RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014
Bab II - 22
yang pada 2007 sebesar 9,21, melemah menjadi 8,75. Sektor listrik, gas dan air bersih yang pada 2007 tumbuh sebesar 11,81,
anjlok menjadi 4,59. Pertanian yang diharapkan menjadi sektor unggulan untuk
mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2008, ternyata mengalami perlambatan akibat kemarau panjang. Pertumbuhan sektor industri
pengolahan juga melambat akibat menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor. Pada 2008, sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 16,57 terhadap PDRB atas dasar harga berlaku, atau terbesar ketiga setelah sektor perdagangan,
hotel, dan restoran 29,36, dan industri pengolahan 28,49.
II.3.3 PDRB per Kapita
Perkembangan PDRB per kapita tahun dasar 2000 periode 2003-2007 menunjukkan kecenderungan terus meningkat, karena
pertumbuhan PDRB ADHB lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk.
Pada 2003, PDRB per kapita Jawa Timur mencapai Rp 8,30 juta, kemudian meningkat menjadi Rp 9,40 juta pada 2004.
Kenaikan harga BBM pada 2005 ternyata relatif tidak menghambat pergerakan kenaikan PDRB per kapita, sehingga pada tahun
tersebut mampu meningkat menjadi Rp 11,06 juta. Kecenderungan peningkatan PDRB per kapita ini berlanjut
pada tahun-tahun berikutnya. Pada 2006, PDRB per kapita meningkat menjadi Rp 12,83 juta, kemudian menjadi Rp 14,50 juta
pada 2007, dan terus meningkat menjadi Rp 16,76 juta pada 2008.
II.3.4 Peran APBD terhadap PDRB
Pembangunan daerah, sebagai bagian integral pembangunan nasional,
selain berkepentingan
terhadap penyelenggaraan
pembangunan sektoral nasional di daerah, juga berkepentingan terhadap
pembangunan dalam
dimensi kewilayahan.
Dua kepentingan
tersebut ditujukan
meningkatkan taraf
hidup masyarakat di daerah. Aktivitas pembangunan daerah berkenaan
sekaligus dengan tujuan pencapaian sasaran-sasaran sektoral nasional di daerah, dan tujuan pengintegrasian pembangunan antar-
sektor di dalam satu wilayah. Karena itu, pemerintah daerah, baik di
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014
Bab II - 23