Dampak Positif Evaluasi Dampak Impact

“…berusaha semaksimal mungkin mengkonsumsinya karena ada rasa sayang klo membuangnya begitu saja..rasa bertanggung jawab penuh dari proses menanam yang kita miliki..banyak masyarakat tuh tertarik dengan program kita seperti diundang menjadi narasumber dalam memberikan pelatihan gitu..YGPL berdiri untuk melestarikan lingkungan kemudian kita makin dikenal juga dikalangan sekolah, universitas.” 75 2 Meningkatkan Pengetahuan Bahan Organik Agar dapat membentuk program yang berkelanjutan dan perkembangan pada program, BPTP memberikan pelatihan, pembinaan maupun penyuluhan untuk mengisi wawasan dan pengetahuan usaha pertanian diperkotaan untuk bekal keberlangsungan program. Untuk itu, BPTP memberikan berbagai pelatihan dibutuhkan dan penting untuk dipelajari anggota program. Pelatihan yang diajarkan yaitu seperti memberikan dan mengajarkan penyuluhan tentang pemberantasan hama tikus dari bahan organik, belajar membuat benih tomat, terong dan cabe, membuat pupuk cair organik. Organik menjadi pilihan cara dalam konsep urban farming. Aktivitas urban farming melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam budidaya pengolahan makanan. Organik digunakan supaya tanaman lebih subur, daun lebih cerah, tidak berbau, ramah terhadap lingkungan dan terdapat bakteri yang menguntungkan. Selain memberikan pengetahuan organik, lahan pekarangan yang mereka tanam dapat memberikan sarana untuk belajar dalam mengenal 75 Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar sebagai anggota KRPL, pada 26 Agustus 2016. kebutuhan konsumsi makanan organik. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ibu Wirda Zulfikar sebagai berikut: “Memperkenalkan klo menanam itu ga susah ko asal rajin dan semangat kita dapat memperoleh hasilnya…” “…tempat rekreasi dan belajar, trus klo letak lahannya berseblahan dengan tetangga gitu bisa dipakai untuk kumpul-kumpul atau melakukan kegiatan sosial lainnya.” 76 Hal senada juga diungkapkan Ibu Yuni Kahar dalam wawancaranya sebagai berikut: “Memperkenalkan kepada kita ada banyak cara menyenangkan untuk memulai bercocok tanam di lahan sendiri ga sulit dan ga membosankan lalu tentang cara-cara mengusir hama pengganggu lalu tentang bertani secara organik semuanya memakai media organik.” 77 3 Peningkatan Keterampilan Mempunyai keterampilan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk membuat dirinya berdaya. Melalui berbagai pembinaan dan pelatihan, ibu-ibu anggota KRPL memiliki bekal pengetahuan seputar pemahaman budidaya. Secara teknik dengan memanfaatkan seminimal mungkin lahan yang ada dapat diterapkan dengan konsep penerapan yang sangat bervarias seperti: tabulampot, vertikultur, aquaponik dan teknik hydroponik belum dapat diterapkan pada KWT Harmoni. Tidak hanya seputar pengetahuan saja, keterampilan tentang bertanam dengan memanfaatkan pot atau wadar daur ulang juga dibutuhkan dan mengolah hasil panen pun dibutuhkan. 76 Wawancara pribadi dengan Ibu Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 77 Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Wirda Zulfikar. Berbagai pengetahuan tentang teknik diperlukan. Salah satu yang sering diterapkan adalah teknik vertikal, digunakan karena kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Dari teknik vertikal tersebut telah menghasilkan Tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan oleh KWT harmoni Pekayon antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, tomat, pare, kacang panjang, cabai, terong, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Tanaman buah yang dibudidayakan secara tabulampot di YGPL Pekayon antara lain lengkeng, nangka, manga, jeruk limau, belimbing wuluh, marquisa dan lainnya . Dalam mengolah hasil panen dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Baik untuk dibuat jus, sambal cabai, makanan maupun bumbu dapur dalam kondisi yang segar. Namun hanya sedikit saja yang membudidayakan buah-buahan. Berikut pendapat Ibu Wirda Zulfikar: “…karena lahan yang digunakan sempit kita memakai model budidaya polybag, pot atau secara vertikal seperti digantung, tempel bisa juga disusun bertingkat menggunakan pipa paralon seperti di rumah kompos.” “Lalu dari memanfaatkan barang-barang bekas kayak sandal, ban motor bekas, karung bekas, botol air mineral bisa menjadi wadah untuk bertanam kemudian diberitahu macam-macam teknik berkebun di lahan sempit seperti kami yang tinggal diperkotaan ada hydroponik yang menggunakan air sebagai medianya, diletakan bertingkat vertikal digantung, ditempel sesuai luas halaman kita”. “trus halaman rumah juga kelihatan indah nyaman karena penghijauan yang kita lakukan..” 78 Hal yang sama diungkapkan Ibu Yuni Kahar, ia mengakatakan barang-barang bekas dapat dimanfaatkan kembali menjadi wadah tanaman dengan teknik yang disusun bertingkat maupun ditempel. Sebagai berikut: 78 Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. “…tempatnya pakai bekas talang air, bambu disusunnya tingkat- tingkat atau ditempel di tembok. Dari proses menanam kita hanya perlu memberikan apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan tumbuh hingga panen”. 