ”.
45
Vega: “Ouhiya hhm aku jadi suka baca sii soalnya dibuku-bukunya banyak nilai-nila
i pedidikannya jadi bagus banget”.
46
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses
Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong
Dalam rangka pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong, tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung dan penghambat.
Karena, membentuk karakter peserta didik tidaklah semudah mengucap kata. Peserta didik yang memiliki akal dan pikiran tentunya memiliki kehendak
sendiri oleh karena itu diperlukan kesungguhan dan kesabaran. Faktor
Pendukung dan penghambat diantaranya yaitu:
a. Faktor Pendukung
Mengenai faktor pendukung dalam pembentukan karakter di SMP Negeri 2, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar
selaku wakil kepala sekolah sekaligus guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan:
44
Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30.
45
Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.
46
Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah:Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.
“fasilitas mendukung, hanya yang belum mendukung fasilitas kamar mandi karena tidak sesuai dengan jumlah peserta didik”.
47
Senada dengan itu, penulis juga mewawancarai Ibu Siti Hulasoh selaku Kepala Bidang Kurikulum sekaligus Pendidik dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris yang mengatakan: “Faktor pendukungnya kepala sekolah yang jelas mendukung,
kemudian fasilitas juga mendukung”.
48
Hal senada juga dikatakan oleh Pak Ujang selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan guru Pendidikan Agama Islam.
“Seperti ini guru sangat mendukung sekali, di sekolah juga anak-anak sangat antusias sekali sehingga anak termotivasi untuk bersih, dan
anak berlebih termotivasi lagi dengan temannya untuk melakukan yang lebih baik lagi”.
49
Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pembentukan karakter melalui budaya sekolah ini adalah adanya dukungan dari kepala
sekolah, besarnya semangat dan antusias peserta didik, pendidik, warga sekolah dan wali murid, serta fasilitas yang disediakan sekolah. Sehingga
memudahkan dan melancarkan program-program yang akan dijalankan. Kemudian antara peserta didik saling memotivasi dan berlomba-lomba
untuk menjadi peserta didik yang terbaik, dan peserta didik yang terbaik akan diberikan reward.
47
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Kusnandan, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00.
48
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08
November 2016, pukul 09.00 –10.00.
49
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
b. Faktor Penghambat
Mengenai faktor pendukung pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar
selaku Wakil Kepala Sekolah dan pendidik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengatakan:
“Peserta didik yang kurang respect terhadap program karena memang tidak mau begitu, tetapi tidak banyak. Hambatan itukan ada dari dalam
ada dari luar. Dari luar orang tua bisa hanya beberapa kaya “ngapain sii kamu ikut-ikut ekskul dan pendanaan sekolah
”, gitu”.
50
Hal senada dikatakan oleh Pak Ujang selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, beliau
mengatakan: “Kendala pasti ada, letak geografis anak berbeda-beda terkadang ada
yang telat dan tidak ikut sholat dhuha berjamaah, terkadang ada satudua anak yang kurang perhatian dengan kebersihan, atau
berpakaian rapih karena karakter anak berbeda- beda”.
51
Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor penghambat dalam membentuk
karakter peserta didik yaitu: 1
Letak geografis tempat tinggal peserta didik sehingga bentuk pelangaran terkadang masih saja ada yang melanggar meskipun telah
diberikan punishment agar peserta didik merasakan efek jera.
50
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00.
51
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
2 Kerap kali ada beberapa peserta didik yang kurang respect atau acuh
dengan kebudayaan yang ada di sekolah seperti tidak berpakaian rapih. 3
Ada beberapa orang tua yang kurang mendukung kegiatan anaknya. 4
Kurangnya dana untuk melengkapi fasilitas sekolah agar lebih baik. 5
Faktor cuaca yang akhir-akhir ini kurang mendukung jadi tidak bisa melaksanakan dhuha di lapangan dan kelas kotor.
C. Temuan Penelitian
1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Akhlak
Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong?
Berdasarkan deskripsi data di atas penulis menemukan beberapa proses pembetukan karakter melalui budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri
2 Cibinong, yaitu: a.
Pembiasaan Adapun pembiasaan yang dilakukan, dengan melakukan beberapa
bentuk kegiatan yang dilaksanakan yang berkaitan dengan budaya sekolah, yaitu:
1 Green squad atau pasukan hijau
Yaitu organisisasi Green Squad atau pasukan hijau adalah organisasi yang dibuat untuk menjaga kelestarian dan mereboisasi
lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas. Pasukan ini terdiri dari beberapa peserta didik dari setiap kelas yang dibuat menjadi satu
organisasi yang dibimbing oleh seorang pendidik. Pasukan ini juga ditugasnkan untuk mengecek lingkungan sekolah atau kelas yang yang
belom ditanami tumbuhan-tumbuhan hijau. 2
Poker atau polisi kebersihan Yaitu suatu organisasi yang bekerja sama dengan green squad.
Pasukan poker dibentuk dari beberapa peserta didik yang diambil dari
masing-masing kelas yang dibimbing oleh seorang pendidik sebagai pembimbing. Tugasnya adalah menjaga kebersihan lingkungan
sekolah dan kelas dari sampah atau peserta didik yang membuang sampah sembarangan. Pasukan poker beroperasi saat jam istirahat
dengan berkeliling ke setiap kelas untuk memeriksa kebersihan lingkungan kelas. Jika didapati sampah, maka akan diberikan sanksi
pada kelas yang didapati sampah. Sanksi yang diberikan adalah denda sebesar sepuluh ribu rupiah persatu sampah. Akan tetapi jika sampah
terlalu banyak dan memberatkan tanggung jawab kelas dalam pembayaran maka pasukan tersebut mengadakan pengadilan poker
untuk meminta keringanan dalam persidangan yang dipimpin oleh peserta didik yang tergabung dalam organisasi tersebut, jika masalah
tersebut tidak selesai maka akan berlanjut ke mahkamah poker yang dipimpin oleh guru.
Untuk memotivasi peserta didik hidup bersih, poker mengadakan kebersihan antar kalas yang diumumkan setiap awal bulan pada
kegiatan upacara senin, kelas terbersih akan mendapatkan bendera hijau dan kelas terkotor akan mendapatkan bendera merah.
3 KTR Kawasan Tanpa Rokok
KTR baru diresmikan pada bulan November 2016, budaya ini lakukan untuk menghindari asap rokok dari lingkungan sekolah.
Semua warga sekolah dilarang untuk menghidupkan rokok di area sekolah baik peserta didik maupun karyawan. Begitu pula dengan
tamu yang datang, diwajibkan untuk mematikan rokok terlebih dahulu sebelum masuk kawasan sekolah. Hal ini juga didukung dengan
banyaknya tulisan-tulisan disekitar sekolah larangan merokok. 4
4S 4S adalah budaya sekolah yang dilakukan sekolah setiap hari
senin sampai jumat yaitu ketika menyambut anak-anak datang ke