Ringkasan Peran program keaksaraan fungsional dalam mempertahankan kemampuan aksara warga belajar di PKBM saraga lekas insan mandiri Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

47 motivasi dari tutor yang selalu mengevaluasi kemampuan warga belajar dan memotivasi warga belajar, sehingga warga belajar tersebut masih mampu mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki walaupun tidak mendapat dukungan dari lingkungan tempat tinggal. Warga belajar yang termasuk dalam kategori dukungan dari lingkungan tempat tinggal tinggi dan memiliki kemampuan mempertahankan kemampuan aksara tinggi yaitu sebesar 100 persen 5 orang. Hal ini berarti warga belajar mendapatkan dukungan yang besar dari lingkungan tempat tinggal yaitu keluarga. Salah satu faktor yang menyebabkan warga belajar yang mendapatkan dukungan dari lingkungan tempat tinggal tinggi dan memiliki kemampuan mempertahankan kemampuan aksara tinggi karena kegiatan belajar mengajar di lakukan di rumah warga belajar yang rumahnya berdekatan dengan warga belajar yang lainnya sehingga keluarga mereka memberikan motivasi yang tinggi kepada warga belajar, seperti yang dikemukakan salah satu warga belajar berikut: “Si Bapa ama anak-anak suka ngetes saya kalo dirumah, suka disuruh baca tulisan-tulisan apa aja yang ada dirumah buat ngetes saya udah bisa baca atau belum.” Evi, 33thn Bentuk dukungan yang diberikan dari lingkungan tempat tinggal yaitu berupa mengingatkan untuk selalu belajar, membaca, menulis, dan berhitung, membantu belajar di rumah, serta mengevaluasi atau menguji kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang warga belajar miliki.

