Analisis Efektivitas Iklan Televisi Mobile Broadband AHA pada Mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor (IPB)

(1)

1.1 Latar Belakang

Informasi merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, serta merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan. Pada zaman era teknologi sekarang ini kemudahan dan kecepatan mendapatkan informasi menjadi prioritas sebagian besar kalangan. Seiring perkembangan teknologi dalam bidang informasi, internet merupakan suatu hal lumrah yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini.

Pada tahun 2010, pengguna internet di dunia mencapai 1,9 milyar juta jiwa yang didapat dari hasil survey Internet World Stat. Menurut hasil survey, Asia menempati posisi teratas pengguna internet yaitu sebanyak 825,1 juta jiwa. Menurut hasil survey Internet World Stat, pada tahun 2011 Indonesia menduduki posisi peringat ke dua sebagai negara pengguna internet terbesar di Asia (Gambar 1).

Tabel 1. Pengguna internet di Dunia dan populasi Statistik


(2)

2

Tabel 2. Statistik Pengguna dan Populasi Internet di Indonesia Tahun Pengguna Populasi % Pen. GDP p.c.* Usage

Source 2000 2,000,000 206,264,595 1.0 % US$ 570 ITU

2007 20,000,000 224,481,720 8.9 % US$ 1,916 ITU 2008 25,000,000 237,512,355 10.5 % US$ 2,238 APJII

2009 30,000,000 240,271,522 12.5 % US$ 2,329 ITU

2010 30,000,000 242,968,342 12.3 % US$ 2,858 ITU

Note: Per Capita GDP in US dollars, source: United Nations Department of Economic and Social Affairs.

Sumber : http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm, [27 Januari 2012] Perkembangan industri layanan internet di Indonesia sangatlah cepat karena dipengaruhi perkembangan teknologi serta gaya hidup yang semakin berkembang, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pengguna internet di Indonesia tercatat sebesar 30 juta orang pada tahun 2010 (Tabel 2). Hasil riset yang dilakukan bersama antara TNS Indonesia dan Yahoo! Indonesia, menunjukkan bahwa kalangan remaja mendominasi pengguna internet di Indonesia. Data tersebut mencakup 64 persen dari pengguna internet di Indonesia1.

Internet terus mengalami perkembangan mulai dari layanan internet dengan menggunakan jaringan nirkabel, wireless, sampai teknologi broadband. Teknologi broadband inilah yang dinilai paling praktis dan simple karena mudah dibawa-bawa kemana saja. Teknologi broadband ini sangat berguna bagi masyarakat yang kebanyakan beraktivitas diluar rumah seperti mahasiswa. Market share broadband di Dunia mencapai 64 persen pada tahun 2010 (Gambar 1).

Sumber : http://www.digitaltvnews.net, [27 Januari 2012] Gambar 1. Market share broadband di Dunia


(3)

Pengguna internet di Indonesia telah menggunakan layanan internet hampir dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, pemerintahan, administrasi, sosialisasi, networking (jejaring sosial), dan bisnis. Pertumbuhan internet mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang besar sehingga akselerasi pertumbuhan aksesibilitas ke internet menjadi pilihan teknologi yang paling tepat, murah, dan terjangkau. Menurut Singh (2009) dalam Hayati (2011), teknologi mobile broadband mampu mendongkrak keuntungan bisnis dan sektor pendidikan.

Beberapa mobile broadband berbasis GSM (Global System for Mobile Communication) seperti TelkomselFlash dari telkomsel, IM2 dari indosat, XL Unlimited dari PT. Excelcomindo Pratama, Three dari PT Hutchison CP Telecommunication, dan yang berbasis CDMA (Code Division Multiple Access) terdapat Smart dari PT. Smart Telecom, AHA ESIA dari Mobile Group Bakrie Connectivity, Axis dan StarOne dari Indosat.

Meskipun Indonesia merupakan negara berkembang, namun Indonesia adalah tempat yang potensial untuk mengembangkan bisinis di bidang teknologi informasi khususnya internet. Oleh karena itu industri layanan internet dinilai sebagai sebuah peluang yang sangat bagus bagi sebagian perusahaan. Banyaknya layanan internet yang bermunculan sekarang ini, menyebabkan semakin ketatnya persaingan di industri internet yang mengharuskan para produsen meningkatkan promosi produk yang menarik bagi konsumen dengan menonjolkan keunggulan dari produk layanan internet tersebut terutama untuk produk yang baru.

