1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
United Nations 1997 menyatakan bahwa pendidikan dasar sangat penting untuk mencapai tujuan pemberantasan kemiskinan, mengurangi angka kematian anak,
menahan pertumbuhan penduduk, mencapai kesetaraan gender, serta memastikan pembangunan perdamaian, berkelanjutan dan demokrasi. Kemampuan baca tulis
dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, di mana hal ini berkaitan langsung
bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki permasalahan pada pendidikan. Badan Pusat Statistik BPS dan Departemen Pendidikan Nasional tahun
2009 menyatakan, tercatat dari sekitar 8,7 juta penyandang buta aksara, 64 persen adalah perempuan berusia di atas 15 tahun. Meskipun dari berbagai hasil penelitian
menunjukkan setiap tahunnya terjadi penurunan buta aksara, namun hingga saat ini penyandang buta aksara pada perempuan tetap lebih tinggi dari pada laki-laki. Angka
buta aksara merupakan salah satu komponen dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia IPM untuk pencapaian pembangunan, demikian juga dalam Millennium
Development Goals, angka buta aksara pada orang dewasa 15-24 tahun merupakan salah satu indikator dalam penilaian pencapaian akses universal pada pendidikan dasar
Goal 2, target 3.
1
Oleh karena itu, di anggap penting untuk melihat perkembangan kemajuan indikator ini. Dalam konteks indonesia, terdapat jaminan konstitusi bahwa
setiap individu berhak memperoleh pendidikan, sehingga memungkinkan mereka terbebas dari buta aksara UUD 1945 pasal 31.
Tingginya buta aksara pada perempuan di Indonesia menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan oleh pemerintah. Beberapa dasar
dilaksanakannya pemberantasan buta aksara antara lain: 1 melek aksara merupakan hak dasar bagi setiap orang, sekaligus sebagai kunci pembuka bagi memperoleh hak-hak
lainnya, 2 masalah buta aksara sangat terkait dengan kemiskinan, kebodohan,
1
Bachtiar, Adang. 2010. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Menurun. [internet] http:www.depkominfo.go.idberitabipnewsroomindeks-pembangunan-manusia-indonesia-menurun
tanggal 14 Oktober 2010
keterbelakangan, dan ketidakberdayaan masyarakat, 3 buta aksara berdampak terhadap pembangunan bangsa Wahyuni T. et al. 2010.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan buta aksara pada perempuan adalah Program Keaksaraan Fungsional KF, program ini dicetuskan pada tanggal 8 –
18 September 1965 dalam suatu konferensi mentri pendidikan sedunia tentang pemberantasan buta aksara eradication of illiteracy di Teheran, Iran Marzuki 2010.
Sasaran pada program ini adalah kelompok perempuan usia dewasa 15-45 tahun dan menekankan pada fungsi program secara fungsional dengan strategi membaca, menulis,
berhitung, dan aksi serta diskusi yang proses belajarnya disesuaikan oleh konteks warga belajar Depdiknas 2006. Program ini ditujukan untuk masyarakat yang memiliki latar
belakang ekonomi yaitu berasal dari penduduk miskin dan termarjinalkan, sedangkan jika dilihat dari sisi geografi mereka berasal dari daerah terpencil atau masyarakat
pinggiran yang tidak berkesempatan memperoleh akses atau pelayanan pendidikan yang memadai Aziz 2008. Tujuan dari program KF adalah penguasaan membaca, menulis
dan berhitung menjadi syarat mutlak untuk menguasai keterampilan dalam rangka peningkatan kualitas hidup. Di sisi lain, keaksaraan dapat mempunyai fungsi atau peran
membangkitkan pembangunan sosial ekonomi suatu masyarakat. Saat ini banyak daerah yang bangga karena berhasil menghapus buta aksara. Hal
ini terlihat dari data BPS mengenai angka buta aksara yang setiap tahunnya menurun, namun data tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Berdasarkan beberapa
kasus penelitian, dapat disimpulkan bahwa program KF belum dapat dikatakan berhasil. Program KF baru berhasil dalam pengentasan buta aksara, dan belum berhasil dalam
pemberian keterampilan untuk mengentaskan kemiskinan karena keterampilan baca, tulis, dan berhitung dari program KF belum sepenuhnya fungsional, jika kemampuan
baca tulis warga belajar tidak bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan status sosial mereka secara menyeluruh Lutfi 2007.
Pengentasan buta aksara baru terlihat pada tahap jangka pendek yaitu di akhir program KF dan banyak yang mengalami buta aksara kembali setelah program selesai,
selain itu belum banyaknya data yang menyatakan keberhasilan KF dalam jangka panjang. Suyono 2006 mengungkapkan, pendidikan hanya layak diklaim berhasil
sejauh ia mampu menciptakan manusia-manusia mandiri dan bermartabat, yang keberadaannya dapat memberikan manfaat terhadap keluarganya, orang lain dan
lingkungannya. Maka dari itu penelitian pasca program perlu dilakukan untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan program KF yang sebenarnya dalam
memberdayakan perempuan, dengan melihat kemampuan warga belajar dalam memelihara kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dan memfungsikannya
untuk peningkatan ekonomi warga belajar.
1.2 Perumusan Masalah