6.3 Ringkasan

Beberapan karakteristik warga belajar ternyata mempengaruhi kemampuan warga belajar dalam mempertahankan kemampuan aksara yang dimiliki. Karaktekteristik yang mempengaruhi kemampuan mempertahan kemampuan aksara yaitu umur, status pernikahan, pekerjaan, pendidikan, dan motivasi warga belajar, selain itu dukungan tempat tinggal juga mempengaruhi kemampuan mempertahankan aksara yang dimiliki oleh warga belajar. Adanya kemampuan aksara yang dimiliki warga belajar sejatinya mampu meningkatkan ekonomi warga belajar. Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai pengaruh kemampuan aksara dengan peningkatan ekonomi warga belajar. 48 7 PENGARUH KEMAMPUAN AKSARA DENGAN PENINGKATAN EKONOMI WARGA BELAJAR Terdapat lima indikator keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat, antara lain: 1 berkurangnya jumlah penduduk miskin, 2 berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, 3 meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya, 4 meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok lain di dalam masyarakat, 5 serta meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya Sumodiningrat 1999. Merujuk pada pernyataan di atas, program KF baru bisa dikatakan berhasil dalam memberdayakan perempuan di mana saat warga belajar mampu menerapkan kemampuan keaksaraan mereka untuk meningkatkan penghasilan atau ekonomi warga belajar tersebut. Hal ini dipertegas oleh Suyono 2006 yang mengungkapkan bahwa pendidikan hanya layak diklaim berhasil sejauh ia mampu menciptakan manusia-manusia mandiri dan bermartabat, yang keberadaannya dapat memberikan manfaat terhadap keluarganya, orang lain dan lingkungannya. Keberhasilan program KF dalam meningkatkan ekonomi warga belajar, tampaknya belum dapat direalisasikan pada warga belajar Desa Citapen, hal ini dikarenakan program KF belum mampu meningkatkan ekonomi warga belajar. Mayoritas warga belajar sebesar 97,8 persen mengungkapkan bahwa keadaan ekonomi mereka tidak ada perbedaan, sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan KF dan hanya seorang responden yang mangaku ada peningkatan ekonomi. Tidak adanya peningkatan ekonomi yang dialami oleh warga belajar, dikarenakan telah terjadinya buta huruf kembali pada warga belajar tersebut, selain itu tidak adanya warga belajar yang memanfaatkan keterampilan yang telah diberikan program KF untuk meningkatkan ekonomi mereka. Tidak terpakainya keterampilan yang sudah diberikan karena beberapa faktor, di antaranya adalah tidak adanya modal untuk memulai usaha, tidak mengerti produknya harus dijual kepada siapa, dan sibuknya pekerjaan domestik yang menyebabkan mereka 49 tidak ada banyak waktu untuk memulai usaha, seperti yang dikemukakan salah satu warga belajar sebagai berikut: “bayaran sekolah aja udah mahal neng, boro-boro ada uang lebih buat modal usaha” Ant, 29thn Meskipun pihak PKBM SLIM pernah bekerjasama dengan salah satu pabrik kerudung yang ada di Desa Citapen untuk penyaluran hasil keterampilan pada kegitan belajar di tahap ketiga, namun PKBM SLIM tidak melakukan kerjasama kembali pada pabrik tersebut untuk memberikan pekerjaan tetap pada warga belajar. Hal ini karena pihak PKBM hanya bekerjasama dalam batasan kegiatan belajar mengajar pada tahap kedua, yang bertujuan agar warga belajar dapat lebih mahir dalam keterampilan tersebut dan hanya sebatas memberikan pengalaman bekerja terhadap warga belajar itu sendiri, sehingga nantinya diharapkan warga belajar bisa mandiri dan membuka usaha sendiri. Di sisi lain pabrik tersebut masih berskala kecil, sehingga tidak membutuhkan banyak pegawai, selain itu batas umur pegawai yang dapat diterima di pabrik tersebut maksimal berumur 22 tahun. Seorang warga belajar yang menyatakan bahwa keadaan ekonominya lebih baik dari sebelum mengikuti program KF, sebenarnya tidak langsung warga belajar tersebut ialah warga belajar yang telah melalui ketiga tahapan. Warga belajar ini tidak memanfaatkan keterampilan yang diberikan KF, namun warga belajar tersebut membuka warung sederhana di depan rumahnya. Warga belajar tersebut mengakui, keberaniannya membuka warung karena ia telah memiliki kemampuan aksara yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan aksara yang ia miliki membantu ia untuk mengorganisir warung dengan baik, seperti menentukan harga jual dan menghitung keuntungan yang telah diraih. Di sisi lain, warga tersebut juga mengatakan bahwa kemampuan aksara yang ia miliki membantu hasil pertanian suaminya. Hal tersebut dikarenakan dengan kemampuan membaca, ia dapat membantu suaminya memilih pupuk dan bibit yang bagus atau berkualitas untuk pertaniannya, sehingga hasil panennya pun memuaskan, dengan hasil panen yang bagus otomatis pendapatan juga bertambah, seperti yang ia kemukakan berikut: “ Alhamdulillah, karena sekarang mah bisa baca,ngitung,nulis jadi berani buat buka warung. Sekarang jadi tau kalau barang yang harganya segini harus dijual berapa buat ngehasilin untung biar gak rugi. Terus kalo ada yang beli, bisa baca barangnya, jadi gak salah ngasihin. Ya, walaupun kecil-kecilan tapi ngebantu pemasukan keluarga.” Iis, 58thn 50 “ saya suka bantu suami beli pupuk dan bibit buat bacain pupuk yang bagus yang mana, kan kalo pupuknya bagus ntar hasil panennya juga bagus dan banyak, jadi dijualnya juga untung.” Iis, 58thn Meskipun responden warga belajar hampir semuanya mengaku tidak mendapat keuntungan ekonomi dari bmengikuti program KF, namun beberapa warga belajar mengakui mendapatkan manfaat yang lain yaitu kemudahan untuk mendapatkan informasi, kemudahan memasuk kelompok pertemanan, dan peningkatan tingkat kemandirian. Manfaat non ekonomi yang diperoleh setelah mengikuti program KF dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran Jumlah Warga Belajar dalam Perubahan Sikap Sesudah Mengikuti KF Tahun 2011 dalam jumlah dan persen Kategori Tidak Ada Perbedaan Lebih Baik Jauh Lebih Baik Total Kemudahan Mendapatkan Informasi 30 66,7 14 31,1 1 2,2 45 100 Tingkat Kemandirian 36 80 9 20 45 100 Kemudahan Memasuki Kelompok Pertemanan 38 84,4 7 15,6 45 100 Sumber: Data primer hasil penelitian 2011 Kemampuan yang dimiliki warga belajar dalam membaca, menulis, dan berhitung diharapkan mampu membantu warga belajar untuk mengakses segala bentuk informasi yang ingin diketahui maupun yang tidak. Terbantunya warga belajar dalam mengakses informasi senantiasa mampu meningkatkan pengetahuan dan kehidupan sosial warga belajar. Perubahan dalam kemudahan mendapatkan informasi dirasakan oleh warga belajar yaitu sebesar 2,2 persen 1 orang merasakan jauh lebih baik, sebesar 31,1 persen 14 orang merasakan lebih baik, dan sebesar 66,7 persen 30 orang merasakan tidak ada perubahan. Warga belajar yang merasakan kemudahan mendapatkan informasi lebih baik 51 dari sebelum mengikuti KF mengakui bahwa mereka banyak terbantu dalam menambah wawasan, cara mendidik anak, membaca rapot anak, mengetahui mengenai keluarga berencana, membaca iklan di televisi dan membaca pengumuman-pengumuman di desa. Beberapa warga belajar mendapatkan manfaat dari adanya kegiatan KF selain kemudahan mendapatkan informasi, yaitu kemudahan memasuki kelompok pertemanan. Perubahan yang dirasakan warga belajar dalam kemudahan memasuki kelompok pertemanan adalah sebesar 15,6 persen 7 orang lebih baik dan sebesar 84,4 persen 38 orang tidak ada perubahan. Sedikitnya warga belajar yang mengalami perubahan yang lebih baik dalam kemudahan memasuki kelompok pertemanan yaitu hanya warga belajar yang masih memiliki anak bersekolah di Taman Kanak-Kanak TK dan Sekolah Dasar SD. Warga belajar tersebut mengakui, dengan adanya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung membuat mereka lebih percaya diri untuk bergabung dan berkumpul dan mengemukakan pendapat dengan ibu-ibu murid saat mengantarkan atau menunggu anaknya sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang warga belajar sebagai berikut: “ sekarang mah jadi semangat nganterin anak sekolah, soalnya udah bisa baca. Jadinya teh gak malu-maluin. Dulu mah saya mana mau bergabung dengan ibu-ibu yang lain, takut dibilang kuper dan bodoh soalnya.” Nur, 28thn Manfaat terakhir yang dirasakan oleh beberapa warga belajar yaitu perubahan tingkat kemandirian. Tingkat kemandirian yaitu kemampuan warga belajar untuk melakukan segala sesuatu atau sebuah kegiatan dengan diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam hal ini, sebesar 20 persen 9 orang merasakan perubahan tingkat kemandirian menjadi lebih baik dan sebesar 80 persen 36 orang merasakan tidak ada perubahan. Warga belajar yang merasakan perubahan tingkat kemandirian lebih baik menyatakan bahwa mereka jadi lebih leluasa untuk melakukan sesuatu karena kemampuan yang warga belajar miliki setelah mengikuti KF. Peningkatan kemandirian yang dirasakan yaitu warga belajar sudah berani berpergian sendiri karena sudah mampu membaca jurusan angkutan umum, berani mengambil rapot anak, dan berani mengurusi Jaminan Kesehatan Masyarakat JAMKESMAS ke kantor kelurahan dan Rumah Sakit Ciawi RS Ciawi, seperti yang dituturkan oleh salah satu warga belajar berikut ini: “sekarang kalo mau ke bogor sendirian udah gak takut, udah bisa baca jurusan angkot jadi gak akan nyasar.” Sti, 28thn 52 “ biasanya yang ngambilin rapot tetangga atau saudara, tapi sekarang mah saya sendiri yang ngambilin rapot, soalnya udah bisa baca rapot. Terus kalo ada pengumuman disekolah teh gak culingak-culingeuk kan udah bisa baca sekarang mah” Nur, 33thn Banyaknya warga belajar yang merasakan tidak adanya perubahan pada tingkat kemandirian dikarenakan sebagian besar dari mereka tidak pernah keluar desa dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan domestik sehingga mereka tidak merasakan perubahan peningkatan kemandirian yang berarti.