Berbagai media promosi dapat digunakan untuk melakukan promosi secara efektif dan efisien, mulai dari iklan di televisi, radio, surat kabar, media sosial, direct selling, sampai word of mouth. Promosi yang dilakukan pun harus menonjolkan keunggulan produk yang dimiliki mulai dari desain produk, harga, sampai bentuk iklan yang unik guna menarik perhatian konsumen.

Salah satu media promosi yang ramai dikunjungi oleh konsumen dan dimanfaatkan oleh perusahaan adalah media elektronik atau yang biasa dikenal dengan televisi. Iklan di televisi memiliki kelebihan yaitu dapat


(4)

4

mendemonstrasikan penggunaan produk, menggabungkan gambar, suara, dan gerakan; merangsang indera; mampu memberikan kegembiraan; dapat menggunakan humor; perhatian tinggi; jangkauan tinggi; efektif dengan tenaga penjualan perusahaan dan perdagangan; kemampuan mencapai dampak yang diinginkan. Namun, terdapat beberapa kelemahan pada iklan di televisi yaitu, memerlukan biaya absolut tinggi; kekacauan tinggi; paparan bergerak kilat; erosi penonton televisi; fraksionalisasi penonton; pemilihan audiens kurang; zipping dan zapping (Kotler, 2005).

Menurut hasil survey lembaga riset The Nielsen Company Indonesia menyebutkan bahwa proporsi belanja iklan di televisi merupakan yang paling besar yaitu sebesar 62 persen, kemudian koran sebesar 35 persen. Majalah dan tabloid sebesar 3 persen. Angka – angka tersebut berdasarkan pantauan survei Nielsen pada 24 stasiun televisi, 95 surat kabar, serta 163 majalah dan tabloid2. Terutama untuk produk baru, tentunya memasang iklan di televisi memiliki dampak yang besar terhadap konsumen untuk memengaruhi proses pembelian atau minimal memberikan imajinasi produk kepada penonton dan tidak terkecuali untuk produk layanan AHA milik PT Bakrie Connectivity yang melakukan promosi secara besar-besaran untuk produk barunya.

Layanan internet AHA merupakan merek baru bagi masyarakat milik PT. Bakrie Connectivity (BCONNECT). PT. Bakrie Telecom, Tbk. adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA di Indonesia. Bakrie Walaupun AHA bukan pelopor broadband berbasis CDMA di Indonesia, dan yang menggunakan kecepatan evdo tetapi AHA berhasil menerobos pasar industri broadband di Indonesia karena AHA memiiki inovasi di bidang teknologi dan harga yang bersaing serta promosi yang dilakukan secara gencar-gencaran. Telecom memiliki produk layanan dengan nama produk Esia, Wifone, Wimode, dan BConnect. Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan nama PT Ratelindo, yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasis Extended Time Division Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003, PT

2. (http://swa.co.id/2010/07/belanja-iklan-indonesia-semester-i-2010-capai-rp-285-triliun/ [27, Januari 2012]


(5)

Ratelindo berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom, yang kemudian bermigrasi ke CDMA2000-1x, dan memulai meluncurkan produk Esia.

Pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go-public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta. Pada 17 September 2007, pemerintah Indonesia memberikan lisensi atas jaringan tetap sambungan langsung internasional Indonesia kepada Bakrie Telecom. Sebagai bagian dari lisensi ini, Bakrie Telecom diharuskan membangun jaringan tetap untuk sambungan langsung internasional. Pada bulan Juni 2010, Bakrie Telecom memiliki anak usaha baru yaitu Bakrie Connectivity atau BCONNECT yang akan bergerak di bidang data broadband. Untuk langkah awalnya, BCONNECT telah meluncurkan modem AHA yang sudah built-in dengan browser Google Chrome di dalamnya.

AHA adalah layanan akses Internet berkecepatan tinggi berbasis jaringan CDMA (Code Division Multiple Access) 1X-EVDO (Evolution Data Optimize) Rev A. Edvo merupakan sebuah standar pada wireless broadband berkecepatan tinggi. Evdo merupakan satu dari dua macam standar utama nirkabel Generasi ke-3 atau 3G, adapun standar yang lainnya adalah CDMA. Selain itu Bakrie Connectivity juga mengumumkan kolaborasinya dengan Google International ditengah persaingan yang ketat di industri broadband. Google yang dikenal sebagai layanan pencarian web terbesar meluncurkan produk terbarunya Google Chrome yang telah di modifikasi secara khusus untuk AHA. Sebuah mesin pencari web (internet browser) terbaru dari Google untuk browsing experience yang lebih cepat, sesuai dengan visi Bakrie Connectivity, konsumen bisa menikmati aplikasi Google Chrome dalam versi bahasa Indonesia di produk-produk Bakrie Connectivity.

