Latar Belakang Pembentukan Akhlak Melalui Budaya Sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong

ukuran keberhasilan pembelajaran dalam konsep enkulturasi adalah perubahan prilaku peserta didik. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco, belajar bukan hanya untuk tahu to know, tetapi juga menggiring peserta didik untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata to do, belajar untuk membangun jati diri to be, dan membentuk sikap hidup dalam kebersamaan yang harmoni to live together. 9 Upaya pemerintah dalam membangun sikap peserta didik tercantum dalam kurikulum 2013 yang tertera pada kompetensi inti 1 dan 2. Yaitu, peserta didik harus memiliki sikap spiritual agama dan sikap sosial masyarakat. Sikap yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan saat ini tidak akan tercapai jika tidak ada usaha dan dukungan dari masing-masing lembaga sekolah untuk mengembangkannya. Untuk itu, pembelajaran berlangsung secara konstrukvis developmental yang di dasari oleh pemikiran bahwa setiap individu merupakan bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri. Tugas pendidikan adalah memotivasi agar peserta didik mengenali potensinya sedini mungkin dan menyediakan pelayanan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki serta mengarah pada persiapan menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan mengarah pada pembentukan akhlak, performa yang konkrit dan terukur yang berkembang dalam tiga ranah kemampuan, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. 10 Oleh karena itu, untuk menunjang terbentuknya sikap siswa, lembaga harus menerapkan budaya-budaya sekolah yang mendidik agar menciptakan prilaku peserta didik yang baik dan membentuk akhlak pada masing- masing individu. Banyak yang tidak menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia sebetulnya hanya menyiapkan para peserta didik untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang mempunyai bakat pada potensi akademik yang tinggi saja. Hal ini terlihat dari bobot mata pelajaran yang 9 Zulfikri Anas, Sekolah untuk Kehidupan, Jakarta: AMP Press, 2013, cet. 1, h. 198. 10 Ibid., h. 199. diarahkan kepada pengembangan dimensi akademik peserta didik yang hanya diukur dengan kemapuan matematika dan abstraksi kemampuan bahasa dan menghafal. 11 Dari awal tahun 2016, sedikitnya ada beberapa kasus yang menjadi sorotan media, mulai dari orang tua dan anaknya sebagai peserta didik mengeroyok pendidik, kekerasan pendidik terhadap peserta didik, pelecehan seksual di sekolah, bahkan ada peserta didik yang duduk di samping pendidik dan merokok sambil menaikkan kakinya ke atas meja mengajar dan masih banyak lagi. Kejadian tersebut merupakan prilaku yang menyimpang dalam dunia pendidikan, dengan kejadian itu menjadi bukti bahwa pendidikan bangsa Indonesia sudah mulai melemah. Pengamat Kebijakan Publik UGM, Dr. Soc. Pol Agus Heruanto Hadna, menilai fenomena melemahnya akhlak peserta terjadi akibat sistem pendidikan di Indonesia mengabaikan pendidikan prilaku dan akhlak. Menurutnya, “pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan pada aspek kognitif. Sementara itu, aspek prilaku cenderung dilupakan. Kondisi ini mengakibatkan lemahnya aspek prilaku dalam pendidikan. Hal ini terjadi tidak hanya pada peserta didik, tetapi juga di pihak pendidik. Jadi, ada ketidakseimbangan antara pendidikan kognitif dan prilaku afektif ”. Billy Graham mengatakan: “Ketika kehilangan kekayaan anda tidak kehilangan apa-apa, ketika kehilangan kesehatan anda kehilangan sesuatu, ketika kehilangan karakter anda kehilangan segalanya”. 12 Melihat fakta di atas, sudah saatnya lembaga pendidikan bergerak dan membangun akhlak anak bangsa dengan semaksimal mungkin. SMP Negeri 2 Cibinong merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Bogor. Sekolah tersebut terkenal dengan sekolah yang unggul di kalangan masyarakat. SMP Negeri 2 Cibinong memiliki visi dan misi untuk menjadikan sekolah yang unggul dalam prestasi, kompetitif, berwawasan luas, berkarakter dengan 11 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015, cet. 15, h. 323. 12 Mohamad Mustari, Nilai Krakter Refleksi untuk Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014. Cet. 1. berdasarkan nilai-nilai religi. Visi dan misi tersebut diwujudkan dengan adanya kegiatan dan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan di sekolah, baik dari aspek lingkungan, akademik dan keagamaan melalui pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak yang dilaksanakan sekolah tujuannya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, memberikan kebebasan, berkreasi, meningkatkan nilai akademik dan afektif peserta didik. Adanya budaya-budaya yang diterapkan di sekolah, pendidik dan warga sekolah lainnya merasakan ada perkembangan akhlak yang lebih baik dalam diri peserta didik. bahkan dalam perjalanan penerapan budaya tersebut, orang tua peserta didik pun merasakan dampak positif yang timbul dari anaknya. SMP Negeri 2 Cibinong menjadi sekolah percontohan beberapa budaya, untuk lembaga pendidikan lain yang ada di Kabupaten Bogor. Hal ini tentunya menjadi sebuah apresiasi bagi sekolah untuk selalu mengembangkan budaya dalam rangka membentuk akhlak peserta didik. Melihat hal tersebut, maka penulis sangat tertarik melakukan penelitian yang berjudul “PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 CIBINONG .

