kelompok lain di dalam masyarakat. 5 serta meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin
yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya Sumodiningrat 1999.
2.1.2 Perempuan dan Pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan sarana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, baik dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi tantangan multidimensional, dengan adanya sumber daya manusia yang bermutu maka dengan sendirinya akan mampu
bersaing dengan sumber daya manusia negara lain, mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi handal yang sangat diperlukan untuk membangun masa
depannya, serta mampu berpartisipasi bersama masyarakat membangun bangsa dan negara melalui berbagai ilmu, budaya seni, dan teknologi untuk mengatasi segala
kendala dan masalah yang ada Inayah 2007. Merujuk pada penjelasan di atas, sangat jelas terlihat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan pembangunan di suatu negara. Pendidikan yang baik akan menghasilkan pembangunan dan sumber daya manusia yang baik juga.
Banyak kasus ditemukan pada beberapa negara, anak perempuan menerima pendidikan yang jauh lebih sedikit dari pada anak laki-laki. Hal tersebut ditunjukkan
oleh UNESCO yang menyatakan hampir dua pertiga dari seluruh jumlah penduduk, perempuan di dunia masih buta huruf. Keluarga yang mempunyai anak perempuan
kebanyakan hanya akan menyekolahkan anak laki-lakinya terlebih dahulu, bahkan ditemui perempuan tidak diperkenankan mengenyam pendidikan karena adat istiadat
atau tradisi mereka tidak menginginkan anak perempuan bersekolah Empowering Women 2005. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai masalah
tersebut. Pendidikan di Indonesia masih menjadi sesuatu yang mahal bagi perempuan. Kesenjangan pendidikan antar gender diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik dan
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009 tercatat dari sekitar 8,7 juta penyandang buta aksara, 64 persen adalah perempuan berusia diatas 15 tahun. Meskipun dari
berbagai hasil penelitian menunjukkan setiap tahunnya terjadi penurunan buta aksara, namun hingga saat ini penyandang buta aksara pada perempuan tetap lebih tinggi dari
pada laki-laki. Pernyataan ini dipertegas Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Kemendiknas yang menyatakan, dilihat
dari perspektif gender, disparitas buta aksara antara laki-laki dan perempuan masih relatif besar dan kelompok perempuan miskin yang buta aksara lebih besar daripada
penduduk laki-laki. Banyaknya perempuan yang buta huruf membuat mereka memiliki akses yang
minim untuk berinteraksi sosial dan mendapatkan pekerjaan, mereka hanya mampu bekerja dalam sektor pertanian, pembantu rumah tangga, maupun pedagang yang tidak
memerlukan tingkat pendidikan tertentu. Hal tersebut berakibat pada penghasilan yang sedikit, sehingga menyebabkan mereka masuk dalam kemiskinan. Dari laporan
UNESCO tentang pendidikan dunia, bahwa di kawasan-kawasan termiskin dunia, kaum wanita terkunci dalam suatu lingkaran dengan ibu-ibu yang buta huruf, mengasuh dan
membesarkan anak-anak perempuan yang buta huruf yang dikawinkan terlalu muda, lalu memasuki deretan lain yaitu kemiskinan, kebutahurufan, kesuburan yang tinggi dan
kematian dini Inayah 2007. UNESCO menunjukkan bahwa kemiskinan di dunia ini bercirikan perempuan, hal tersebut terbukti dari 1,3 milyar orang yang hidup miskin di
dunia ini, 70 persennya adalah perempuan. Disini terlihat bahwa kemiskinan dan pendidikan saling mempengaruhi dan mayoritas penyandang buta aksara adalah
perempuan. Hal ini menjadi permasalahan besar, karena indikator untuk mencapai keberhasilan pembangunan yaitu harus adanya pemerataan dari berbagai sektor tanpa
membeda-bedakan antara perempuan dan laki-laki. Keaksaraan adalah hak dan kunci menuju hak yang lain, serta memberikan bukti
tentang multipersonal, manfaat sosial dan ekonomi UNESCO 2007. Melek huruf literacy dapat diinterpretasikan juga sebagai sumber pemberdayaan perempuan. Melek
huruf memberikan akses terhadap pengetahuan tertulis yang dapat dianggap sebagai suatu kekuatan Priyono dan Pranarko 1996. Lebih lanjut Atmaja 2007
mengungkapkan, memelekhurufkan dan melek budaya, ditujukan agar perempuan memiliki kemampuan dalam membantu dirinya sendiri keluar dari buta aksara, serta
memiliki kemampuan mengembangkan kemandirian dalam melakukan tugas-tugas pendidikan dalam keluarga, masyarakat dan negara.
Memberdayakan perempuan melalui pendidikan merupakan salah satu cara yang efektif dan merupakan investasi asset bangsa. World Resources 1994 sebagaimana
dikutip oleh Todaro 2006, mengungkapkan berbagai penelitian di negara berkembang secara konsisten memperlihatkan bahwa ekspansi dalam pendidikan perempuan
memberikan tingkat pengembalian yang paling tinggi di antara semua jenis investasi. World Bank 1998 sebagaimana dikutip oleh Todaro 2006, mempersempit
kesenjangan gender dalam pendidikan dengan memperluas kesempatan pendidikan bagi kaum perempuan sangat menguntungkan secara ekonomis karena empat alasan, antara
lain: 1 tingkat pengembalian rate of return dari pendidikan kaum perempuan lebih tinggi daripada tingkat pengembalian pendidikan pria di kebanyakan negara
berkembang. 2 peningkatan pendidikan kaum wanita tidak hanya menaikkan produktivitas di lahan pertanian dan di pabrik, tetapi juga meningkatkan pertisipasi
tenaga kerja, pernikahan yang lebih lambat, fertilitas yang lebih rendah, dan perbaikan kesehatan serta gizi anak-anak. 3 kesehatan dan gizi anak-anak lebih baik serta ibu
yang lebih terdidik akan memberikan dampak pengganda multiplier effect terhadap kualitas anak bangsa selama beberapa generasi yang akan datang. 4 karena kaum
wanita memikul beban terbesar dari kemiskinan dan kelangkaan lahan garapan yang melingkupi masyarakat di negara berkembang, maka perbaikan yang signifikan dalam
peran dan status perempuan melalui pendidikan dapat mempunyai dampak penting dalam memutuskan lingkaran setan kemiskinan serta pendidikan yang tidak memadai.
2.1.3 Program Keaksaraan Fungsional KF