Kesepakatan kerjasama dengan Google adalah suatu pencapaian awal dan kebanggaan bagi Bakrie Connectivity, sebagai perusahaan baru jalinan kerjasama dengan perusahaan multi nasional terkemuka seperti Google akan membawa keuntungan dimana produk-produk AHA akan secara langsung terintegrasi dengan berbagai produk Google menjadi kombinasi yang sempurna dimana sebuah internet cepat (faster internet) berpadu dengan


(6)

6

browser cepat (faster browser) untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pengguna internet di Indonesia.

Konsep iklan yang ditawakan oleh AHA adalah dengan menonjolkan keunggulan dari AHA yaitu kecepatan evdo yang super cepat dan stabil, harga yang dapat disesuaikan dengan kecepatan yang diinginkan, serta mempublikasikan bahwa AHA merupakan layanan internet pertama yang bekerja sama dengan Goggle Chrome sehingga memiliki keunggulan-keunggulan teknologi yang tidak diragukan lagi. Iklan televisi yang

dikeluarkan layanan AHA adalah versi “I Like it” dengan jinglenya yang khas,

bermaksud menarik respon dari penonton televisi dan memperkenalkan layanan internet yang diproduksi PT. Bakrie Conectivity ke Indonesia. Iklan tersebut secara tidak langsung menjadikan batu loncatan bagi kemajuan layanan internet AHA di Indonesia. AHA merupakan jawaban broadband dengan teknologi yang mengikuti perkembangan teknologi saat ini.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah iklan layanan internet mobile broadband AHA versi “I Like it” pada televisi mampu mengkomunikasikan pesannya secara efektif kepada konsumen?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembelian nyata sehingga dapat mengklasifikasikan antara kelompok mahasiswa yang membeli dan tidak membeli broadband AHA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis efektivitas iklan televisi layanan internet mobile broadband

AHA versi “I Like it” dalam mengkomunikasikan pesan iklannya kepada

konsumen.

2. Menentukan faktor – faktor yang mempengaruhi pembelian nyata sehingga dapat mengklasifikasikan mahasiswa kedalam kelompok yang membeli dan tidak membeli broadband AHA.


(7)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perusahaan, untuk memberikan masukan bagi pihak PT. Bakrie Connectivity tentang seberapa efektif penayangan iklan televisi broadband AHA yangg telah dilakukan, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai evaluasi strategi pemasaran pada umumnya dan periklanan pada khususnya.

2. Kalangan akademis, sebagai data dasar bagi para peneliti dibidangnya. 3. Masyarakat yang ingin menambah pengetahuan serta wawasan mengenai

efektivitas iklan dan faktor yang mempengaruhi niat beli pada konsumen. 1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada menganalisis efektivitas iklan televisi layanan internet mobile broadband AHA versi “I Like It” dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian nyata konsumen serta membandingkan pandangan antara konsumen yang membeli produk dan tidak membeli produk. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada mahasiswa strata I IPB yang menyaksikan iklan layanan internet AHA di televisi.


(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pemasaran merupakan proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses suatu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran sering digambarkan dengan sebagai “seni menjual produk,” tetapi orang heran ketika mereka mendengar bahwa bagian yang paling penting dari pemasaran adalah bukan penjualan! Penjualan itu hanya merupakan ujung gunung es pemasaran (Kotler, 2005).

2.1.2 Strategi Pemasaran

Pemasar perlu merancang strategi berdasarkan perilaku konsumen dan untuk mengembangkan strategi yang kompetitif, pemasar perlu mengetahui konsumen mana yang cenderung membeli produknya, faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka menyukai produk tersebut, kriteria apa yang dipakai dalam pemutusan pembelian produk, bagaimana mereka memperoleh informasi tentang produk dan lain sebagainya. Strategi pemasaran ditujukkan untuk mengetahui keadaan pasar serta apa yang diinginkan oleh pasar agar dapat bersaing secara kompetitif dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Umumnya strategi perusahaan terangkum dalam STP (segmentation, targeting, dan positioning) yang dibangun oleh internal perusahaan tersebut.


