Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Karakter

kelas terbersih akan diberikan bendera berwarna hijau dan kelas terkotor akan diberikan bendera berwarna merah, dan yang menerima bendera tersebut adalah pendidik yang menjabat sebagai wali kelas itu sendiri. “Setiap bulan diumumkan kelas terbersih, yang bersih dikasih bendera hijau dari yang paling bersih di setiap tingkatan kelas, jadi tidak dari keseluruhan siswa karena tidak adil, kan anak kelas VII beda cara pekerjaannya. Kelas yang kotor warna merah jadi hijau ada tiga merah ada tiga. Ini memotivasi siswa dan wali kelasnya juga karena yang menerima bendera adalah wali kelas saat upacara awal bulan dilaksanakan sama ketua kelas yang memberikan kepala sekolah”. 12 Begitulah yang dikatakan oleh Pak Eris dalam wawancara yang penulis lakukan. c. KTR Kawasan Tanpa Rokok Gambar 4.3 Sumber Penelitian: Kawasan Tanpa Rokok KTR diresmikan pada bulan November 2016, budaya ini dilakukan untuk menghindari asap rokok dari lingkungan sekolah. Semua warga sekolah dilarang untuk menghidupkan rokok di area sekolah baik pendidik 12 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. maupun karyawan. Begitu pula dengan tamu yang datang, diwajibkan untuk mematikan rokok terlebih dahulu sebelum masuk kawasan sekolah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Siti Hulasoh dalam wawancara: “Nah kemaren juga baru diluncurkan sekolah ini sebagai sekolah kawasan tanpa rokok. Jadi siapa pun yang masuk setelah ini tidak boleh merokok tidak boleh ada asap rokok, semua warga sekolah tidak terkecuali, dan yang masuk ke sekolah termasuk tamu. Tamu yang ingin masuk ke sekolah matikan rokok baru boleh masuk. Kemaren sudah diluncurkan dihadiri oleh yayasan pengampu gerakan tanpa rokok ”. 13 Dari keseluruhan organisasi yang ada di sekolah dikoordinir oleh peserta didik dan didampingi oleh pendidik sebagai pembimbing. “Semua yang koordinir adalah peserta didik yang berbentuk organisasi seperti osis yang dibentuk dibentuk dengan perwakilan setiap setiap kelas dan didampingi oleh guru pembimbing”. 14 Ujar Pak Ujang. d. Senyum, Sapa, Salam, Santun 4S 4S adalah budaya sekolah yang dilakukan sekolah setiap hari senin sampai jumat yaitu ketika menyambut anak-anak datang ke sekolah, hari sabtu sebenarnya peserta didik masuk sekolah tetapi hanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Budaya ini adalah yang dilakukan para pendidik kepada peserta didik. pendidik yang menyabut peserta didik diwajibkan datang lebih awal, dan penyambutan sudah terjadwalkan. 13 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. 14 Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober 2016, pukul 09.00-09.30. Seperti yang dikatakan oleh Pak Ujang: “Iya ada, yaitu guru membiasakan menyambut kedatangan anak-anak dari sekolah, dan terjadwal dan standby menyapa anak 4s ketika datang ke sekolah”. 15 Gambar 4.4 Sumber penelitian: Budaya 4S Senada dengan Pak Ujang, Pak Eris pun mengatakan: “4S dilakukan setiap hari, disambut sama guru-guru dari Senin sampe Jumat kecuali hari Sabtu karena tidak ada pembelajaran. ”. 16 Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk moral pendidik kepada peserta didik dan sebaliknya peserta didik kepada pendidik. 4S ini mengajarkan bagaimana seharusnya seorang pendidik menyayangi peserta didiknya. Karena tugas seorang pendidik tidak hanya untuk mengajar atau mentransfer ilmu, tetapi ada tugas yang lebih penting dari mengajar yaitu 15 Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober 2016, pukul 09.00-09.30. 