79 Dari peningkatan keterampilan dan inovasi pada tahun 2014 yayasan mengikuti pameran Agrinex Expo di JCC. Dimana kegiatan Expo tersebut merupakan salah satu promosi hasil kerajinan daur ulang kreasi Yayasan. Gambar 4. Pameran Agrinex Expo2014 Gambar 5. Budidaya tanaman slada Sumber: Facebook YGPL Pekayon Sumber: Dokumentasi peneliti Gambar 6. Budidaya dengan paralon Gambar 7. Teknik vertikal Sumber: Dokumentasi peneliti Sumber: Dokumentasi peneliti 79 Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016. budidaya tanaman slada menggunakan teknik vertikal tersusun dan polybag, lalu tanaman sawi, seledri dan daun bawang dalam satu wadah paralon yang dibudidayakan di Rumah Kompos Dari aspek sosial maka dapat disimpulkan bahwa Program KRPL berupaya memberdayakan KWT Harmoni dengan bertambahnya pengetahuan bahan organik dan keterampilan pada teknik budidaya serta mengola hasil panen yang ada di lahan pekarangan mereka dan memiliki hubungan timbal balik sebagai penunjang terlaksananya program. Selain itu dampak positif lain yang dirasakan adalah adanya perubahan sosial yang mana anggota dapat mandiri menghasilkan sayuran dari pekarangannya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, tolong menolong antar anggota sehingga meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui kegiatan program dengan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya seperti tujuan dari pemberdayaan. Di luar dari tujuannya manfaat program KRPL itu sendiri telah memberikan nilai- nilai pada masyarakat, menambahkan keterampilan, menambah pengetahuan dan sebagai sarana belajar dan rekreasi yang dapat digunakan untuk berkumpul dan melakukan kegiatan sosial positif lainnya. b Aspek Ekonomi Bagi masyarakat keberadaan aspek ekonomi memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan. Namun, Pada program KRPL disini belum pada sumber peningkatan pendapatan anggotanya, karena beberapa kendala menyebabkan hal tersebut tidak tercapai. Namun terdapat dampak lain yang dirasakan dari program tersebut di KWT Harmoni. Kategori dari aspek ekonomi tersebut adalah 1 Menghemat pengeluaran rumah tangga. 2 Pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga. 1 Menghemat Pengeluaran Rumah Tangga Kebutuhan dalam rumah tangga pasti selalu ada, terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik sandang, pangan dan papan. Terutama pemenuhan dalam pangan yang merupakan kebutuhan paling penting untuk masyarakat. Kebutuhan pangan diartikan sebagai makanan dan minuman berupa sembako, salah satunya adalah sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada program KRPL ini dalam pemenuhan berupa sayur-mayur dan buah-buahan ialah kebutuhan dapur yang wajib dipenuhi dengan cara menghasilkan sendiri kebutuhan tersebut dari lahan pekarangan anggota. Dengan begitu sedikitnya dapat menghemat anggaran pengeluaran belanja dapur. Pada pelaksanaan program salah satu tujuannya adalah turut berkontribusi pada tingkat penghematan pengeluaran rumah tangga dengan mengestimasi biaya pengeluaran kebutuhan makanan harian antara Rp. 200.000 sampai dengan Rp. 800.000 perbulan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Siti Nurul, sebagai berikut: “…lalu menghemat anggaran belanja tadinya membeli sayur kangkung sehari Rp. 5000 eh jadi ga belanja karena panen..ibu Edi yang rumahnya disana cerita klo sayur udah ga beli karena melakukan pembibitan di rumah”. “Menekan pengeluaran kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi banyak kendala hanya bertahan selama 6 bulan diawal saja…misalnya yang belanja sehari Rp 50.000 bisa menyisihkan Rp 10.000 untuk tabungan”. 80 Dalam mengestimasi pengeluaran kebutuhan makanan harian belanja sayuran dengan tujuan Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah masuk dalam kategori tercapai, namun tujuan program tersebut hanya berlangsung selama 6 bulan awal program karena terdapat kendala di lapangan. Contoh 80 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul, pada 22 Agustus 2016. yang diberikan oleh ibu Siti Nurul seperti pengeluaran anggaran belanja dalam sehari menghabiskan uang Rp. 50.000 namun karena di pekarangan rumah sedang panen sayuran, anggota dapat menyisihkan uang belanja sayuran Rp. 10.000 untuk membeli kebutuhan lainnya. Walaupun hanya menghemat dalam jumlah sedikit saja tapi yang terpenting adanya suatu pengembangan. Dimana anggota yang tekun dapat mandiri menghasilkan sayuran dari lahannya. “…sekedar cukup buat kebutuhan masak dapur ga beli di pasar lumayan bisa ngehemat belanjaan apalagi klo harga bumbu masakan naik tuh cabe, bawang putih untungnya masih menanam…”. 81 Pendapat Ibu Wirda diatas diperkuat oleh pendapat Ibu Yuni Kahar mengenai dampak yang dirasakan yaitu menghemat uang belanja, sebagai berikut: “Klo yang saya rasakan program ini sih belum sampai meningkatkan pendapatan yang diharapkan dari tujuan adanya KRPL, klo pun pernah menghemat uang belanja itu paling sedikit saja masih ada bahan- bahan baku dapur lainnya yang kita beli di pasar…”. 