2.3. Bahan Pengawet Kayu
Suatu bahan pengawet kayu yang baik untuk penggunaan komersial umumnya harus beracun terhadap perusak-perusak kayu, permanen, mudah
meresap, aman untuk digunakan, tidak merusak kayu dan logam, banyak tersedia, dan murah. Untuk mengawetkan kayu-kayu bangunan, barang-barang kerajinan,
atau untuk tujuan-tujuan khusus lainnya bahan pengawet harus bersih, tidak berwarna, tidak berbau, dapat dicat, tidak mengembangkan kayu, tahan api, atau
mempunyai kombinasi-kombinasi tertentu dari sifat-sifat tersebut. Keefektifan suatu bahan pengawet tergantung pada daya resapnya serta kemampuan
menjadikan kayu itu beracun terhadap organisme-organisme perusak kayu Hunt Garratt 1986.
2.4 Proses Pengasapan
Proses pengasapan dihasilkan dari proses pengarangan kayu. Asap kayu mengandung polycyclic aromatic hydrocarbons dalam jumlah yang banyak yang
komposisinya sebagian besar terdiri dari phenol, aldehid, keton, asam organik, alkohol, eter, hidrokarbon dan berbagai senyawa heterocyclic Stolyhwo
Skorski 2005. Asap mengandung gas dan partikel kecil yang dikenal sebagai PM 2.5. PM 2.5 merupakan kepanjangan dari “Particulate Matter less than 2.5
Microns in Diameter” Knight 2009. Apabila kayu dipanaskan di atas kira-kira 100
o
C maka tejadi penguraian komponen-komponen kayu. Uap air akan keluar bersama-sama dengan karbon
dioksida dan sejumlah karbon monoksida. Kayu berangsur-angsur akan rusak dan mengalami piroslisis. Pirolisis adalah pemanasan tanpa adanya oksigen. Pada saat
pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk
pembentukan arang terjadi pada suhu 150 - 300
o
C. Pembentukan arang tersebut disebut sebagai pirolisis primer. Pirolisis bertambah cepat dari 260 sampai 350
o
C. Pada suhu ini gas-gas yang dapat menyala keluar. Apabila dipanaskan dengan
hadirnya oksigen udara gas-gas ini dapat terbakar, baik dari sumber pembakaran seperti suatu nyala atau akan terbakar sendiri apabila suhu menjadi cukup tinggi.
Arang dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan gas-gas hidrokarbon. Peristiwa tersebut disebut sebagai pirolisis
sekunder Haygreen et al. 2003. Arang yang dihasilkan dari proses pengasapan dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Arang merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat memberikan sumbangan devisa negara Dephut 2007. Di Jepang, arang
digunakan sebagai kondisioner tanah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman Ogawa 1994, diacu dalam Iskandar Santoso 2005. Para peneliti juga
melaporkan bahwa penambahan arang ke tanah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, daya simpan, dan ketersediaan hara yang lebih tinggi. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya kapasitas tukar kation, luasan permukaan, serta penambahan unsur hara secara langsung oleh arang Glaser et. al. 2002,
diacu dalam Iskandar Santoso 2005. Selain itu, arang juga dilaporkan mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan kesuburan tanah Kishimoto
et. al. 1985; Siregar 2002, diacu dalam Iskandar Santoso 2005. Pengaruh aplikasi arang pada pertumbuhan tanaman telah dilaporkan
dengan hasil yang positif. Chidumayo 1994 diacu dalam Iskandar dan Santoso 2005 melaporkan bahwa pada umumnya perkecambahan benih pada tanaman
berkayu menjadi lebih baik meningkat 30 , tinggi pucuk 24 , serta produksi biomasa meningkat 13 setelah diberi arang pada tanah Alfisols dan Ultisols.
Pohon sugi Cryptomeria japonica yang ditanam pada tanah berliat lempung setelah berumur 5 tahun meningkat tingginya sebesar 1,26 - 1,35 kali dan
produksi biomasanya meningkat 2,31 - 2,36 kali setelah diberi arang sebanyak 0,5 Mg ha -1 Kishimoto Sugiura 1985, diacu dalam Iskandar Santoso 2005.
Ishii et. al. 1994 diacu dalam Iskandar Santoso 2005 juga melaporkan bahwa berat basah akar, pucuk dan keseluruhan bagian pohon mandarin pada
umur 1 tahun mengalami peningkatan setelah diberi arang dengan konsentrasi 2 ww.
Selain asap, proses pengarangan juga menghasilkan cuka kayu sebagai hasil sampingannya. Cuka kayu adalah cairan organik berwarna kuning sampai
hitam, baunya menyengat, mengandung berbagai macam jenis komponen kimia yang dikelompokkan pada senyawaan asam, phenol, alkohol dan netral. Dephut,
2007. Menurut Velmurugan et al. 2008, cuka kayu mengandung lebih dari 200 unsur termasuk phenolic, polyphenolic, organic acids, dan carcinogenic agents
seperti woodcreosote, benzo[a]pyrene, benzo[a]anthracene, dan 3-
methylcholanthrene 3-MCA. Penggunaan cuka kayu sudah dilakukan dalam beberapa tujuan seperti
untuk produk industri, peternakan, rumah tangga, dan pertanian. Cuka kayu juga dapat meningkatkan kualitas tanah, membunuh tikus, serta dapat mempercepat,
mengatur, atau memperlambat pertumbuhan tanaman. Selain itu, cuka kayu dapat mempercepat pertumbuhan akar, tangkai, bunga, dan buah. Penelitian
menunjukan bahwa setelah mengaplikasikan cuka kayu pada perkebunan buah, pohon buah menghasilkan buah yang terus meningkat Pangnakorn 2008. Cuka
kayu yang sudah dinetralisasi sehingga memilikai Ph 7 dapat dijadikan sebagai bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan Velmurugan et al 2008. Namun
pada pemakaian secara berlebih, cuka kayu justru dapat menghambat pertumbuhan tanaman Pangnakorn 2008.
2.5 Rayap