16 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. mendidik peserta didik. Oleh karena itu pembiasaan kecil seperti ini harus dilakukan agar karakter peserta didik terbentuk. Seperti yang dikatakan oleh Pak Eris: “Tapi yang lebih penting lagi penegakkan moral yaitu bagaimana seorang guru bisa sayang kepada sisiwanya artinya kita guru bukan hanya mengajar tapi mendidik yang terpenting itu makanya itu pembiasaan”. 17 e. Shalat Dhuha Gambar 4.5 Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha Kegiatan yang diterapkan di sekolah dalam rangka membentuk karakter peserta didik adalah dengan membiasakan serangkaian sholat dhuha yang sebelumnya dilakukan tadarus al- Qur’an, dzikir asmaul husna dan membiasakan shalat z uhur berjama’ah. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Hulasoh: 17 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. “Kalo kegiatan ini biasanya pagi-pagi menyambut anak-anak datang, disambut sama guru-guru dan terjadwal. ”. 18 Peserta didik datang ke sekolah sebelum bel dibunyikan, setibanya di sekolah sebelum pukul tujuh peserta didik yang muslim dan sedang dalam keadaan menstruasi berwudhu untuk bersiap-siap melaksanakan sholat dhuha, namun sebagian siswa dianjurkan untuk berwudhu di rumah yang yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah. Pelaksanaan sholat dhuha dilakukan selama tiga hari dalam setiap minggunya secara rutin yaitu selasa, rabu dan kamis dari pukul 07.00- 07.30. Karena hari senin digunakan untuk pelaksanaan upacara dan jum ’at diisi dengan pembacaan y āsin dan olahraga secara bergantian tiap minggunya. Seperti yang di katakan oleh Pak Ujang: “kemudian nilai religi dengan membiasakan sholat berjamaah seperti zuhur dan ashar dan sholat dhuha setiap pagi sebelum memulai jam pelajaran sekitar pukul 07.00 sampai 07.30”. 19 Senada dengan yang dikatakan oleh Pak Ujang, Ibu Siti Hulasoh mengatakan: “Pelaksanaannya 3 hari untuk tadarus, dzikir asmaul husna dan sholat dhuha itu 3 hari, selasa, rabu, dan kamis.”. 20 Dan disela-sela wawancara Ibu Hulasoh menekankan lagi, bahwasannya sholat dhuha memang dihimbau untuk dilaksanakan setiap hari dengan peserta didik datang lebih awal jika di hari lain diselingi kegiatan. Ibu Hulasoh mengatakan: 18 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. 19 Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober 2016, pukul 09.00-09.30. 20 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. Gambar 4.6 Sumber penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha Dalam melaksanakan sholat dhuha pertama peserta didik menggelar karpet yang dibawa dari masjid yang sebelumnya sudah digelari terpal oleh penjaga sekolah, lalu berkumpul di lapangan utama dan membaca al- Qur’an secara bersama-sama, dilanjutkan dengan dzikir asmaul husna yang dipimpin oleh peserta didik, kemudian setelah itu melaksanakan sholat dhuha sebanyak empat rakaat dan membaca doa setelah sholat dhuha dan diisi dengan kultum oleh guru. “Dhuha diawali dengan tadarus al-Qur’an kemudian membaca asmaul husna lalu melaksanakan sholat dhuha dan setelahnya ada ceramah dhuha biasanya klo tadi engga karena speakernya jelek haha. Ada ceramah dhuha adda sekitar 5 sampai 7 menit kadang kultum kadang lebih dari kultum bisa lebih kadang 30 menit kalo lagi sempat haha”. 21 Ujar Bapak Wakil Kepala Sekolah. 