BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Labolatorium Pengawetan Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan PUSLITBANG Kehutanan Gunung Batu Bogor. Penelitian
ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Alat untuk pengasapan kayu, yang terdiri dari dua buah drum dan satu ruang pengasapan.
2. Termometer untuk mengukur suhu
3. Gergaji bundar circular saw untuk membuat contoh uji
4. Oven untuk mengeringkan contoh uji sampai kadar air tertentu
5. Desikator sebagai tempat penyimpanan contoh uji setelah dioven
6. Timbangan untuk menimbang berat contoh uji
7. Semprong gelas dari kaca untuk uji rayap kayu kering
8. Alat penyaring pasir untuk mendapatkan ukuran pasair yang diinginkan.
9. Jampot isi 350 gram untuk pengujian rayap tanah
10. Wadah untuk menyimpan jampot
11. Kantong keresek hitam untuk menutup jampot dalam wadah
12. Amplas 80 grit untuk menghaluskan permukaan contoh uji
13. Cutter untuk merapihkan contoh uji
14. Alat tulis menulis untuk mencatat data hasil penelitian
15. Kaliper untuk mengukur contoh uji
16. Penggaris untuk membuat garis guna mengukur dimensi contoh uji
17. Kalkulator dan komputer untuk mengolah data dan perhitungan hasil
pengujian
18. Kamera untuk membuat dokumentasi penelitian
3.2.2 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pasir open, lilin, kapas, kayu dan rayap. Kayu yang digunakan adalah kayu akasia Acacia mangium
Willd, kayu mindi Melia azedarach L., kayu sengon Paraserianthes falcataria L Nielson dan kayu pulai Alstonia scholaris R.Br yang diperoleh dari kayu
hutan rakyat Jawa Barat. Sedangkan rayap yang digunakan adalah rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan rayap kayu kering Cryptotermes
cynocephalus Ligth.
3.2.3. Sifat-sifat yang
ditelitidiuji
Pada penelitian ini sifat yang akan diuji adalah sebagai berikut : a
Kondisi suhu pengasapan b
Penambahan berat setelah kayu diawetkan melalui proses pengasapan c
Derajat proteksi ketahanan terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah d
Mortalitas kematian rayap tanah dan rayap kayu kering e
Penurunan berat contoh uji setelah diumpankan ke rayap tanah dan rayap kayu kering
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan dan proses pembuatan contoh uji
Contoh uji kayu mindi, sengon, dan pulai berasal dari daerah Jawa Barat. Ukuran contoh uji yang digunakan untuk pengujian dengan menggunakan rayap
kayu kering adalah 2 cm x 5 cm x 0,8 cm. Sedangkan untuk pengujian yang menggunakan rayap tanah berukuran 2 cm x 2 cm x 0,5 cm. Semua contoh uji
dipotong dengan menggunakan gergaji dan permukaannya dirapikan dengan menggunakan cutter, dan amplas. Ukuran contoh uji untuk pengujian rayap tanah
mengacu pada Sumarni dan Roliadi 2002 sedangkan untuk pengujian rayap kayu kering mengacu pada Sumarni et al. 2003. Contoh uji untuk pengujian rayap
tanah dapat dilihat dalam Gambar 1 sedangkan untuk pengujian rayap kayu kering dapat dilihat dalam Gambar 2.
0,5 cm 2 cm 2 cm
Gambar 1. Contoh uji untuk pengujian rayap tanah.
0,8 cm 2 cm
5 cm Gambar 2. Contoh uji untuk pengujian rayap kayu kering.
3.3.2 Proses pengasapan
Dalam penelitian ini, proses pengasapan menggunakan ruang pengasapan dan dua buah drum. Contoh uji diawetkan dengan cara disimpan dalam ruang
pengasapan yang dikondisikan agar dapat menyalurkan asap. Asap yang digunakan dalam proses pengawetan pada penelitian ini adalah asap dari proses
pengarangan limbah kayu akasia Acacia mangium Willd selama 21 hari. Pengarangan dilakukan dalam drum pengarangan, lalu asap yang dihasilkan
disalurkan ke dalam drum dua untuk mengkondensasi asap dan uap panas. Asap yang sudah dingin akan disalurkan ke ruang pengasapan, tempat contoh uji
disimpan. Proses pengasapan dapat dilihat dalam Gambar 3.
1 2 3 9 5
4
6 7 8
Gambar 3. Bagan poses pengasapan. Keterangan Gambar :
1. Lubang untuk mengukur suhu asap pada drum 1 setinggi ± 30 cm dengan diameter ± 3,3 inchi
ditutup selama proses pengasapan berlangsung. 2.
