digunakan sebagai kondisioner tanah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman Ogawa 1994, diacu dalam Iskandar Santoso 2005. Para peneliti juga
melaporkan bahwa penambahan arang ke tanah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, daya simpan, dan ketersediaan hara yang lebih tinggi. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya kapasitas tukar kation, luasan permukaan, serta penambahan unsur hara secara langsung oleh arang Glaser et. al. 2002,
diacu dalam Iskandar Santoso 2005. Selain itu, arang juga dilaporkan mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan kesuburan tanah Kishimoto et
al. 1985; Siregar 2002, diacu dalam Iskandar Santoso 2005. Cuka kayu yang merupakan hasil sampingan proses pengarangan juga
memilki berbagai manfaat. Cuka kayu digunakan dalam beberapa tujuan seperti untuk produk industri, peternakan, rumah tangga, dan pertanian. Cuka kayu juga
dapat meningkatkan kualitas tanah, membunuh tikus, serta dapat mempercepat, mengatur, atau memperlambat pertumbuhan tanaman. Selain itu, cuka kayu dapat
mempercepat pertumbuhan akar, tangkai, bunga, dan buah. Penelitian menunjukan bahwa setelah mengaplikasikan cuka kayu pada perkebunan buah,
pohon buah menghasilkan buah yang terus meningkat Pangnakorn 2008. Cuka
kayu juga dapat dipakai sebagai insektisida serta herbisida Dephut 2007. Cuka
kayu yang sudah dinetralisasi sehingga memilikai Ph 7 dapat dijadikan sebagai bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan Velmurugan et al. 2008.
4.1.1 Kondisi suhu
pengasapan
Pengukuran suhu asap dilakukan setiap 3 jam sekali mulai pukul 8.00 s.d 16.00 WIB menggunakan termometer. Pengukuran dilakukan pada bagian lubang
yang telah disiapkan sebelumnya yaitu pada drum 1, drum 2, dan ruang pengasapan. Pengukuran suhu pengasapan dilakukan untuk mengetahui suhu asap
yang dihasilkan selama proses pengarangan berlangsung pada masing-masing tempat.
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa selama tiga minggu, suhu pada masing-masing drum 1, drum 2, dan ruang pengasapan relatif stabil. Nilai rata-
rata suhu asap pada drum 1 adalah 108
o
C sedangkan setelah melewati drum kedua, suhu asap mulai menurun menjadi 61
o
C dan suhu asap pada ruang pengasapan 29
o
C. Suhu pada drum 1 memiliki suhu paling tinggi karena pada drum 1 terjadi
pirolisis untuk menghasilkan arang yang memerlukan suhu yang sangat tinggi sekitar 150-300
o
C. Suhu pada drum 2 lebih rendah dari pada suhu pada drum 1 karena pada drum 2 terjadi kondensasi untuk menurunkan suhu asap dan uap
panas serta dapat menghasilkan cuka kayu. Suhu pada ruang pengasapan hampir sama dengan suhu lingkungan sekitarnya dengan tujuan agar tidak merusak sifat
fisik kayu yang diawetkan.
Gambar 6. Kondisi suhu asap selama proses pengasapan.
4.1.3 Penambahan berat contoh uji setelah proses pengasapan
Setelah melalui proses pengasapan, contoh uji mengalami penambahan berat. Penambahan berat terjadi karena adanya partikel asap yang menempel pada
permukaan kayu dan masuk ke dalam lumen melalui pori-pori kayu. Hal tersebut mungkin terjadi karena ukuran asap lebih kecil dari pada diameter pori-pori kayu.
Menurut Knight 2009, partikel asap berukuran lebih kecil dari 2,5 µ. Sedangkan ukuran diameter pori pada penampang melintang kayu berukuran 20-400 µ
Martawijaya et al. 1989. Partikel asap yang menempel pada permukaan kayu dan mengisi lumen dapat menyebabkan penambahan berat.
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semua contoh uji mengalami penambahan berat akibat proses pengasapan. Penambahan berat terbesar terjadi
pada kayu sengon dan terkecil pada kayu mindi. Untuk mengetahui pengaruh jenis kayu terhadap nilai penambahan berat dilakukan analisis ragam yang hasilnya
disajikan dalam Tabel 5.
16.45 18.65
7.99
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00 18.00
20.00
Pulai Sengon
Mindi
Jenis Kayu
P en
am b
ah an
B er
at
Gambar 7. Penambahan berat contoh uji setelah melalui proses pengasapan selama tiga minggu.
Tabel 5. Analisis ragam penambahan berat contoh uji setelah pengasapan tiga minggu
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
hit
F
tabel
0,05 0,01 jenis kayu
Galat Total
2 12
24 587.536
592.599 1180.135
293.768 49.383
5.95 4.75 6.93
Keterangan : = nyata pada tingkat kepercayaan 95
Hasil analisis ragam dalam Tabel di atas menunjukan bahwa jenis kayu memberikan pengaruh nyata terhadap penambahan berat. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai F
hit
5,95F
tabel
4,75 pada tingkat kepercayaan 95. Karena jenis kayu menunjukan pengaruh yang nyata terhadap penambahan berat pada
tingkat kepercayaan 95, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Tabel 6. Uji Duncan penambahan berat contoh uji setelah pengasapan tiga minggu
Duncan Grouping Penambahan berat rata-rata Jenis A
A B
20,7 19,6
6,9 Pulai
Sengon Mindi
Hasil uji lanjut Duncan dalam Tabel 6 menunjukan bahwa jenis kayu pulai dan kayu sengon memiliki nilai rata-rata penambahan berat yang tidak berbeda
nyata. Sedangkan jenis kayu mindi memiliki nilai rata-rata penambahan berat yang nyata jika dibandingkan kayu pulai dan sengon. Hal tersebut terjadi karena
kayu mindi memiliki berat jenis 0,53 lebih besar dari pada berat jenis kayu pulai
0,3 dan sengon 0,33. Semakin tinggi berat jenis, maka semakin kecil rongga sel. Rongga sel yang kecil menyebabkan partikel asap yang masuk akan sedikit
pula.
4.2 Sifat Anti Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren