RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014
Bab II - 31
pusat perbelanjaan mal juga banyak menyerap tenaga kerja perempuan sebagai pramuniaga ataupun kasir.
II.3.12 Incremental Labour Output Ratio ILOR
Produk Domestik Regional Bruto PDRB Propinsi Jawa Timur, baik atas dasar harga berlaku ADHB maupun atas dasar harga
konstan ADHK terus meningkat seiring membaiknya kondisi perekonomian Jawa Timur. Dengan mencermati besaran angka
Incremental Labour Ouput Ratio ILOR dapat diketahui pengaruh dari perubahan PDRB ADHK terhadap penyerapan tenaga kerja di
Jawa Timur. Dari perhitungan rata-rata ILOR per tahun dengan kenaikan
nilai PDRB ADHK 2000, dalam kurun lima tahun 2001-2005 diperoleh perbandingan antara penambahan tenaga kerja dan
penambahan besaran atau nilai output ILOR secara rata-rata 0,03. Sedangkan pada periode 2002-2006, rata-rata besaran ILOR, 0,01.
Dan, pada periode lima tahun terakhir 2003-2008, rata-rata besaran ILOR, 0,02.
Dengan demikian
perbandingan antara
penambahan penyerapan tenaga kerja dan penambahan nilai ouput sangat kecil.
Besaran ILOR setiap tahunnya sangat bervariasi. Nilai ILOR tertinggi terjadi pada 2004, yakni 0,06, dan tahun 2007 dengan angka
besaran ILOR, 0,07. Sedangkan ILOR terendah terjadi pada 2003 dan 2006. Bahkan pada 2006, angka ILOR sebesar 0,00. Artinya,
kenaikan output tidak dibarengi penambahan jumlah tenaga kerja sama sekali.
Pada 2008, angka ILOR menurun dibanding angka ILOR 2007. Dari semula 0,07 2007 menjadi sebesar 0,06 pada 2008. Ini
artinya, penambahan Rp 100 juta PDRB pada 2007 diikuti penambahan tujuh tenaga kerja, sementara pada 2008 hanya diikuti
penambahan enam tenaga kerja.
II.3.13 Pemenuhan Kebutuhan Pangan
Pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan bergerak dengan pola seiring perkembangan tingkat pendapatankesejahteraan
penduduk. Semakin tinggi pendapatan biasanya diikuti turunnya proporsi pengeluaran untuk kebutuhan makanan. Dalam keadaan
RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014
Bab II - 32