82 Pendapat lain diungkapkan oleh ibu Yuni Kahar. Menurutnya meningkatkan pendapatan penghasilan rumah tangga dari aktivitas berkebun belum dirasakan, namun dampak yang sama juga dirasakannya yaitu menghemat pengeluaran belanja walau jumlah sedikit. Berbeda dari argument yang dikatakan oleh ibu Yuni Kahar, Ibu Isa Fitri merasakan dampak tambahan dari berjalannya program KRPL sebagai berikut: “..menghemat BBM karena tidak ada biaya transport yang dibutuhkan…” 81 Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 82 Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016. “…kemudian mengurangi impor sayurankan…” 83 Menurut Ibu Isa Fitri pengertian menghemat bukan dalam angaran pengeluaran belanja dapur saja melainkan menghemat dalam hal anggaran trasnportasi, karena dengan menanam sayur-sayuran dan kebutuhan masak lainnya di lahan pekarangan rumah tidak diperlukan BBM yang terpakai untuk aktivitas berbelanja sayuran ke pasar. Selain itu menurutnya dapat mengurangi nilai impor sayuran walaupun impor tersebut hanya dalam skala kecil rumah tangga. Melihat pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya program KRPL tidak hanya memiliki dampak sedikit dalam menghemat kebutuhan anggaran belanja sayur-sayuran saja tetapi dampak lainnya juga terjadi dalam menghemat Bahan Bakar Bensin BBM karena tidak membutuhkan biaya transportasi untuk berbelanja ke pasar dan juga mengurangi nilai impor sayuran walau hanya dalam skala kecil rumah tangga. Manfaat lainnya juga dirasakan dalam menghemat pembelian kompos sebagai penyubur tanaman yang bisa didapatkan dari proses pemilahan sampah rumah tangga yang dapat didaur ulang yang nantinya diolah menjadi pupuk organik. Proses tersebut dapat dilakukan masing-masing orang untuk menghemat pembelian pupuk untuk tanaman. Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak Ir. Sukowitono, manfaat memilah sampah tidak hanya untuk program. Tetapi dari pemilahan sampah tersebut memberikan peluang pekerjaan. Sebagaimana hasil wawancaranya sebagai berikut: 83 Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. “Orang-orang yang angkutin sampahkan dulunya pengangguran, jadi sebagian ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut sampah organik.” “…bisa menanam sendiri kebutuhan sayuran dalam rumah tangga..tapi klo buat meningkatkan ekonomi disini ga sampe karena kita disini rata-rata cukup, belum sampe kepada meningkatkan ekonomi”. 84 2 Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi sayuran menjadi makan yang wajib dipenuhi sesuai kebutuhan tubuh. Dengan pemenuhan kebutuhan sayuran akan tercapai kondisi masyarakat yang sehat dan terhindar dari penyakit. Kesadaran masyarakat menjadikan mereka memilih mengkonsumsi sayuran organik yang kualitas dan keamanannya serba alami terbebas dari pestisida kimia. Karena dalam pemanfaatannya, sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar pada usaha mencukupi kebutuhan gizi keluarga. Aktivitas budidaya ini tidak hanya pada produksi makanan sayuran saja, bumbu dapur, tanaman obat keluarga dan tanaman hias dapat pula dibudidayakan di lahan pekarangan rumah. Tahun 2013 di Perumahan Pondok Pekayon Indah melalui program KRPL, para anggota program mulai menanami lahan pekarangan mereka dengan sayuran organik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu Isa Fitri sebagai anggota program KRPL merasakan manfaat dari bertani di lahan pekarangan rumahnya. Berbagai Tanaman yang ia tanam di lahan pekarangannya cukup untuk ia konsumsi sendiri dan bersama keluarga. Tanaman yang ditanam disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi dan berumur pendek. 84 Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono pada 22 Agustus 2016. Jika hasil panen dari tanaman sedikit hanya cukup dikonsumsi untuk keluarga. Jika hasil panen sayuran dari rumah bibit banyak, akan dijual ke arisan atau Ibu-ibu komplek dengan harga yang lebih murah. Maka uang dari hasil penjualan sebagai pemasukan kas anggota dan digunakan untuk memperbaiki media yang rusak sebagai berikut: “Ga banyak sih ya untuk dikonsumsi sendiri saja sekarang mah masih ada daun salam, cabe rawit, bawang merah, sawi, kangkung yang jangka pendek saja ditanamnya biar cepat dipanen ditanamnya juga pakai rak disusun bertingkat..terus belimbing wuluh, daun pandan, lidah buaya dari toganya paling sirih aja sih trus ada juga tanaman hias bunga kamboja jepang 3 pot ada mawar merah juga sudah besar, tinggi.” “Hasil panen sayuran jika sedikit dikonsumsi sendiri sama keluarga saja tapi klo banyak dikumpulin untuk dijual lalu hasil jualan itu diputar untuk anggotanya ya seperti..untuk merapikan wadah rusak- rusak.” 