Latar Belakang Ketahanan Kayu yang Diawetkan dengan Pengasapan dari Serangan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi sumber daya alam hutan saat ini sangat memprihatinkan yang disebabkan oleh deforestasi maupun degradasi hutan yang semakin marak dari waktu ke waktu. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan kayu terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai konsekuensi dari suatu pembangunan dalam negara yang sedang berkembang seperti di Indosesia. Kebutuhan bahan baku industri perkayuan yang semakin meningkat saat ini menimbulkan kekhawatiran karena untuk mencukupi kebutuhan tersebut, akan memaksa masyarakat untuk memenuhinya dari hutan alam secara ilegal. Salah satu cara untuk mengurangi konsumsi kayu adalah dengan mengggunaan kayu secara efisien. Pengawetan kayu merupakan salah satu cara efektif yang dapat menghemat penggunaan kayu sehingga kayu dapat digunakan dengan efisien. Melalui pengawetan kayu, jenis kayu yang kurang awet dapat digunakan dalam waktu relatif lama. Berdasarkan penelitian Hadi 2008, pemberian asap dari pengarangan kayu akasia selama empat jam terhadap kayu mindi dan sugi dapat meningkatkan tingkat ketahanan kayu yang ditandai dengan rendahnya tingkat serangan rayap, rendahnya pengurangan berat, dan meningkatnya kelas keawetan dibandingkan kontrol. Kayu mindi yang memiliki kelas awet IV-V meningkat kelas keawetannya menjadi kelas awet III. Oleh karena itu, melalui penelitian ini dilakukan pengasapan dengan jangka waktu relatif lebih lama dari penelitian sebelumnya yaitu tiga minggu pada tiga jenis kayu rakyat yang berbeda. Supriana 1999 menyatakan bahwa metode pengasapan merupakan metode tradisional yang sudah lama digunakan di Indonesia untuk mengawetkan kayu. Kayu diletakan di atas asap kayu dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga kayu akan lebih kering dan lebih tahan terhadap serangan biodeteorasi. Menurut Stolyhwo dan Skorski 2005, asap kayu mengandung polycyclic aromatic hydrocarbons dalam jumlah yang banyak yang komposisinya sebagian besar terdiri dari phenol, aldehid, keton, asam organik, alkohol, eter, hidrokarbon dan berbagai senyawa heterocyclic.

1.2 Tujuan Penelitian