2.2 Keawetan Kayu
Keawetan kayu merupakan daya tahan suatu jenis kayu terhadap berbagi faktor perusak kayu seperti faktor biologis yaitu jamur, serangga, dan cacing laut.
Keawetan kayu ditentukan oleh genetik kayu tersebut seperti berat jenis, kandungan zat ekstraktif, dan umur pohon Weiss 1961.
Menurut Martawijaya 1981, keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam
lingkungan yang sesuai bagi organisme yang bersangkutan. Keawetan kayu ditetapkan dengan mempergunakan data yang terdapat dalam etiket herbarium
yang dicatat pada waktu pengumpulan jenis kayu yang bersangkutan di berbagai wilayah hutan. Data tersebut dicocokan secara kritis dengan pengalaman umum
yang ada mengenai sifat kayu yang bersangkutan dan dicocokan juga dengan data yang terdapat dalam berbagai sumber pustaka. Berdasarkan semua data tersebut
ditetapkan kelas awet jenis kayu yang bersangkutan dengan mempergunakan metode klasifikasi seperti dapat dilihat dalam Tabel 1:
Tabel 1. Penggolongan kelas keawetan kayu Keadaan
Kelas Awet I II III IV V
• Selalu berhubungan dengan tanah lembab
8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat pendek
Sangat pendek
• Hanya dipengaruhi cuaca, tetapi dijaga
supaya tidak direndam air dan tidak kekurangan
udara 20
tahun 15
tahun 10
tahun Beberapa
tahun Sangat
pendek
• Dibawah atap, tidak berhubungan dengan
tanah lembab dan tidak kekurangan udara
Tidak terbatas
tidak terbatas
sangat lama
Beberapa tahun
Pendek
• Seperti diatas tetapi dipelihara dengan baik
dan dicat dengan teratur Tidak
terbatas tidak
terbatas tidak
terbatas 20 tahun
20 tahun
• Serangan rayap tanah Tidak Jarang Cepat Sangat
cepat Sangat
cepat • Serangan bubuk kayu
kering Tidak Tidak hampir
tidak Tidak
berarti Sangat
cepat
Sumber: SNI 01-0608-1989
2.3. Bahan Pengawet Kayu
Suatu bahan pengawet kayu yang baik untuk penggunaan komersial umumnya harus beracun terhadap perusak-perusak kayu, permanen, mudah
meresap, aman untuk digunakan, tidak merusak kayu dan logam, banyak tersedia, dan murah. Untuk mengawetkan kayu-kayu bangunan, barang-barang kerajinan,
atau untuk tujuan-tujuan khusus lainnya bahan pengawet harus bersih, tidak berwarna, tidak berbau, dapat dicat, tidak mengembangkan kayu, tahan api, atau
mempunyai kombinasi-kombinasi tertentu dari sifat-sifat tersebut. Keefektifan suatu bahan pengawet tergantung pada daya resapnya serta kemampuan
menjadikan kayu itu beracun terhadap organisme-organisme perusak kayu Hunt Garratt 1986.
2.4 Proses Pengasapan