41
Tabel 7 Pengaruh Jumlah Anak terhadap Kemampuan Warga Belajar Desa Citapen dalam Mempertahankan Kemampuan Aksara Tahun 2011
Jumlah Anak Kemampuan Mempertahankan Aksara
Rendah Tinggi Memiliki Balita
2 33,3 4 66,7
0 sampai 2 tidak memiliki balita 5 55,6
4 44,6 3 sampai 5 tidak memiliki balita
21 72,5 8 27,6
6 sampai 8 tidak memiliki balita 1 100,0
Jumlah 28 100,0
17 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2011
Warga belajar yang memiliki balita dan memiliki kemampuan mempertahankan aksara rendah yaitu sebesar 33,3 persen 2 orang. Pada kenyataannya terdapat warga
belajar yang memiliki balita namun memiliki kemampuan mempertahankan aksara tinggi yaitu sebesar 66,7 persen 4 orang, bahkan warga belajar yang memiliki anak balita lebih
banyak yang mampu mempertahankan keaksaraannya dibandingkan dengan warga belajar yang tidak memiliki balita. Hal ini karena warga belajar tersebut mengasuh anaknya
sekaligus belajar mempertahankan aksaranya yaitu ketika mereka belajar sekaligus mengajari anaknya yang balita untuk membaca dan berhitung, sehingga mereka mampu
mempertahankan kemampuan aksaranya, serta adanya dukungan dari suami mereka untuk mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki.
6.1.4 Pendidikan Formal
Sejumlah 31,1 persen 14 orang responden warga belajar pernah mencicipi bangku
sekolah formal, meskipun hanya sampai SD kelas 6 sedangkan sisanya sebanyak 68,9
persen 31 orang tidak pernah sekolah. Namun setelah bertahun-tahun tidak pernah dipergunakan, mereka yang pernah sekolah telah kehilangan kemampuan aksaranya
kembali. Warga belajar yang pernah mengikuti sekolah formal sampai diatas kelas 3 SD mengakui, walaupun mereka pernah sekolah SD, namun sebelum mereka mengikuti
progam KF mereka sama sekali tidak dapat membaca, menulis, dan berhitung. Diduga ada
42
pengaruh pendidikan formal yang pernah dilalui dengan kemampuan mempertahankan keaksaraan dari warga belajar.
Tabel 8 Pengaruh Pendidikan Formal terhadap Kemampuan Warga Belajar Desa Citapen dalam Mempertahankan Kemampuan Aksara Tahun 2011
Pendidikan Kemampuan Mempertahankan Aksara
Rendah Tinggi Tidak Pernah SD
21 67,7 10 32,3
1 SD ≥ x ≥ 3 SD
7 58,3 5 41,7
3 SD 2 100,0
Jumlah 28 100,0
17 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2011
Tabel 8 menunjukkan, pendidikan formal mempengaruhi kemampuan warga belajar dalam mempertahankan kemampuan aksara. Warga belajar yang pernah sekolah lebih dari
kelas 3 SD sebesar 100 persen 2 orang memiliki kemampuan aksara tinggi. Begitu pula yang terjadi dengan warga belajar yang tidak pernah mengikuti sekolah formal, sebesar
67,7 persen 21 orang memiliki kemampuan aksara rendah atau telah buta aksara kembali. Warga belajar yang tidak pernah sekolah formal dan mengalami buta aksara kembali dua
kali lipat lebih banyak daripada warga belajar yang tidak pernah sekolah formal dan mampu mempertahankan kemampuan aksara. Hal ini membuktikan semakin rendah
pendidikan formal yang pernah di ikuti warga belajar, maka kemampuan mempertahankan kemampuan aksara yang di miliki oleh warga belajar semakin rendah.
6.1.5 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan mata pencaharian warga belajar yang menghasilkan uang. Rendahnya pendidikan warga belajar mempengaruhi pekerjaan yang dimiliki oleh warga
belajar KF. Tabel 12 menunjukan, bahwa sebagian besar pekerjaan warga belajar yaitu ibu
rumah tangga 84,5 persen 38 orang, disusul dengan pembantu rumah tangga 11,1 persen 5 orang, pedagang 2,2 persen 1 orang, dan pengangguran 2,2 persen 1 orang.