(9)

1. Segementasi Pasar

Menurut Kotler dan Amstrong (2008), segementasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri.

a. Segmentasi Geografis

Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah, kabupaten, kota, atau lingkungan sekitar.

b. Segementasi Demografis

Segmentasi ini membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan.

c. Segmentasi Psikografis

Segmentasi ini membagi pasar menjadi kelompok berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian.

d. Segmentasi Perilaku

Segmentasi ini membagi pembeli menjadi kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau respons terhadap sebuah produk.

2. Target pasar

Segmentasi pasar mengungkapkan peluang segmen pasar perusahaan. Setelah itu perusahaan harus mengevaluasi segmen-segmen tersebut dan memutuskan jenis segemen yang akan dilayani (target pasar). Menurut Kotler dan Amstrong (2008), penetapan target pasar adalah sebuah proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki.


(10)

10

3. Positioning

Setelah memustuskan segmen pasar mana yang akan menjadi sasaran atau target, perusahaan juga harus memutuskan proposisi nilai yang terdeferensiasi untuk segmen sasaran dan posisi apa yang ingin diduduki perusahaan dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah cara produk didefinisikan oleh konsumen terhadap atribut penting, tempat dimana produk berada dalam pikiran konsumen dibandingkan produk pesaing. Positioning adalah pengaturan produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda, dan diinginkan dibandingkan produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008).

2.2 Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusaahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2008). Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Menurut Shimp (2003), komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Terdapat lima bentuk utama dari komunikasi pemasaran (Tjiptono, 2008), yaitu:

1. Penjualan perseorangan (personal selling) adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.

2. Mass Selling terdiri atas periklanan dan publisitas merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Metode ini memang tidak sefleksibel personal selling namun merupakan alternatif yang lebih murah


(11)

untuk menyampaikan informasi ke khalayak (pasar sasaran) yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar luas.

3. Promosi Penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai intensif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.

4. Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dan suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan kelompok-kelompok adalah mereka yang terlibat, mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya seperti karyawan dan keluarganya, pemegang saham, pelanggan, khalayak/ orang-orang yang tinggal disekitar organisasi, pemasok, perantara, pemerintah, serta media massa.

5. Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interakttif yang memanfatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi disembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi promosi ditujukkan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan komunikasi tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan.

2.3 Periklanan

Menurut Tjiptono (2008), iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. AMA (American Marketing Association) dalam Tjiptono (2008), mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas. Sedangkan yang dimaksud dengan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan.


(12)

12

2.3.1 Tujuan Periklanan

Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya (Shimp, 2003) adalah

1. Informing, membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif

2. Persuading. Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diklankan.

3. Reminding. Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen.

4. Adding value .Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran-penawaran mereka, yaitu inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi konsumen.

5. Assisting (mendampingi) upaya-upaya lain dari perusahaan. Periklanan hanyalah satu anggota atau alat dari tim atau bauran komunikasi pemasaran yang membantu perwakilan penjualan. 2.3.2 Efektivitas Periklanan

Menurut Shimp (2003), pada taraf minimum iklan yang baik (atau efektif) memuaskan beberapa pertimbangan berikut ini :

1. Iklan harus memperpanjang suatu strategi pemasaran. Iklan bisa menjadi efektif hanya apabila cocok dengan elemen lain dari strategi komunikasi pemasaran yang diarahkan dengan baik dan terintegrasi.

2. Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang konsumen. Para konsumen membeli manfaat-manfaat produk, bukan atribut/lambangnya. Oleh karena itu, iklan harus dinyatakan dengan cara yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan,


(13)

keinginannya, serta apa yang dinilai oleh konsumen daripada si pemasar.

3. Periklanan yang efektif harus persuasif. Persuasif biasanya terjadi ketika produk yang di iklankan dapat memberikan keuntungan tambahan bagi konsumen.

4. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos kerumunan iklan. Pada pengiklanan secara kontinyu berkompetisi dengan para pesaingnya dalam menarik perhatian konsumen. 5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa

diberikan. Intinya adalah menerangkan dengan apa adanya, baik dalam pengertian etika serta dalam pengertian bisnis yang cerdas. 6. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang berlebihan.