85 Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni Kahar. Dari wawancaranya ia bercerita tentang beberapa tanaman sayuran dan tanaman obat keluarga yang ia tanam dan dikonsumsi untuk kebutuhan dapurnya. Ia juga menceritakan pengalaman Ibu Wuri Sugiman seputar lahan pekarangannya yang memperoleh macam-macam kebutuhan dapur, sebagai berikut: “Di rumah saya paling ada cabe, bayam, kangkung 3xpanen tanahnya diganti, seledri, salada, terong, sawi, daun katuk, kunyit, ya gitu gitu ajalah ga banyak nah dekat rumah saya ada ibu Wuri Sugiman di rumahnya ia banyak menanam ada buah lengkeng, buah nangka, terus jeruk limau dibikin minuman, belimbing wuluh buat tambahan nyayur, lalu sayuranya ada bayem, cabe, kangkung, seledri, bawang putih, untuk toganya serai, kunyit, sirih merah klo sudah bosan saya suka dibagiin ketetangga, “..masih ada bahan-bahan baku dapur lainnya yang kita beli di pasar…” 86 85 Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. 86 Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016. Gambar 8. Budidaya sayuran dan bibit bayam di rumah Ibu Wuri Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanaman yang sedang Ibu Wuri budidayakan di lahan pekarangannya adalah bayam, cabe, kangkung, seledri, bawang putih, untuk toganya serai, kunyit, sirih merah dengan mengunakan teknik bertingkat. Gambar 9. Panen sawi dan bibit sawi umur 2 minggu di rumah Ibu Lala Sumber: Facebook Lala Gozali Ibu Lala sedang melakukan panen sawi dari polybag yang disusun secara bertingkat. Beliaupun memiliki bibit sawi yang baru berumur 2 minggu. Tanaman hias merupakan tanaman yang dapat dinikmati dapat memberikan kesenangan atau kepuasan. Sebenarnya tanaman hias dapat dikembangkan sebagai tanaman yang dapat untuk berbisnis tetapi hal ini belum dilakukan oleh anggota KWT Harmoni. Baru ada satu anggota KRPL yang peneliti temui, jika ia memiliki tanaman hias kamboja dan mawar. Tetapi tanaman hias ini hanya sebagai penghias halaman rumah, belum kepada diperjual belikan. Tidak hanya tanaman hias, tanaman buah-buahan seperti buah lengkeng, buah nangka dan jeruk limau dan tanaman obat keluarga seperti jahe, serai, sirih merah, binahong belum berorientasi kepada produksi penjualan pasar besar. Hanya ditujukan menambah pemenuhan rumah tangga, jika bosan mengkonsumsi dapat dibagikan ketetangga dan bertanam sebagai kegiatan pengisi waktu luang atau sambilan. Pendapat lain diungkapkan oleh Ibu Lucia. Menurutnya pemenuhan kebutuhan dapur setiap rumah tangga berbeda. Jika kebutuhan dapur dapat terpenuhi dari hasil panen di lahan pekaranganya itu karena usaha ketekunan dan kerajinan dari pemilik lahan, sebagai berikut: “Untuk kategori terpenuhi sih belum yak untuk aku sendiri karena tergantung dari masing-masing orang klo ia rajin nanam mungkin bisa mencukupi kebutuhan dapurnya nah klo aku dulu sempat kayak cabe, tomat, kangkung panen sendiri ga beli di abang sayur. Klo untuk ke arah ekonominya belum sih mba secara komunitas soalnya KWT kita itu belum seperti KWT di pedesaan yang menjadikan KRPL itu sebagai income dari rumah tangganya.” 87 Dari hasil wawancara dapat disimpulkan. Setiap hasil panen yang dilakukan anggota KWT Harmoni berbeda-beda. Ibu Wuri Sugiman melalui lahan pekarangannya ia mendapatkan banyak kebutuhan dapur yang terpenuhi dari aktivitas menanam untuk dikonsumsi sendiri dan bersama keluarga. Ibu Yuni Kahar dengan hasil panen yang biasa-biasa saja yang terkadang iapun masih harus membeli bahan dapur lainnya di pasar. Ibu lucia yang dahulu 87 Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia, pada 26 Agustus 2016. dapat menghasilkan beberapa panen sayuran dari lahan pekarangannya, untuk sekarang ia hanya menghasilkan pohon cabai saja. Karena faktor yang membedakan keberhasilan setiap anggota KWT Harmoni adalah perbedaan usaha ketekunan maupun kerajinan anggota dalam merawat pekarangannya karena dari aktivitas berkebun yang dilakukan hanya sekedar hobi atau pengisi waktu luang yang memberikan manfaat. Perbedaan terlihat ketika program KRPL dilakukan pada KWT pedesaan yang diharapkan pemerintah agar program tersebut sebagai sumber income rumah tangga. Beberapa jenis hasil sayuran dapat anggota konsumsi dari lahan pekarangannya. Program KRPL Pekayon belum pada kategori menghemat anggaran belanja dalam jumlah besar, sedikitnya dapat menghemat pengeluaran belanja sayuran dari penghematan itu bisa digunakan membeli kebutuhan lainnya. Program KRPL disini belum bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan pendapatan anggota KWT Harmoni, namun yang terpenting adanya pengembangan dalam meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui aktivitas ini. Walaupun pada awalnya aktivitas ini tidak didesain untuk kebutuhan komersil tetapi untuk keperluan sendiri . Dilihat dari aspek ekonomi belum dapat membuka peluang untuk berbisnis, karena sebagian besar anggota KWT Harmoni merupakan ibu rumah tangga Kompleks yang tidak bekerja dengan rata-rata berlatar belakang pendidikan SMA dan suami yang berpenghasilan cukup. c Aspek Ekologi Tidak ada makhluk hidup yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan faktor lainnya. Terciptanya interaksi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan. Dari tanaman yang dibudidayakan memberikan keuntungan tersendiri bagi yang menanam. Menanam bukan hanya aktivitas di pedesaan, tetapi menanam dapat dilakukan di daerah perkotaan biasa disebut dengan urban farming. Dengan urban farming, masyarakat bisa menjadi petani di kota seperti anggota KWT Harmoni tanpa harus di lahan yang luas. Adapun dampak dari perubahan terlihat setelah mereka melakukan budidaya tanaman di YGPL Pekayon dalam program KRPL. Mereka mulai mengkonsumsi kebutuhan makanan dapur dari lahan pekarangan mereka terlebih pada anggota KWT Harmoni ini tanaman organik menjadi konsepnya dalam bertanam. Semua proses dalam budidaya tanaman tersebut melalui proses organik, dimulai dari bibit yang berkualitas bagus hasil dari penyemaian benih organik sebelumnya, penggunaan pupuk organik, media tanah yang subur sampai pada pestisida yang digunakan dikelola di sekitar pekarangan rumah. Secara lebih jelasnya, kategori aspek ekologi tersebut meliputi sebagai berikut: 1 Pengolahan limbah rumah tangga 2 Memberikan keindahan 3 memberikan kesehatan dari lahan pekarangan. 1 Pengolahan Limbah Rumah Tangga Lingkungan yang tidak terjaga akan menimbulkan dampak yang tidak baik, diantaranya dapat mengganggu kehidupan dan menimbulkan banyak penyakit. Dalam aktifitas rumah tangga di setiap perkotaan, masyarakat umumnya membuang sampah secara tercampur dengan sampah rumahannya, keadaan tersebut pernah terjadi di YGPL Pekayon pada tahun 2003 lalu. Dahulu lingkungan sekitar Perumahan Pondok Pekayon Indah bau karna banyak masyarakat yang belum sadar akan menjaga kelestarian lingkungan. Akibatnya sampah yang dibuang secara sembarang di pinggiran rawa membuat lingkungan bau, berantakan dan terjadi pencemaran air. Umumnya jenis sampah berasal dari sampah rumah tangga dan dedaunan yang ada. Pada tahun tersebut masyarakat Pondok Pekayon Indah belum melakukan pemilahan sampah. Saat belum dilakukan pemilahan sampah, sampah yang diangkut oleh petugas kebersihan komplek menggunakan truk dalam volume banyak. Dalam satu truk sampah untuk mengangkut satu RW terkadang tidak cukup. Pada tahun 2005 YGPL melalui wakil wali kota Bekasi menutup pembuangan sampah dekat lingkungan Pekayon. Setelah sampah dikelola oleh Dinas Kebersihan dan diangkut oleh petugas seminggu 2 kali dari sinilah gerakan pemilahan sampah dimulai. Sampah yang tidak dapat didaur ulang dihibahkan ke pemulung atau masuk dalam kelola bank sampah, lalu sampah organik yang dapat didaur ulang diolah menjadi kompos kawasan. Setelah diberikan pengertian, masing-masing orang harus bertanggung jawab dan berperan aktif agar lingkungan tempat tinggal kita bersih. Keadaan berbeda telah dirasakan oleh masyarakat PPI, kini dalam satu truk dapat mengangkut sampah untuk 3 RW. Dalam pemilahan dan pengolahan sampah dimulai dari rumah tangga. Sampah terdiri dari 2 macam, ada sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik biasa dikenal dengan sampah basah yang mempunyai masa hancur berlangsung alami 1-6 bulan, seperti: Sisa makanan atau sampah dapur, tulang ikan atau hewan sebelumnya dipotong kecil-kecil, Sisa sayuran, daun-daunan kering, roti, nasi, kue, daging dan lain-lain. Sampah anorganik biasa dikenal dengan sampah kering. Terdiri dari senyawa an- organik atau bahan buatan yang tidak mudah membusuk seperti: Benda atau barang yang terbuat dari kaca maupun beling botol bekas minuman, kecap, saus dengan masa hancur alami ratusan tahun, benda logam atau kaleng minuman, benda plastik, shampo, minuman botol, styrofoam bahan berbahaya dan beracun dan lain-lain. Karena mendaur ulang sampah memiliki berbagai manfaat diantaranya: menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan, melestarikan kehidupan mahluk hidup yang terdapat pada suatu lingkungan tertentu, menjaga keseimbangan ekosistem mahluk hidup yang terdapat pada lingkungan, mengurangi sampah anorganik, mendapatkan tambahan penghasilan dan hasil pengolahan sampah tersebut pada akhirnya dapat di jual. Gambar 10. Proses pembuatan kompos kawasan di Rumah Kompos Sumber: Facebook YGPL Pekayon Hasil kompos produksi unit progam Rumah Kompos memiliki 2 jenis, kompos organik padat per pak 1,5 kg dijual Rp 5.000, pupuk cair dijual dari harga Rp10.000 untuk kemasan 1 liter botol lalu RP 50.000 untuk kemasan botol. Dari hasil penjualan mendapatkan Rp. 1.000.000-Rp 2.000.000 perbulannya. Biaya operasi sekitar Rp 3.000.000-Rp 3.500.000 perbulan. Namun hasil penjualan kompos tidak dapat memberikan untung. Hasil tersebut habis untuk pembiayaan operasi saja. Karena kegiatan kompos sifatnya sosial pengabdian pada lingkungan. Jadi bagaimanapun tetap berjalan. Lokasi pembuatan kompos di sana sangat nyaman, tidak ada aroma yang bau, tidak ada belatung dan lalat. Karena sampah organik sudah terpilah dari rumah, jadi sisa makanan yang mengandung hewani tidak masuk kesana. Gambar 11. Manfaat mendaur ulang sampah