2.6.3 Sengon Paraserianthes falcatria L Nielson
Nama botanis : Parahserianthes falcataria L Nielson., Famili
Leguminosae Pandit Kurniawan 2008. Nama daerah :
Jeunjing Sunda; sengon laut Jawa; sengon sebrang,
sika, wahagom Pandit Kurniawan 2008. Ciri umum :
warna teras dan gubalnya sukar dibedakan, warnanya putih abu-abu keecoklatan atau putih merah kecoklatan pucat; tekstur agak
kasar sampai kasar, arah serat terpadu dan kadang-kadang lurus, sedikit bercorak; agak lunak dan beratnya ringan Pandit Kurniawan 2008.
Struktur : Pori berbentuk bulat sampai oval, tersebar, soliter dan
gabungan pori yang terdiri darii 2-3 pori; frekuensi 4-7 per mm
2
, diameter tangensial sekitar 160-340 µ dan bidang proforasi sederhana Pandit
Kurniawan 2008.
Sifat Kayu : Berat jenis 0,33 0,24-0,49; kelas awet IV-V dan kelas
kuat IV-V Pandit Kurniawan 2008.
Kegunaan : bahan bangunan perumahan terutama di pedesaan, papan
partikel, papan serat, papan wol semen, pulp dan kertas, dan barang kerajinan lainnya Pandit Kurniawan 2008. Daun sengon merupakan
pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri Rhizobium. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan penyedia unsur nitrogen dalam tanah. Dengan
demikian pohon sengon dapat membuat tanah di sekitarnya menjadi lebih subur Lablink 2006
2.6.4 Mindi Melia azedarach L.
Nama botanis : Melia azedarach L., famili Meliaceae Martawijaya et al.
1989. Nama daerah :
Geringging, mementin, mindi Jw; jempinis NTB; belile, bere, embora, kemel, lamoa, lemua, menga, mera NTT
Martawijaya et al. 1989.
Nama lain :
Paternostertree, persian lilac UK, USA; arbe de paternoster Fr; arbor de faternosfer, paraiso Sp; albero di paternoster
It; paterostertrad Sw; paternoster boom Ni; paternosterbaum Gm Martawijaya et al. 1989.
Penyebaran : Seluruh jawa tanaman, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur Martawijaya et al. 1989. Ciri umum :
Kayu teras berwarna merah-coklat muda semu-semu ungu, kayu gubal berwarna putih kemerahan dan mempunyai batas yang
jelas dengan kayu teras; tekstur kayu sangat kasar; arah serat lurus atau agak berpadu; permukaan kayu agak licin; permukaan kayu mengkilap
rendah Martawijaya et al. 1989. Struktur
: Pori sebagian besar soliter, tetapi terdapat juga pori yang bergabung 2-3 dalam arah radial, diagonal, atau kadang-kadang tangensial,
diameter 30-360 µ, frekuensi 1-50 per mm
2
, berisi zat berwarna coklat sampai hitan, bidang perforasi sederhana Martawijaya et al. 1989.
Sifat Kayu :
Berat Jenis 0,53 0,42-0,65; kelas kuat III-II; kelas awet IV-V, berdasarkan percobaan kuburan termasuk kelas awet V, daya tahan
terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas II-III; keterawetan termasuk kelas sukar Martawijaya et al. 1989.
Kegunaan : Kayu mindi dapat digunakan untuk peti teh, papan dan
bangunan di bawah atap, panil, venir hias, mebel, dan sortimen yang berat Martawijaya et al. 1989. Menurut Seputra 2008, kulit akar dan kulit
kayu mindi ku lian pi berkhaiat untuk membersihkan panas dan lembab, peluruh kencing diuretik, pencahar laksatif, perangsang muntah, dan
peluruh cacing usus anthelmintik. Buah mindi berkhasiat sebagai peluruh cacing usus anthelmintik, mengaktifkan energi vital guna meredakan
nyeri, dan sebagai obat luar berkhasiat anti jamur. Daun berkhasiat sebagai peluruh kencing diuretik dan peluruh cacing.
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian