Mortalitas Sifat Anti Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren

Hasil analisis ragam dalam Tabel di atas menunjukan bahwa perlakuan pengasapan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai derajat serangan rayap tanah dikarenakan F hit 1444F tabel 7,82 pada tingkat kepercayaan 99. Pengaruh jenis kayu serta interaksi antara perlakuan dan jenis kayu juga memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai derajat serangan rayap tanah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F hit 27,48F tabel 5,61 untuk faktor jenis kayu dan F hit 30,52F tabel 5,61 untuk faktor interaksi antara perlakuan dan jenis kayu pada tingkat kepercayaan 99. Karena ketiga sumber keragaman menunjukan pengaruh yang sangat nyata, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan pada tingkat kepercayaan 99. Hasil uji lanjut Duncan dalam Tabel 8 menunjukan bahwa untuk kayu kontrol, derajat serangan kayu pulai dan sengon tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan kayu mindi. Hal tersebut terjadi karena kayu mindi memiliki zat berwarna coklat sampai hitam dalam pori-porinya. Zat tersebut diduga menjadi penghambat serangan rayap tanah pada kayu mindi sehingga nilai derajat serangannya lebih kecil dari pada kayu sengon dan pulai. Setelah melalui pengasapan selama tiga minggu, nilai derajat serangan ketiga kayu tidak berbeda nyata. Jenis kayu tidak berpengaruh terhadap nilai derajat serangan pada kayu yang diasapi selama tiga minggu. Tabel 8. Uji Duncan derajat serangan rayap tanah Duncan Grouping Derajat serangan rata-rata Interaksi A A B C C C 78 73 49 4 4 2 kontrol ¤ pulai kontrol ¤ sengon kontrol ¤ mindi asap ¤ mindi asap ¤ pulai asap ¤ sengon

4.2.2 Mortalitas

Nilai mortalitas ditentukan berdasarkan jumlah rayap yang mati selama proses pengumpanan contoh uji. Semakin banyak rayap yang mati, maka semakin tinggi mortalitas. Gambar 10 menunjukan adanya perbedaan mortalitas antara contoh uji kontrol dan contoh uji yang diasapi selama 3 minggu. Nilai rata-rata mortalitas rayap tanah contoh uji kontrol berkisar antara 18,8 pulai hingga 61,3 mindi. Untuk contoh uji yang diawetkan dengan pengasapan selama 3 minggu, nilai rata-rata mortalitasnya sebesar100. Artinya semua rayap mati pada saat proses pengujian selesai dilakukan selama 4 minggu. 18.80 24.20 61.30 100 100 100 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Pulai Sengon Mindi Jenis Kayu M o rt al it as Kontrol Pengasapan tiga minggu Gambar 10. Mortalitas rayap tanah C. curvignathus Holmgren pada pengujian keawetan kayu pulai, sengon, dan mindi. Dari nilai mortalitas, maka dapat ditentukan kelas keawetan kayu yang dikelompokan berdasarkan kriteria Sumarni dan Roliadi 2002 yang disajikan dalam Tabel 3. Kayu yang diawetkan dengan metode pengasapan, semuanya masuk dalam kelas awet I, artinya memiliki ketahanan sangat tahan very resistance. Sedangkan kayu yang tidak diawetkan memiliki kelas keawetan V sangat buruk untuk kayu pulai, kelas awet IV buruk untuk kayu sengon, dan kelas awet II tahan untuk kayu mindi. Kematian rayap tanah pada kayu yang diasapi sebagian besar terjadi karena kelaparan dan sebagian kecil karena keracunan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai derajat serangan dan kehilangan berat Lampiran 5. Nilai derajat serangan menunjukan bahwa hanya sedikit contoh uji yang diserang rayap tanah dan tingkat serangannya pun sangat rendah. Diduga, rayap lebih memilih mati atau makan sesama rayap dari pada makan kayu yang diasapi. Sedangkan berdasarkan nilai kehilangan berat yang sangat kecil, maka dapat diduga bahwa hanya sebagian kecil rayap yang makan kayu. Rayap yang makan asap pada permukaan kayu akan mati keracunan karena zat yang terkandung dalam butiran asap bersifat racun terhadap rayap tanah. Untuk mengetahui pengaruh antara perlakuan, jenis kayu, dan interaksi antara perlakuan dan jenis kayu terhadap nilai mortalitas rayap tanah, dilakukan analisis ragam yang hasilnya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Analisis ragam mortalitas rayap tanah Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan Jenis Perlakuan¤Jenis Galat Total 1 2 2 24 29 31980.675 2650.050 2650.050 328.800 37609.575 31980.675 1325.025 1325.025 13.700 2334.36 96.72 96.72 4.26 3.4 3.4 7.82 5.61 5.61 Keterangan : = sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99 Hasil analisis ragam dalam Tabel di atas menunjukan bahwa perlakuan pengasapan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai mortalitas rayap tanah dikarenakan F hit 2334,36F tabel 7,82 pada tingkat kepercayaan 99. Pengaruh jenis kayu serta interaksi antara faktor perlakuan dan jenis kayu juga memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai mortalitas rayap tanah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F hit 96,72F tabel 5,61 untuk faktor jenis kayu dan F hit 96,72F tabel 5,61 untuk faktor interaksi antara perlakuan dan jenis kayu pada tingkat kepercayaan 99. Karena ketiga sumber keragaman menunjukan pengaruh yang sangat nyata, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan pada tingkat kepercayaan 99. Tabel 10. Uji Duncan mortalitas rayap tanah Duncan Grouping Mortalitas rata-rata Interaksi A A A B C D 100,0 100,0 100,0 61,1 24,2 18,8 asap ¤ mindi asap ¤ pulai asap ¤ sengon kontrol ¤ mindi kontrol ¤ sengon kontrol ¤ pulai Hasil uji lanjut Duncan dalam Tebel 10 menunjukan bahwa mortalitas rayap tanah pada kayu yang diasapai tidak berbeda nyata. Sedangkan mortalitas rayap tanah pada kayu yang tidak diasapi berbeda nyata. Jenis kayu hanya memberikan pengaruh nyata terhadap nilai mortalitas pada kayu kontrol. Namun setelah melalui pengasapan selama tiga minggu, jenis kayu tidak berpengaruh nyata terhadap nilai mortalitas rayap tanah. Hal tersebut terjadi karena setelah melalui proses pengasapan, semua kayu mengandung zat anti rayap yang sama pada permukaannya.

4.2.3 Kehilangan Berat