organik RECYCLE Sumber: Facebook YGPL Pekayon Pertanyaan ini diungkapkan oleh Ibu Isa Fitri, ia menjelaskan proses pemilihan sampah organik dan anorganik. Sampah organik melewati proses dikubur dalam tanah selama 40 hari lamanya. Material Pupuk organik yaitu dari sampah sisa tanaman, dedauan kering komplek yang sudah ada tong MANFAAT mendaur ulang sampah organik RECYCE Pemilihan sampah Sampah Organik kompos Menyuburkan Tanah Pertanian organik penghijauan sampah besar khusus yang nanti diangkut dengan baktor komplek. Kemudian sampah anorganik dapat ditabung di bank sampah YGPL seperti pada pembahasan BAB III h, 53 lalu dimanfaatkan untuk macam-macam seperti kerajinan kain perca. Pernyataan tersebut sebagai berikut: “..kita menggunakan organik semua medianya dari pupuk sampai semprotan pestisidanya dan itu kita yang buat sendiri jadi memanfaatkan sampah-sampah nah sampah itu ada yang organik dan anorganik, kita pilah sampah untuk membuat pupuk sudah pasti sampah organik yang dipakai dikubur dulu dalam tanah selama 40harian..” “Program ini juga turut dalam penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah melalui gerakan 3R reuse, reduse, recycle”. 88 Sampah organik yang diolah menjadi pupuk memberikan memberikan kontribusi peran terhadap pelaksanaan program KRPL. Dengan menggunakan pupuk organik tanaman akan tumbuh subur. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Ibu rustinah hasan, sebagai berikut: “...KRPL itu memberikan peran dalam pengolahan sampah rumah dengan cara pemilahan antara sampah organik dan anorganik yang bisa digunakan menjadi pupuk untuk makanan yang kita tanam.” 89 Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak Ir. Sukowitono, ia mendapatkan manfaat lain dari pemilahan sampah yang nantinya diolah menjadi kompos kawasan. Tidak hanya untuk program, dampak lain dari pemilahan sampah adalah memberikan peluang pekerjaan sebagai berikut: “Orang-orang yang angkutin sampahkan dulunya pengangguran, jadi sebagian ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut sampah organik.…” 90 88 Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. 89 Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan, pada 27 Agustus 2016. 90 Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono pada 22 Agustus 2016. 2 Memberikan Keindahan Dari tanaman yang dibudidayakan oleh KWT Harmoni banyak memiliki dampak yang dirasakan secara individu maupun secara lingkungan seperti memberikan keindahan, kenyamanan, membantu mengurangi laju pemananasan global lalu membantu menciptakan lingkungan yang bersih dengan pelaksanaan 3R. Hal senada juga diutarakan dalam penyataan Ibu Wirda Zulfikar, sebagai berikut: “trus halaman rumah juga kelihatan indah nyaman karena penghijauan yang kita lakukan..” 91 Hal yang sama diungkapkan Ibu Yuni Kahar. Melalui wawancaranya ia merasakan dampak lain dari menanam di lahan pekarangan yaitu dapat menyegarkan mata dan pikiran, dapat menjadi altrenatif hiburan yang sehat dan menyenangkan setelah seharian melakukan aktivitas padat di luar rumah sebagai berikut: “…Lingkungan kita tuh jadi bersih, lingkungan juga berkualitas komplek inikan menjadi titik pantau adipura berkat perhatiannya pada penghijauan, pelestarian lingkungan, dengan melihat tanaman tuh mengurangi kejenuhan setelah seharian beraktivitas bekerja atau sekolah yang dikatakan suami sama anak-anak saya lalu rumah juga sejuk. 92 Selain itu manfaat lain dirasakan oleh ibu Isa Fitri mengenai penerapan program KRPL pada lingkungannya. Secara lingkungan dampak positifnya telah memberikan keindahan, menambah hijau kota, menyegarkan udara yang ada di sekitar lingkungan Perumahan PPI karena pepohonan berfungsi sebagai 91 Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 92 Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016. pencemaran udara, lalu udara sekitar lingkungan akan sejuk dan asri karena gas CO 2 diserap oleh tanaman. Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih diperlukan kesadaran, kepedulian dari masyarakatnya. Ketertarikan pengisi waktu luang dan sekedar hobi menjadi latar belakang dari program KRPL KWT Harmoni. Ketertarikan anggota mengkonsumsi makanan organik, tentu memberikan banyak manfaat bagi yang melakukannya. Dimana menjalankan program pemerintah tersebut yang anggota dapatkan sebagai penujang gizi anggota dan keluarga terhadap kualitas makanan, sehingga menghasilkan balita yang sehat, kuat dan memiliki daya tahan tubuh bagus karena sangat terhindar dari makanan yang mengandung zat-zat kimia. Apabila kita menanam sendiri bahan makanan yang akan dikonsumsi, kita akan berupaya semaksimal mungkin mengkonsumsinya, karena menyaksikan sendiri bagaimana benih bertransformasi menjadi bibit, tumbuh kembang dan menjadi bagian dari makanan keluarga sehari-hari memberikan kebanggaan sendiri. Dengan begitu dampak bagi anggota dan keluarga yang menanam sendiri makanan sayuran organik yang didapatkan dari lahan pekarangan rumah akan mengurangi rasa khawatir