Drum 1 untuk membakar kayu, memiliki ukuran tinggi ± 90 cm, diameter ± 55 cm, dan diberi ganjal setinggi ± 7cm dengan batu bata mengelilingi drum.
3. Drum 2 untuk menyalurkan asap dan merendam panas ukuran drum sama dengan drum 1.
4. Ruang pengasapan tempat penyimpanan contoh uji.
5. Saluran untuk membuang asap diameter 1 inchi.
6. Api untuk membakar kayu, hanya dilakukan saat membakar kayu pada awal proses
pengsasapan untuk menyalakan bahan kayu didalam drum 1. Apabila kayu sudah menyala, api dimatikan dan lubang disekitar ganjal batu bata ditutup dengan pasir dengan menyisakan
lubang ± 5 x 5 cm. 7.
Saluran untuk menyalurkan asap diameter ± 3 inchi. 8.
Saluran untuk membuang cuka kayu diameter 34 inchi. 9.
Saluran untuk menyalurkan asap dar drum 1 ke wood smoke kiln diameter ± 3 inchi.
Setiap hari suhu asap pada drum satu, drum dua, dan open dicatat setiap 3 jam sekali mulai pukul 8.00 s.d 16.00 WIB menggunakan termometer. Setelah
selesai proses pengasapan, kayu didiamkan selama ± 4 minggu untuk pengkondisian sebelum diumpankan kepada rayap tanah dan rayap kayu kering.
3.3.3 Penambahan berat
Penambahan berat contoh uji dilakukan untuk mengtahui jumpah zat yang dihasilkan selama proses pengasapan yang menempel pada kayu. Beberapa contoh
uji diambil untuk mengetahui kadar airnya sehingga diketahui BKT estimasi dari contoh uji tersebut. Penambahan berat kayu dapat dihitung menggunakan
persamaan: 100
2 2
1 x
W W
W M
− =
Keterangan : M
= Persentase penambahan berat kayu uji W1
= Berat kering tanur estimasi BKTest kayu setelah diasapi g W2
= Berat kering tanur estimasi BKTest kayu sebelum diasapi g BKT estimasi digunakan untuk memprediksi berat kering tanur ketika
kadar air KA kayu diketahui. BKT estimasi dapat dihitung menggunakan persamaan:
BKTest = 100
1 KA
BB +
Sumber: Haygreen et.al. 2003
Nilai KA dihitung menggunakan persamaan: KA kondisi basah =
100 x
BKT BKT
BB −
Sumber: Haygreen et.al. 2003
Keterangan: BB
= Berat basah g KA
= Kadar air BKT = Berat kering tanur g
3.3.4 Prosedur pengujian ketahanan contoh uji terhadap rayap
Setelah didiamkan selama empat minggu dari proses pengasapan berakhir, contoh uji yang telah diawetkan dan kontrol diumpankan kepada rayap tanah dan
rayap kayu kering. Jumlah contoh yang diamati sesuai dengan kayu uji yang disiapkan yaitu 5 contoh uji untuk masing-masing jenis kayu pada setiap jenis
yang telah diawetkan dan kontrol. Prosedur pengujian rayap tanah dilakukan berdasarkan metode yang
dilakukan oleh Sumarni dan Roliadi 2002. Sebanyak 200 gram pasir kering berukuran 60 mesh dimasukan ke dalam jampot. Kemudian air ditambahkan ke
dalam jampot yang berisi pasir tersebut sehingga kadar air pasir 7 di bawah kapasitas menahan air water holding capacity. Water holding capacity adalah
persentase air yang dibutuhkan untuk menjenuhkan pasir. Untuk mengetahui besarnya water holding capacity dapat dihitung melalui persamaan:
WHC = 100
× BP
BA
Sumber : Bureau 2005
Keterangan: WHC = Water holding capacity
BA = Berat air untuk menjenuhkan pasir g
BP = Berat pasir g
Jadi jumlah air yang diperlukan untuk melembabkan pasir dapat dihitung melalui persamaan:
JA = g
WHC 200
100 7 ×
−
Sumber : Bureau 2005
Keterangan: JA
= Jumlah air yang ditambahkan untuk mencapai kadar air pasir 7 di bawah kapasitas menahan air g
WHC = Water holding capacity Setelah air dimasukan kedalam jampot, campuran pasir dan air diaduk
sehingga kelembabannya merata. Setelah kelembabannya rata, contoh uji
dimasukan ke dalam jampot yang telah berisi pasir lembab tersebut dengan posisi bagian contoh uji paling lebar menempel pada dinding jampot. Kemudian
sebanyak 200 ekor rayap tanah pekerja yang sehat dan aktif dimasukan ke dalam jampot. Jampot ditimbang dan dimasukan ke dalam wadah plastik, lalu ditutup
dengan kantong keresek hitam untuk mengurangi penguapan air. Wadah disimpan dalam ruangan gelap pada suhu kamar selama 4 minggu. Setiap minggu aktivitas
rayap dalam jampot diamati dan masing-masing jampot ditimbang. Jika kadar air pasir turun dua persen atau lebih, air ditambahkan secukupnya pada jampot
tersebut sehingga kadar airnya kembali seperti semula. Pengujian rayap tanah dapat dilihat dalam Gambar 4.
Jampot
Rayap tanah Pasir
Contoh uji
Gambar 4. Pengujian rayap tanah. Proses pengujian rayap kayu kering mengacu pada Sumarni et al. 2003.
Pada salah satu sisi yang terlebar pada contoh uji dipasang semprong kaca berdiameter 18 mm dan tingggi 35 mm yang direkatkan menggunakan lilin agar
menempel pada kayu. Ke dalam semprong kaca tersebut dimasukkan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Ligth sebanyak 50 ekor rayap pekerja yang
sehat dan aktif, kemudian semprong ditutup dengan kapas. Contoh uji tersebut disimpan di tempat gelap selama 12 minggu. Pengujian rayap kayu kering dapat
dilihat dalam Gambar 5.
18 mm Kapas
35 mm SemprongGelas kaca
Rayap 8 mm
20 mm Sampel uji kayu
50 mm Gambar 5. Pengujian rayap kayu kering.
3.3.5
Pegamatan
Pengamatan dilakukan pada contoh uji setelah mencapai waktu akhir pengujian, untuk rayap kayu kering setelah 12 minggu dan rayap tanah setelah 4
minggu. Pada akhir pengujian ditetapkan derajat serangan, mortalitas persen kematian rayap, dan kehilangan berat weight loss.
Respon utama yang diukur dalam pengujian ini adalah derajat serangan setiap kayu uji. Derajat serangan rayap dilakukan dengan menggunkan skala yang
mengacu kepada Padlinurjaji et al. 1988. Penentuan derajat serangan dilakuakan secara manual menggunakan pengamatan langsung terhadap tingkat kerusakan
kayu. Tingkat derajat serangan dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Derajat serangan rayap
Tingkat level
Kondisi contoh uji Sample condition Nila
Score A
Utuh, tidak ada serangan no damage on surface area 0 B
Ada bekas gigitan rayap slightly attaced 0 - 20
C Serangan ringan berupa saluran yang tidak dalam dan lebar
moderatly attacked 21 - 40
D Serangan verat, berupa saluran yang dalam dan lebar
heavily attacked 41 - 60
E Kayu hancur, kurang lebih 50 kayu habis dimakan rayap
very heavily attacked 61 - 80
Sumber : Padlinurjaji et al. 1988
. Data mortalitas dan kehilangan berat ditetapkan untuk menentukan
klasifikasi kelas keawetan kayu. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan
rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dapat dilihat dalam Tabel 3. Sedangkan klasifikasi ketahan kayu terhadap serangan kayu kering Cryptotermes
cynocephalus Light dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 3. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus
Holmgren
Kelas Jumlah Kematian
Mortalitas, Penurunan Berat
Weight loss, Ketahanan resistance
I 63,300 3,52
Sangat tahan
very resistance II
50,600 – 63,300 3,52 – 7,5
Tahan resistance III
33,100 – 50,600 7,5 - 10,96
Sedang moderate IV
20,818 – 33,100 10,96 - 18,94
Buruk poor V
20,818 18,94 – 31,89
Sangat buruk very poor
Sumber : Sumarni dan Roliadi 2002
Tabel 4. Klasifikasi ketahan kayu terhadap serangan kayu kering Cryptotermes cynocephalus
Light
Kelas Jumlah Kematian
Mortalitas, Penurunan Berat
Weight loss, Ketahanan Resistance
I 89,24 2,303 Sangat
tahan very resistance
II 89,24-76,64 2,303-4,406 Tahan
resistance III 76,64-64,48 4,406-8,158
Sedang moderate
IV 64,48-50,40 8,158-28,096 Buruk
poor V 50,40 28,096
Sangat buruk
very poor
Sumber: Sumarni et al. 2003
Mortalitas rayap kayu kering, dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
100 x
N Mij
Kij =
Sumber: Kompes Deptan 1995
Keterangan : Kij
= Persentase mortalitas rayap pada kayu uji ke-j dan perlakuan ke-i Mij
= Jumlah rayap yang mati pada kayu uji ke-j dan perlakuan ke-i N
= Jumlah rayap yang diberikan 50 untuk uji rayap kayu kering; 200 untuk uji rayap tanah
Penurunan berat weight loss dapat dihitung mengggunakan persamaan sebagai berikut:
Sumber: Kompes Deptan 1995
Keterangan : Pij
= Persentase penurunan berat pada kayu uji dengan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
W1ij = Berat kayu sebelum diumpankan g pada kayu uji dengan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
W2ij = Berat kayu setelah diumpankan g pada kayu uji dengan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3.4 Metode Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam menganalisis penambahan berat contoh uji yang diawetkan dengan metode pengasapan adalah analisis
faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor yaitu jenis kayu pulai, sengon, mindi. Setiap perlakuan terdiri dari lima kali ulangan.