21 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. f. Sholat Berjama’ah Melaksanakan sholat lima waktu merupakan kewajiban bagi umat Islam, sholat wajib jika dilakukan sendiri maka hanya akan mendapatkan 1 derajat pahala, sedangkan sholat lima waktu yang dilakukan dengan berjamaah maka pahala yang didapat adalah 27 derajat. SMP Negeri 2 Cibinong mewajibkan para peserta didik untuk melaksanakan sholat zuhur berjamaah di sekolah. hal ini dilakukan untuk meningkatkan jiwa keagamaan pada diri peserta didik. Sholat zuhur berjamaah dilakukan secara bergantian karena musholah yang tidak memadai untuk seluruh peserta didik jika dilakukan secara serentak bersama-sama. “Zuhur dilakukan berjamaah ada yang adzan juga di sini, yang pertama adzan pendidik. Pelaksanaan anak-anak berkumpul untuk melaksanakan sholat berjamaah, setelah selesai berjaamaah lanjut gelombang berikutnya bergantian karena tempatnya terbatas “. 22 Begitu yang dikatakan oleh Kepala Bidang Kurikulum di atas. Jadi sholat berjamaah dilakukan secara bergelombang, kemudian selain karena tempat yang terbatas waktu zuhur berkumandang juga masih ada peserta didik yang sedang melaksanakan pembelajaran dan baru selesai pukul 12.20. Maka, peserta didik yang sudah keluar kelas segera melaksanakan sholat. g. Sodaqoh Budaya sodaqoh merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Cibinong, yaitu dengan menyisihkan sisa uang jajan peserta didik. Sodaqoh dilaksanakan setiap hari jumat yang dikoordinir oleh 22 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. peserta didik dan dilaporkan kepada pendidik penanggung jawab, sodaqoh juga dibiasakan oleh peerta didik untuk temannya yang sedang berduka. “Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap Jum’at, anak belajar berinfak anak menyumbangkan berapapun sisa uang jajan mereka, peserta didik yang mengkoordinir dan di setor ke koordinator umumnya yaitu pak ujang”. 23 Ujar Bapak Wakil Kepala Sekolah Pak Eris pula mengatakan: “Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap jumat, anak belajar berinfak anak menyumbangkan berapapun sisa uang jajan mereka, siswa yang mengkoordinir dan disetokarkan ke koordinator umumnya yaitu Pak U jang” 24 Hasil sodaqoh yang telah terkumpul disetorkan kepada pendidik sebagai pembimbing, uang tersebut biasanya digunakan untuk menyatuni anak yatim pada tanggal 10 muharrom dan untuk merayakan Perayaan Hari Besar Islam PHBI untuk memanggil mubaligh ke sekolah. h. GLS Gerakan Literasi Sekolah GLS yaitu gerakan membaca. Gerakan ini dilaksanakan pada hari selasa, rabu dan kamis, dan dilaksanakan setelah sholat dhuha dilapangan selama 15 menit tetapi setiap satu bulan sekali GLS dilaksanakan selama 40 menit. Gerakan ini mewajibkan anak membawa buku bacaan masing- masing selain buku mata pelajaran yang ada di sekolah. 23 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. 24 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. Gambar 4.7 Sumber Penelitian: Kegiatan Gerakan Liter “Pembiasaan membaca dengan sebutan nama gerakan literasi setiap pagi selama 15 menit dan setiap sebulan sekali selama 40 menit dan sudah dibiasakan”. 25 Ujar Pak Ujang. “Kemudian ada lagi GLS Gerakan Literasi Sekolah jadi itu gerakan membaca literasi di luar buku-buku pelajaran jadi anak yang novel, motivasi, inspirasi, hiburan pokoknya selain buku pelajaran”. 