Banyaknya warga belajar yang hanya menjadi ibu rumah tangga dikarenakan rendahnya
43
pendidikan warga belajar dan mereka masih berpegangan pada budaya bahwa perempuan pekerjaannya yaitu di dapur untuk memasak, mencuci, dan menjaga anak, sehingga mereka
hanya menggantungkan kehidupan mereka pada penghasilan suami. Padahal pekerjaan suami mereka hanya bekerja sebagai buruh tani, buruh, dan supir yang hanya menghasilkan
uang rata-rata Rp 800.000,00 per bulannya. Pekerjaan warga belajar merupakan salah satu aspek yang diduga dapat
mempengaruhi kemampuan warga belajar untuk mempertahankan keakasaraannya, karena semakin besar tanggung jawab warga belajar pada pekerjaan, maka semakin rendah
kemampuan warga belajar dalam mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki. Tabel
9 menunjukan, pekerjaan yang dimiliki oleh warga belajar berpengaruh terhadap
kemampuan mempertahankan aksara yang dimiliki warga belajar. Mayoritas warga belajar yang memiliki pekerjaan ibu rumah tangga, memiliki
kemampuan mempertahankan aksara yang rendah atau telah buta aksara kembali yaitu sebesar 60,5 persen 23 orang. Telah terjadi buta aksara kembali karena warga belajar
yang telah menikah memiliki kesibukan dalam pekerjaan domestik yaitu tanggung jawab warga belajar dalam hal memasak, mencuci, dan membereskan rumah sehingga warga
belajar tidak memiliki waktu yang banyak untuk mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki, serta
tidak adanya dukungan dari lingkungan tempat tinggal untuk mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki.
Tabel 9 Pengaruh Pekerjaan Warga Belajar terhadap Kemampuan Warga Belajar Desa Citapen dalam Mempertahankan Kemampuan Aksara Tahun 2011
Kategori Kemampuan Mempertahankan Aksara
Rendah Tinggi Ibu Rumah Tangga
23 60,5 15 39,5
Pedagang 1 100,0
Pembantu Rumah Tangga 5 100,0
Pengangguran 1 100,0
Jumlah 28 100,0
17 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2011
44
Di sisi lain, ada pula warga belajar yang memiliki pekerjaan ibu rumah tangga, namun memiliki kemampuan mempertahankan aksara tinggi, yaitu sebesar 39,5 persen 15
orang. Hal ini dapat terjadi karena warga belajar tersebut memiliki motivasi yang tinggi untuk mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki dimana warga belajar belajar
membaca, menulis, dan berhitung kembali di rumah, belajar bersama anak di rumah, membaca koran setiap pagi, serta tidak malu untuk bertanya kepada tutor.
Warga belajar memiliki pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga 100 persen 5 orang memiliki kemampuan mempertahankan aksara rendah, karena pekerjaan mereka
berlangsung dari pagi hari hingga sore hari. Setelah selesai dari bekerja pun mereka masih harus melakukan pekerjaan domestik di rumahnya, sehingga mereka sulit meluangkan
waktu untuk belajar atau mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki Warga belajar yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, memiliki kemampuan
mempertahankan aksara yang tinggi atau masih mampu membaca, menulis dan berhitung yaitu sebesar 100 persen 1 orang. Hal ini dikarenakan ia menerapkan kemampuan aksara
yang dimiliki saat berdagang, seperti mengukur takaran minyak, menimbang makanan, membaca tulisan dikemasan, menghitung uang, dan menulis nota belanjaan setiap harinya,
sehingga warga belajar tersebut berdagang sekaligus belajar untuk mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki.
Warga belajar yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran, dan memiliki kemampuan mempertahankan aksara tinggi yaitu masih mampu membaca, menulis, dan
berhitung yaitu sebesar 100 persen 1 orang. Tidak adanya pekerjaan yang dimiliki dikarenakan warga belajar tersebut mengalami lumpuh dan berstatuskan belum menikah.
Warga belajar tersebut mengakui dirinya memiliki motivasi yang kuat dan banyak waktu luang untuk belajar kembali membaca, menulis, dan berhitung dirumahnya agar menutupi
kekurangan fisik yang ia miliki.
6.1.6 Motivasi Warga