terhadap konsumsi sayuran tersebut, menumbuhkan kebiasaan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit dari proses sayuran yang menggunakan bahan kimia. Selain itu keuntungan lainnya adalah sayuran akan terasa lebih sehat dan segar, dengan begitu waktu kosong dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Senada dari pernyataan ibu nurul mengenai berbagai dampak yang ia rasakan untuk kesehatan dari menanam sendiri makanan sayuran, sebagai berikut: “Memanfaatkan waktu senggang diisi dengan yang lebih berguna. Melatih menanam biar ga pikun tangan ga pada kaku trus ada hubungannya dengan kesehatan juga loh seperti mencegah penyakit alzhaimer gitu terus makanan organik itu rasanya beda saja lebih fresh gitu dari pada yang lainnya. 94 Dari hasil wawancara pada penerapan program KRPL, terdapat banyak jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pekarangan rumah. Tanaman tersebut tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat keluarga dan tanaman hias. Jika tanaman tersebut berhasil dikelola oleh anggota dalam hal perawatan dan pelestarian dapat memberikan pengaruh sebagai tanaman pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain maupun arena belajar anak-anak usia dini tingkat Taman KanakPlaygroup sebagai media pengenalan lingkungan hidup. Lingkungan pun akan terasa sejuk, asri, sampah dapat diolah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat, penghilang kejenuhan,pemberi keindahan, mengurangi pencemaran lingkungan dari penghijauan yang dilakukan. Tidak hanya memberikan manfaat pada lingkungan, dengan menanam sendiri makanan dapat terbebas dari zat-zat kimia, menumbuhkan kebiasaan sehat dari makanan organik tersebut.

2. Dampak negatif

Evaluasi dampak negatif merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif. Dalam mengevaluasi program ini peneliti tidak menemukan dampak negatif dari berjalannya program KRPL, namun dalam penerapan programnya peneliti menemukan hambatan-hambatan yang dirasakan para anggota. Dimana faktor penghambat ini menyebabkan pelaksanaan program terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Dari hasil wawancara dengan 94 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016 pengurus dan anggota KRPL didapatkan faktor yang menghambat berjalannya program adalah sebagai berikut: a. Belum terbentuknya kelembagaan program KRPL yang handal. b. Pembinaan yang dilakukan masih lemah dalam meningkatkan Partisipasi keanggotaan KWT Harmoni. Terlebih generasi berikutnya untuk berkontribusi agar program dapat berkelanjutan. c. Ancaman kejenuhan anggota untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan seperti: pengamanan yang kurang sehingga orang luar yang bukan anggota program mengambil mencuri hasil panen tanaman, gangguan hama tanaman tikus, belalang, ayam, ulat, dll. d. Pengolahan bibit dan hasil panen tanaman yang belum bisa menghasilkan jumlah besar untuk diproduksikan keluar. Karena latar belakang ekonomi anggota yang cukup sehingga kegiatan ini hanya sebagai sampingan, hobi dan pengisi waktu luang. Berikut pemaparan dari Ibu Rustinah hasan sebagai ketua Yayasan yang berpendapat jika program KRPL sedang tidak berjalan disebabkan karena tidak lagi mendapatkan pembinaan. Hasil dari wawancaranya adalah sebagai berikut: “…KRPL itu salah satu bagian unit kecil kita sekalipun sekarang lagi stuck pembangunan dan lain- lain…” 95 Hal senada diperkuat oleh pendapat Ibu Siti Nurul sebagai ketua program dari KRPL. Banyak hambatan yang terjadi selama berjalannya program. Berikut penuturan yang diungkapkan: 95 Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai Ketua Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon, pada 27 Agustus 2016 “…Yang membuat program ini menurun tidak mulus itu, Pertama memang terbentur dana dari BPPT dan BPTPnya distop sementara kita belum berjalan sebagus KWT di pedesaan. Kedua anggota KWT Harmoni untuk biaya sehari-hari sudah punya cukup dari gaji suaminya lalu mereka ga berharap banyak hanya sekedar hobi, mengisi kekosongan waktu, iseng-iseng menanam sayuran. Yang ketiga kita temukan di lapangan klo sayuran organik itu mahal karena dari pupuk sampai semprotan hama kita buat sendiri tanpa menggunakan bahan kimia jadi orang-orang maunya praktis, murah dan gampang. Yang keempat hama penyakit.” 96