26 Ujar Ibu Hulasoh. “yang saya lakukan saat ini adalah gerakan literasi, jadi anak wajib setelah sholat dhuha wajib baca buku 15 menit dan anak diwajibkan bawa buku sendiri diluar buku mata pelajaran tapi tidak boleh buku yang engga- engga”. 27 Ujar Pak Eris. Untuk mendukung jalannya GLS sekolah menyediakan perpustakaan, saung baca dan pojok-pojok literasi yang ada disetiap pojok kelas, bahkan 25 Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober 2016, pukul 09.00-09.30. 26 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. 27 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. di pos penjaga pun ada buku sehingga kapanpun dan di mana pun anak ingin membaca bisa dilakukan. Hal ini dilakukan karena pendidik menyadari bahwasanya tanpa membaca peserta didik tidak akan bisa. Selain dari fasilitas yang disediakan oleh sekolah, buku-buku bacaan juga di dapatkan dari alumni, karena setiap peserta didik yang sudah menjadi alumni wajib memberikan satu buah buku untuk sekolah. Selain itu untuk memotivasi anak membaca sekolah membuat pohon geulis gerakan literasi sekolah yang ada di setiap kelas, gunanya yaitu bagi peserta didik yang telah menghatamkan buku maka di catat judul buku, pengarang dan nama peserta didik yang membaca dan ditempelkan di pohon tersebut baik berbentuk bunga, daun ataupun buah. Jika kelas tersebut banyak peserta didik yang menghatamkan banyak buku, maka semakin rindang pohon tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Eris: “Dan di tiap-tiap kelas saya bikin gambar pohon di tembok ada di kelas-kelas di ruang guru juga ada. Jadi ada pohon setiap anak diwajibkan menempel buka yang telah dia baca setiap taat buku, dia tulis buku judulnya apa dan karangan siapa dan nama yang membaca, semakin banyak yang membaca maka pohon semakin lebat, setelah pohon sudah lebat maka akan diganti dengan pohon yang baru di foto di dokumentasikan dan pohon yang lama di simpan”. 28 “Guru-guru yang meminjam buku terbanyak pun akan mendapat penghargaan seperti siswa, bahkan ada yang namanya pohon geulis gerakan literasi sekolah jadi disetiap kelas terdapat pohon literasi dan di cari pohon yang paling rindang, disitu ada nama siswa yang membawa, judul buku dan nama pengarangnya. Ditempelkan boleh berupa daun, buah, bunga. Semakin banyak anak kelas membaca 28 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. semakin rindang juga pohonnya. Ini memang percontohan sekolah dari sekolah-sekolah lain ”. 29 Ujar Ibu Hulasoh. Gerakan Literasi Sekeloah atau GLS juga memberikan motivasi lain kepada peserta didik yang rajin membaca buku dengan memberikan penghargaan berupa pin yang diberikan dari pihak perpustakaan sekolah. “Mau tidak mau anak membaca itu kebudayaan membaca agar anak mau membaca, dan sudah ada penunjang motivasi yaitu penghargaan bagi mereka yang meminjam buku untuk membaca itu diberi pin, adalah lambang penghargaan perpustakaan bagi siswa yang rajin membaca buku” 30 Ujar Ibu Hulasoh. GLS juga memberi projek kepada peserta didik untuk membuat jurnal dari buku yang sudah dibacanya, agar spserta didik memahami apa yang telah dibaca. Projek jurnal yang diberikan tidak banyak hanya maksimal 2 lembar. Dan tugas itu akan diperiksa oleh pendidik koordinator Gerakan Literasi Sekolah. Seperti dalam wawancara yang dikatakan oleh Ibu Hulasoh: “Mereka juga buat jurnal dan ditanda tangani oleh koordinator termasuk ibu salah satunya jadi setiap hari jumat hari terakhir ibu periksa meskipun 2 halaman tetapi harus buat jurnal jadi tau apa yang dibaca, anak membaca dan bisa menulis”. 31