Model persamaan yang digunakan sebagai berikut: Yij = µ +
τi + Ei
j
Keterangan : Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µ
= Nilai rata-rata pengamatan i
= Taraf faktor perlakuan pengawetan j =
Jenis kayu
τi = Pengaruh sebenarnya taraf ke-i faktor jenis kayu
Ei
j
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j Sedangkan analis data untuk pengujian keawetan kayu pada penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dua faktor yaitu jenis kayu pulai sengon, mindi, dan perlakuan kontrol dan pengasapan selama tiga minggu.
Setiap contoh uji terdiri dari lima kali ulangan.
Model persamaan yang digunakan sebagai berikut : Yijk = µ + Ai + B
j
+ AB
ij
+ Ei
jk
Keterangan: Yijk : Respon percobaan pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j i
: Taraf faktor perlakuan pengawetan j :
Jenis kayu
k : Ulangan
µ : Nilai rata-rata pengamatan
Ai : Pengaruh sebenarnya taraf ke-i faktor pengawetan
B
j
: Pengaruh sebenarnya taraf ke-j faktor jenis kayu AB
ij
: Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan kombinasi perlakuan sebenarnya taraf ke-1 faktor pengawetan dan taraf ke-j faktor
jenis kayu Ei
jk
: Kesalahan galat percobaan pada taraf ke-i faktor pengawetan dan taraf ke-j faktor jenis kayu.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan program M.S. Excel dan analisis statistika menggunakan program SAS 6.12. Untuk mengetahui pengaruh
dari perlakuan, jenis kayu serta interaksi antara perlakuan dan jenis kayu maka dilakukan analisis keragaman dengan menggunakan uji F pada tingkat
kepercayaan 95 nyata dan 99 sangat nyata. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :
Pengaruh utama faktor perlakuan faktor A : H
: α
1
= … = α
a
= 0 faktor A tidak berpengaruh H
1
: paling sedikit ada satu i dimana α
i
≠ 0 Pengaruh utama faktor jenis kayu faktor B :
H :
β
1
= … = β
b
= 0 faktor B tidak berpengaruh H
1
: paling sedikit ada satu i dimana β
i
≠ 0 Pengaruh sederhana interaksi faktor A dengan faktor B :
H :
αβ
11
= … = αβ
ab
= 0 interaksi faktor A - faktor B tidak berpengaruh H
1
: paling sedikit ada satu ij dimana αβ
ij
≠ 0
Kriteria uji yang digunakan adalah jika F
hitung
lebih kecil atau sama dengan F
tabel
maka perlakuan tidak berpengaruh nyata pada suatu tingkat kepercayaan tertentu dan jika F
hitung
lebih besar dari F
tabel
maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan tertentu. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh nyata dan sangat nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda Duncan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberhasilan usaha pengendalian rayap tergantung kepada kemampuan mengendalikan hubungan antara serangan hama pest insect, inang host, dan
lingkungan environment. Aktivitas hidup rayap dapat dihambat dengan mengubah lingkungan hidupnya, dari keadaan yang menguntungkan menjadi
keadaan yang tidak menguntungkan. Cara lain adalah dengan mengubah kondisi inang, dalam hal ini mengubah kondisi kayu yang menjadi makanan rayap. Kayu
yang semula dimakan rayap diubah menjadi tidak dapat dimakan atau beracun bagi rayap. Usaha ini dikenal sebagai pengawetan kayu.
4.1 Proses Pengasapan