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: a. Pendidikan di Indonesia belum berhasil membentuk akhlak peserta didik yang baik. b. Banyak terjadi penyimpangan prilaku peserta didik baik di keluarga, sekolah atau pun masyarakat. c. Kurangnya kesadaran peserta didik untuk menjauhkan sikap negatif. d. Adanya berbagai budaya yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong. e. Adanya sikap yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui penerapan budaya sekolah.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi yang telah disebutkan, maka perlu dijelaskan pembatasan penelitian agar peneliti dapat memfokuskan pada masalah yang terkait dan tidak keluar dari pembahasan penelitian. Oleh karena itu pembatasan masalah penelitian ini adalah terkait dengan pembentukan akhlak peserta didik melalui budaya sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalahnya adalah: a. Bagaimana metode yang digunakan sekolah dalam membentuk akhlak peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong? b. Bagaimana Akhlak peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong? c. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah tercantum di atas maka penulis ingin menyampaikan tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Penulis Penelitian ini berguna sebagai sarana peningkatan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, wawasan berpikir, serta meningkatkan kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan masalah secara ilmiah. 2. Lembaga Pendidikan Memberikan informasi dan bahan perbandingan dalam proses pembentukan karakter siswa dan diharapkan pula memberikan sumbangan yang baik bagi lembaga pendidikan pada umumnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang akan dilakukan dimasa yang akan dating

D. Penelitian Relevan

1. Penelitian oleh Marliya Solihah dengan judul Penanaman Karakter Pada Siswa di MAN Wonokromo. Hasil penelitian menunjukan: 1 Pelaksanaan proses penanaman karakter di MAN Wonokromo Bantul dilakukan dengan menggunakan berbagai macam kaidah, yaitu kaidah kebertahapan, kesinambungan, momentum, motivasi interistik, dan kaidah pembimbing. 2 Hasil yang dicapai adalah kedisiplinan warga madrasah meningkat cukup pesat, religiusitas warga madrasah juga semakin membaik, kejujuran peserta didik juga mulai tertanam serta prestasi siswa-siswi dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan cukup tinggi baik akademik maupun non akademik. 3 Faktor pendukungnya adalah a Kerja sama yang baik antara guru dan karyawan, b Tersedianya fasilitas yang memadai, c Mayoritas anak-anak MAN Wonokromo bermukim di pondok pesantren. Adapun faktor penghambatnya adalah a Kurangnya kesadaran peserta didik diatasi dengan mengadakan pelatihan soft skill, b Kondisi orang tua dan lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung, hal ini diatasi dengan mengadakan paguyuban wali murid. 13 2. Penelitian oleh Muhammad Khoiruddin dan Susiwi dengan judul penelitian Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah 13 Marliya Solihah, “Penanaman Karakter pada Siswa di MAN Wonokromo”, Skripsi 2013, h. 9, tidak dipublikasikan. Islam Terpadu Salman Alfarisi Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan: Nilai budaya yang menjadi trade mark SIT Salman Al Farisi Yogyakarta adalah integratif, produktif, kreatif dan inovatif, qudwah hasanah, kooperatif, ukhuwah, rawat, resik, rapi dan sehat, dan berorientasi mutu. Bermodal nilai dan karakter yang dikembangkan melalui budaya sekolah serta bukti nyata yang telah dibayarkan oleh SIT Salman Al Farisi Yogyakarta dengan tertanamnya nilai-nilai budaya pada semua civitas akademika maka SIT Salman Al Farisi Yogyakarta hingga tahun 2012 tetap mendapatkan minat dan animo masyarakat untuk mengenyam pendidikan di lingkungan SIT Salman Al Farisi Yogyakarta. 14 14 Muhammad Khoiruddin dan Susiwi, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, 2013. h. 77. 11 BAB II KAJIAN TEORI PEMBENTUKAN AKHLAK DAN BUDAYA SEKOLAH

A. Pembentukan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak, berasal dari bahasa Arab, Khuluqun berarti perangai, sedang jama’nya adalah Akhlakun. 1 yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan. 2 Dalam kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, akhlak adalah adab, budi pekerti, etika, fi ’il, integritas, kesusilaan, moral, perangai, tabiat, tata susila, watak. 3 Menurut Heny Nerendrany mengutip dari Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 4 Menurut Rosihon Anwar mengutip dari Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan: Akhlak adalah daya kekuatan sifat yang 1 Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam, Malang: Madani Media, 2015, h. 2. 2 Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet. 1, h. 1. 3 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, cet. 3, h. 13. 4 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Press, 2009, cet. 1, h. 7.

Dokumen yang terkait

Korelasi kultur sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP al-Manar Azhari Islamic Boarding School

1 17 0

Perekonstruksian Akhlak Bangsa Melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

0 2 10

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/201

0 3 20

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2

0 2 17

BAB 1 PENDAHULUAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 1 5

PENGUATAN BUDAYA KERJA MENUJU SEKOLAH EFEKTIF DI SMP NEGERI 4 KLATEN Penguatan Budaya Kerja Menuju Sekolah Efektif Di Smp Negeri 4 Klaten.

0 2 19

BUDAYA KERJA GURU DI SEKOLAH DAERAH AGRARIS (STUDI SITUS DI SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI) BUDAYA KERJA GURU DI SEKOLAH DAERAH AGRARIS (STUDI SITUS DI SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI).

0 0 17

Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 2 dan di SMP Negeri 2 Lampung Selatan.

1 1 17

Efektivitas strategi pembelajaran Afektif terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP Khadijah 2 Surabaya.

0 1 159

PEMBENTUKAN BUDAYA ASWAJA DI SMP KHADIJAH SURABAYA.

0 0 73