2. Akhlak Pesert Didik di SMP Negeri 2 Cibinong

Dari beberapa budaya yang sekolah yang diterapkan, tentunya sekolah mengharapkan adanya perubahan sikap pada peserta didik. Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, beliau mengatakan: 29 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. 30 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. 31 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. “Anak itu sekarang lebih santun, peduli, karakternya lebih tanggung jawab, jujur jadi karakternya sudah mulai tampak, Untuk perkataan alhamdulilah saya belum pernah mendengar anak- anak berkata kasar”. 32 Begitu pula yang dirasakan oleh Bapak Eris tampak sebuah perbedaan karakter yang lebih baik yang terbentuk dalam diri siswa setelah menjalankan budaya yang diterapkan di sekolah, beliau megatakan: “Uuuh beda banged, dulu itu kesenjangan sosialnya masih ada semenjak ada dhuha anak-anak menjadi bijak tapi ada satu dua orang yang masih itu masih wajar karena kita semua manusia biasa wajar jika ada hambatan”. 33 Selain itu diseling pembimbicaraan Pak Eris juga mengatakan: “Anaknya sopan-sopan, alhamdulillah anak-anak ke guru dia sopan, ke tamu juga sopan dia sungkan. Itulah pembiasaan alhamdulilah. Kemudian dampak yang lain ke pribadi guru dulu katanya sii ngajar jam 7 setengah delapan baru datang, sekarang alhamdulilah ngajar jam 7 datang jam setengah 7 sudah pada datang, harus di siplin”. 34 Demikian juga hal senada dirasakan oleh Pak Ujang, peserta didik lebih mendalami rasa keagamaannya bahkan orang tua di rumah pun ikut merasakannya. Sebagaiman yang dikatakan: “Awalnya suka dipaksa sekarang sudah menjadi terbiasa, yang awalnya dipaksa sekarang sudah bergerak sendiri tanpa disuruh seperti menggelar sajadah di masjid sekolah, kemudian rohaninya diberikan pembinaan akhirnya tergerak dan memiliki kesadaran untuk melakukan kebutuhan rohaninya ”. 35 32 Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum, selasa, 08 November 2016, pukul 09.00 –10.00. 33 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. 34 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, selasa, 08 November 2016, pukul 10.00 –11.00. 35 Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, Kab. Bogor: Ruang Guru, kamis, 13 Oktober 2016, pukul 09.00-09.30. Dapat ditarik pemahaman bahwasannya dengan diadakannya budaya sekolah, para pendidik merasakan perubahan prilaku peserta didik seperti berlaku sopan, lebih bijaksana, disiplin, dan lebih mendalami tingkat keagamaan pada diri peserta didik. Untuk melihat karakter yang terbentuk, penulis pun mewawancari para peserta didik SMP Negeri 2 untuk meyakinkan dengan perubahan sikap yang dimiliki peserta didik. Sebagaimana karakter religious, tanggung jawab dan disiplin yang sudah terbentuk dalam diri peserta didik dengan selalu membiasakan sholat dhuha di sekolah maupun di rumah dan datang tepat waktu: Anil : “Iyah untuk sholat dhuha itu sendiri saya sih lebih tenang yah. Dan sholat dhuha merupakan salah satu visi juga dari SMP Negeri 2 berlandaskan nilai-nilai religious ”. 36 Winila: “jadi lebih disiplin karena sholat dhuha kan di mulainya pagi, tapi kalo sekarang kalo ninggalin engga enak karena udah terbiasa jadi di sekolah sholat dhuha di rumah juga sholat dhuha”. 37 Vega: “pertama pastinya meningkatkan keagamaan, terus disiplin karena datengnya memang harus pagi sebelum gerbangnya di tutup. 38 Kemudian dengan diadakannya budaya green squad dan poker peserta didik lebih mencintai atau peduli lingkungan dan peduli sosial dikarenakan dengan adanya budaya ini peserta didik mampu mengatur dirinya untuk tidak membuang sampah sembarangan, bahkan mengambil sampah yang bukan miliknya dan membuangnya ke tempat sampah, menyirami tanaman yang kering, kreatif untuk menghias kelas dengan tanaman dan memberitahu teman 36 Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 37 Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 38 Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMPNegeri 2 Cibinong, Sekolah:Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. dengan cara saling menasehati untuk menjaga lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh peserta didik sebagai berikut: Anil: “Pastinya menjaga kebersihan karena kata Ibu Nenden ingat lebih kreatif karena ada tugas menata kelas dengan rapih dan nyaman dengan tumbuhan ”. 39 Winila: “aku juga jadi engga betah kalo liat tumbuhan sudah kering jadi aku siram. Pastinya jadi engga buang sampah sembarangan, terus aku juga kan anggota poker jadi aku suka kasih tau temen-temen jangan membuang sampah sebarangan”. 40 Vega: “Aku sekarang kalo liat tanaman kering gak betah aku ganti dengan tanaman yang baru yang hijau, kemudian juga kan green squad itu suka ada program buat menghias kelas jadi kita biasa kreatif sii. jadi engga buang sampah sembarangan karena kalo ketawan buang sembarangan akan didenda, terus juga suka ngingetin temen-temen ”. 41 Selain itu karakter yang terbentuk dari peduli sosial adalah peserta didik selalu memberikan infaq dengan ikhlas kepada peserta didik atau pendidik yang sedang berduka, seperti yang dikatakan sebagai berikut: Anil: “Untuk infaq sendiri di SMP 2 itu saling tolong menolong yah”. 42 Winila: “Uangnya juga berguna untuk yang lain jadi pastinya aku juga peduli dan mau untuk bersodaqoh ”. 43 Vega: “Pertama aku jadi peduli soalnya infak dimintai juga untuk peserta didik atau pendidik yang sedang berduka, terus uangnya juga biasanya dikasih ke anak yatim dan buat beli karpet juga ”. 39 Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 40 Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 41 Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMPNegeri 2 Cibinong, Sekolah:Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 42 Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 43 Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. Selanjutnya dari Gerakan Literasi Sekolah, peserta didik menjadi gemar membaca, seperti yang dikatakan peserta didik sebagai berikut: Anil: “literasi ini abis sholat dhuha kan ada GLS itu, karena saya ngebacanya ngegantung jadi di kelas saya lanjutin lagi jadi makin berlembar-lembar bacaannya jadi sekarang lebih sering baca yang awalnya suka maen game”. 44 Winila: ” Jadi suka membaca sih, selain itu juga jadi mudah buat ngerjain tugas kaya misalnya kan ada tugas bahasa Indonesia disuruh membuat karangan ”. 45 Vega: “Ouhiya hhm aku jadi suka baca sii soalnya dibuku-bukunya banyak nilai-nila i pedidikannya jadi bagus banget”. 46