7.1 Ringkasan

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PARTISIPASI WARGA BELAJAR DALAM PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KELURAHAN ANTIROGO KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

1 16 44

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DENGAN KEMAMPUAN CALISTUNG WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL

2 5 97

Hubungan Antara Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Keunggulan Lokal Dengan Kemampuan Calistung Warga Belajar Keaksaraan Fungsional (Studi Pada Program Keaksaraan Fungsional Kelompok Kenitu Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Ta

0 15 3

IMPLEMENTASI PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (UPAYA PENINGKATA KEBERDAYAAN WARGA BELAJAR KEAKSARAAN RAFLESIA DI DESA GAPLEK KECAMATAN PASIRIAN KABUPATEN LUMAJANG)

0 5 3

PENYELENGGARAAN PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR: Studi Deskriptif Pada Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) Di PKBM Tunas Harapan Subang.

0 6 32

MOTIVASI BELAJAR WARGA KELOMPOK KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PERSADA BANTUL.

2 3 215

DAMPAK PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN WARGA BELAJAR (STUDI KAJIAN DI PKBM HANDAYANI, KABUPATEN BANJARNEGARA).

0 1 210

PERAN TOKOH MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI WARGA BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PKBM TANJUNGSARI, TANJUNGHARJO, NANGGULAN, KULON PROGO.

0 0 141

UPAYA TUTOR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PKBM MANDIRI KRETEK BANTUL.

4 38 162

DAMPAK PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN WARGA BELAJAR (DI PKBM HANDAYANI, DESA RAKITECAMATAN RAKITABUPATEN BANJARNEGARA)

0 0 76