12 bulan, berdasarkan keterangan ini dapat diketahui seberapa sering
pelanggan berpindah merek untuk satu jenis produk tertentu www.swa.co.id, 2010.
Dengan mengetahui tingkat peralihan merek untuk suatu jenis produk, maka dapat diramalkan tingkat loyalitas konsumen terhadap suatu
merek produk. Durianto, dkk 2004 menyatakan bahwa konsumen yang loyal akan membawa beberapa dampak positif bagi perusahaan,
seperti mengurangi biaya pemasaran, meingkatkan perdagangan, menarik konsumen baru dan memberi respons untuk merespons
ancaman persaingan.
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
Septiani 2010 dalam penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Bauran Produk terhadap Brand Switching pada Produk Indomie
Regular Goreng” menjelaskan bahwa alasan berpindah merek dari sisi bauran produk adalah mutu. Mutu merupakan alasan utama bagi
mahasiswa dalam berpindah merek, sedangkan di luar lingkup bauran produk, harga menjadi alasan kuat bagi mahasiswa untuk melakukan
peralihan merek. Brand image Indomie Goreng reguler dalam lingkup bauran produk berdasarkan uji Cochran, meliputi rasa enak dan gurih,
aroma khas mie goreng, dapat diandalkan keinstanannya, mie goreng bermutu, mereknya mudah diucapkan, mereknya mudah dikenali,
mereknya mudah diingat, mereknya memiliki kesan positif, kemasannya praktis, memiliki kelengkapan informasi pada kemasan, nama merek
dicantumkan pada kemasan, memiliki label Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI dan memiliki label halal Majelis Ulama
Islam MUI. Sedangkan analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan mutu, bentuk, merek, kemasan dan ukuran merupakan unsur-unsur bauran
produk memiliki hubungan dengan peralihan merek. William 2008 meneliti tentang hubungan strategi penetapan
harga XL bebas terhadap brand switching. Dalam hasil penelitian tersebut terlihat bahwa harga dinilai mampu menarik konsumen untuk beralih
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Persaingan pasti terjadi dalam semua jenis industri yang dipenuhi oleh berbagai produk sejenis dari perusahaan berbeda. Di dalam industri,
masing-masing perusahaan berlomba melakukan inovasi untuk menonjolkan keunggulan produknya dibandingkan pesaing. Masing-
masing perusahaan juga berusaha menjaga eksistensinya dalam dunia industri, demi menjaga pelanggannya tetap setia dan pangsa pasar yang
dapat dijangkau perusahaan tidak menurun. Hal ini terjadi, termasuk dalam industri pasta gigi di Indonesia. Persaingan yang ketat dalam
industri pasta gigi, telah mengakibatkan Pepsodent sebagai market leader dituntut untuk mampu menerapkan strategi yang tepat demi menjaga
pangsa pasarnya. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penerapan strategi pemasaran yang tepat dan dinamis terhadap perkembangan jaman.
Strategi pemasaran memiliki tujuan untuk memberikan nilai bagi konsumen dan bagi perusahaan untuk mewujudkan keunggulan bersaing
dalam industri. Strategi pemasaran yang tepat tentunya tidak terlepas dari empat
komponen bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Perencanaan strategi pemasaran yang baik berawal dari konsep suatu
produk yang mampu menjawab kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep suatu produk akan sangat mempengaruhi komponen bauran
pemasaran lainnya, maka produk dapat dikatakan sebagai komponen dasar di dalam bauran pemasaran.
Produk memiliki unsur-unsur di dalam baurannya. Unsur–unsur inilah yang nantinya akan menyusun bauran produk efektif dan pada
akhirnya mempengaruhi ketiga 3 komponen lain dalam bauran pemasaran. Untuk produk pasta gigi Pepsodent, unsur-unsur dalam bauran
produk di antaranya adalah keanekaragaman, mutu, desain, bentuk, merek, kemasan dan label, ukuran, pelayanan, jaminan dan pengembalian.
Keseluruhan unsur tersebut merupakan unsur bauran produk yang akan