- 26 Bab II -15 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014

Bab II - 26

Kesenjangan antar-kabupatenkota di Propinsi Jawa Timur sangat dipengaruhi kreativitas pemerintah daerah dalam memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk meningkatkan ouput daerah, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekonomi, dan mendorong peningkatan pendapatan per kapita masyarakat setempat. Pemerintah propinsi berperan menjaga rentang kesenjangan antar-daerah. Setelah struktur ekonomi secara nasional mengalami kejutan akibat kenaikan harga BBM, yang mendorong tingginya laju inflasi pada 2005 --yang berdampak terhadap semunya nilai PDRB per kapita karena melemahnya daya beli-- kesenjangan antar-wilayah sesudah tahun 2005 yang diukur dengan Indeks Disparitas Williamson IDW menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pada 2005, IDW mencapai 114,45 poin, kemudian menurun menjadi 109,50 poin pada 2006, atau terjadi penurunan sebesar 4,33. Hal yang sama juga terjadi pada 2007, IDW menurun menjadi 109,45 0,05. Penurunan indeks tersebut juga terjadi pada 2008, menjadi 109,28 atau menurun menjadi 0,16. Kecenderungan penurunan IDW dari tahun ke tahun tersebut menunjukkan, pemerataan pembangunan di daerah relatif tidak melahirkan kesenjangan antar-wilayah terlalu mencolok. Jika menggunakan perspektif perbandingan absolut antar- daerah melalui perbandingan nilai PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap rata-rata capaian Jawa Timur pada 2007, maka akan diperoleh empat kategori daerah. Pertama, umumnya wilayah perkotaan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, dan Kota Surabaya memiliki pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tinggi dan PDRB per kapita tinggi di atas rata-rata kabupatenkota di Propinsi Jawa Timur. Sektor Industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa ditengarai merupakan sektor-sektor yang berperan sangat penting mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan PDRB per kapita di daerah-daerah tersebut. Kedua, daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi PDRB per kapita lebih rendah dibandingkan rata-rata PDRB per kapita propinsi, menyebar di kabupatenkota dengan struktur perekonomian yang tidak didominasi sektor RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014

Bab II - 27