3. Hasil Jangka Panjang Dari Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Dalam menjalankan program Kawasan Rumah Pangan Lestari hendaknya memiliki target jangka panjang dalam menjalankan program. Ibu Siti Nurul sebagai ketua program KRPL dalam wawancaranya memaparkan target yang pernah dicapai selama satu tahun dalam binaan BPTP pada April 2013 adalah menekan kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan, namun pencapaian tersebut hanya berlangsung enam bulan pertama sejak penerapan program, penjelasannya sebagai berikut: “BPPT dan BPTP sejak April 2013 kita diberikan binaan, pelatihan, bantuan- bantuan, penyuluhan selama 1 tahun lebih…” “...materi tentu banyak pengetahuan yang kita dapatkan ya tentang pelatihan membuat benih dari cabe, tomat, jahe, mengikuti acara BPTP studi banding ke Bogor lalu terakhir kita diberikan pelatihan oleh BPTP lewat ASTRA tentang “Pelatihan Teknologi Pertanian Perkotaan Urban Farming” pada November 2015.” “...meningkatkan gizi balita kita dimana sayuran organik itu dapat menujang gizi keluarga.” “…lalu menghemat anggaran belanja tadinya membeli sayur kangkung sehari Rp. 5000 jadi ga belanja karena panen… “Menekan kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi banyak kendala hanya bertahan selama 6 bulan diawal.. klo pun pernah menghemat uang belanja itu paling sedikit saja masih ada bahan-bahan baku dapur lainnya 96 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016. yang kita beli di pasar saj a…misalnya yang belanja sehari Rp 50.000 bisa menyisihkan Rp 10.000 untuk tabungan.” 97 Untuk menganalisis target jangka panjang tersebut telah tercapai atau tidak, peneliti akan membandingkan dan menganalisis target apa saja yang telah tercapai oleh program KRPL dalam kurun waktu satu tahun penerapan dengan temuan di lapangan. Ibu Wirda Zulfikar dalam wawancaranya memaparkan bahwasannya dalam kurun waktu satu tahun hingga sekarang dalam penerapan program KRPL manfaat yang telah dicapai sebagai berikut: “Baru sekedar cukup untuk kebutuhan masak di dapur ga beli di pasar lumayan bisa ngehemat uang belanja apalagi klo harga bumbu masakan naik tuh cabe, bawang putih..” 98 Selain ingin mencapai penempatan sumber daya manusia yang tepat dan berpotensi, program KRPL ingin memperluas jaringan kerja sama dengan lembaga sosial maupun konvensial untuk keberlanjutan dari program itu sendiri. Selain Ibu siti nurul yang menjelaskan bahwa Program KRPL telah menjalin kerja sama dengan BPTP dan BPPT jawa Barat bersama ASTRA pada November 2015 lalu menghadiri acara undangan dari DISPERA. Ibu Isa Fitri dalam wawancaranya memaparkan bahwa sampai saat ini dalam kurun waktu tiga tahun, program KRPL mulai menjalin kerjasama dengan beberapa instansi. Berikut pemaparannya: “…relasi dengan komunitas lain juga meluas” 99 Untuk dapat menganalisis dan menilai apakah jangka panjang program KRPL ini telah tercapai atau tidak, maka peneliti akan membandingkan hasil 97 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016. 98 Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 99 Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. wawancara dari pengurus dan anggota program. Jika target jangka panjang dari program KRPL ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kontribusi pengembangan KRPL selama tiga tahun berjalannya program. Ibu Lucia telah mengikuti program KRPL selama tiga tahun dan mendapatkan manfaat tentang pengetahuan dan menghemat anggaran belanja dapur. Seperti yang ia paparkan dalam wawancara berikut: “Sudah dari 2013 itu awal mula dari pembinaan dari BPPT dan BPTP Lembang.” 100 Begitu pula yang telah dilakukan oleh ibu Wirda Zulfikar, ia telah mengikuti program KRPL selama tiga tahun dan pengetahuan akan KRPL bertambah dan menghemat anggaran belanja. Seperti wawancaranya sebagai berikut: “Sama seperti ibu-ibu yang lain saya ikut dari pertama datang pak budiman dari BPPT dan BPTP memberikan pembinaan…”. 101 Berikut tabel pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian: Tabel 7. Pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian No Nama Jabatan Lama Menjadi Anggota KRPL Manfaat yang dirasakan 1. Bapak Sukowitono Ketua Program Rumah Kompos dan ketua RW 11 Pekayon Menambah pengetahuan, aktif dalam lingkungan, KRPL memberikan peran dalam pemilahan sampah. 2. Ibu Rustinah Hasan Ketua YGPL Menambah pengetahuan, Mengkonsumsi makanan sehat dan organik, mempererat tali silaturahmi antar anggota. 100 Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia, pada 26 Agustus 2016. 101 Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 3. Ibu Siti Nurul Ketua KRPL Tiga tahun Menambah pengetahuan, Mengkonsumsi makanan sehat dan organik, menghemat anggaran belanja, Menumbuhkan kerjasama dan daya ketertarikan, meningkatkan gizi. 4. Ibu Lucia Humas dan anggota KRPL Tiga tahun Menambah pengetahuan, Mengkonsumsi makanan sehat dan organik, menghemat anggaran belanja dapur, perubahan gaya hidup, perubahan perilaku, membangun kebersamaan dan keakraban dengan anggota lainnya. 5. Ibu Hj. Wirda Zulfikar Anggota KRPL Tiga tahun Menambah pengetahuan, Mengkonsumsi makanan sehat dan organik, menghemat anggaran belanja dapur,saling bertegur sapa antar anggota, menumbuhkan rasa percaya diri, memberikan nilai estetika. 6. Ibu Isa Fitri Anggota KRPL Tiga tahun Menambah pengetahuan, Mengkonsumsi makanan sehat dan organik, menghemat anggaran belanja dapur, hubungan antar anggota semakin erat, terciptanya kepedulian kepada anggota dan lingkungan. 7. Ibu Yuni Kahar Anggota KRPL Tiga tahun Menambah pengetahuan, Mengkonsumsi makanan sehat dan organik, menghemat anggaran belanja dapur, menumbuhkan kebiasaan sehat.