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses

Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong Dalam rangka pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong, tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung dan penghambat. Karena, membentuk karakter peserta didik tidaklah semudah mengucap kata. Peserta didik yang memiliki akal dan pikiran tentunya memiliki kehendak sendiri oleh karena itu diperlukan kesungguhan dan kesabaran. Faktor Pendukung dan penghambat diantaranya yaitu: a. Faktor Pendukung Mengenai faktor pendukung dalam pembentukan karakter di SMP Negeri 2, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar selaku wakil kepala sekolah sekaligus guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan: 44 Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 45 Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah: Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 46 Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, Sekolah:Mushollah, senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.

Dokumen yang terkait

Korelasi kultur sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP al-Manar Azhari Islamic Boarding School

1 17 0

Perekonstruksian Akhlak Bangsa Melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

0 2 10

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/201

0 3 20

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2

0 2 17

BAB 1 PENDAHULUAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 1 5

PENGUATAN BUDAYA KERJA MENUJU SEKOLAH EFEKTIF DI SMP NEGERI 4 KLATEN Penguatan Budaya Kerja Menuju Sekolah Efektif Di Smp Negeri 4 Klaten.

0 2 19

BUDAYA KERJA GURU DI SEKOLAH DAERAH AGRARIS (STUDI SITUS DI SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI) BUDAYA KERJA GURU DI SEKOLAH DAERAH AGRARIS (STUDI SITUS DI SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI).

0 0 17

Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 2 dan di SMP Negeri 2 Lampung Selatan.

1 1 17

Efektivitas strategi pembelajaran Afektif terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP Khadijah 2 Surabaya.

0 1 159

PEMBENTUKAN BUDAYA ASWAJA DI SMP KHADIJAH SURABAYA.

0 0 73