Tujuan iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi; tujuannya bukan membagus-baguskan yang bagus dan melucu-lucukan yang lucu.

2.4 Televisi

Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personal dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan (clutter) dalam persaingan (Shimp, 2003). Namun televisi merupakan media promosi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sehingga televisi merupakan pemilihan sarana yang tepat untuk mempromosikan produk terlebih lagi produk yang masih baru.

Televisi dianggap sebagai media periklanan yang sangat kuat karena dapat menjangkau wilayah sangat luas. Terdapat 3 jenis iklan televisi (Kotler & K.L. Keller, 2006) :

1. Iklan televisi yang menjual. Iklan televisi yang menjual memfokus pada atribut khusus dari suatu produk; tujuannya adalah menstimulasi ketertarikan pada produk dan keinginan untuk membeli

2. Iklan televisi yang mecitrakan. Iklan televisi yang mencitrakan, memiliki fokus pada penciptaan aura atau citra untuk produk, servis, atau perusahaan. Iklan jenis ini juga menjual ide. Tujuannya adalah


(14)

14

membuat konsumen memiliki perasaan positif mengenai perusahaan, produk, atau jasa, yang berujung pada penjualan

3. Iklan televisi yang menginformasikan. Iklan televisi yang menginformasikan tentang suatu kegiatan atau pesan publik dan berfokus menginformasikan atau mempengaruhi publik tentang suatu yang terdapat dalam kehendak sendiri; biasanya, penjualan bukanlah tujuan akhirnya.

2.5 Definisi Konsumen

Sumarwan (2003), mendefinisikan bahwa konsumen dapat dibedakan menjadi konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen akhir dalam penggunaan barang dan jasa yang melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat digunakan orang lain seperti anggota keluarga dan teman. Sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang menggunakan produk untuk menjalankan kegiatan organisasi, seperti organisasi bisnis, yayasan dan lembaga lainnya.

2.5.1 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menuyusi tindakan ini (Engel, et al 1994). Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik dari segi pemasar ataupun konsumen. Menurut Engel, et al (1994), terdapat 3 pengaruh yang mendasari pada perilaku konsumen dan bisa dibilang paling berperan terhadap tindakan perilaku apa yang akan diambil oleh konsumen, yaitu :

1. Pengaruh Lingkungan

Berdasarkan faktor lingkungan, perilaku proses keputusan konsumen akan dipengaruhi oleh budaya, sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. Pengaruh lingkungan pada perilaku konsumen adalah mulai dari budaya yang luas hingga situasi yang spesifik. Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol


(15)

lain yang bermakna yang mebantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Kelas sosial adalah pembagian didalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Individu tersebut dibedakan oleh perbedaan status sosioekonomi yang berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi. Status kelas sosial kerap menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda (misalnya merek dan model mobil yang dikendarai serta model pakaian yang disukai).

Sebagai seorang konsumen, seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh mereka yang berhubungan erat dengan kita. Kita mungkin berespon terhadap terhadap tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Pengaruh pribadi adalah subjek yang penting di dalam penelitian konsumen sejak penelitian tersebut menjadi bidang studi yang serius.

Keluarga seringkali merupakan unit pengambilan keputusan utama, tentu saja dengan pola peranan dan fungsi yang kompleks dan bervariasi. Keluarga merupakan pembentukan keputusan pembelian dan konsumsi. Dibandingkan dengan kelompok – kelompok lain dengan mana seseorang berhubungan langsung, keluarga memainkan perana terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia.

Sebuah perilaku akan sejalan dengan situasi yang terjadi. Apabila situasi berubah secara otomatis akan merubah perilaku. Terkadang perubahan ini tidak menentu dan tidak dapat diramalkan.

2. Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perbedaan individu mencakup beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi.


(16)

16

Setiap orang membawa tiga sumber daya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu waktu, uang, dan perhatian (penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Umumnya terdapat keterbatasan yang jelas pada ketersediaan masing-masing, sehingga memerlukan semacam alokasi yang cermat.

Keterlibatan konsumen merupakan faktor pengarah yang potensial dan dipahami sebagai pengaruh pemotivasi yang utama. Motif merupakan suatu predisposisi abadi yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan tertentu.

Pengetahuan atau hasil belajar dapat didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakupi susunan luas informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, dimana dan kapan untuk membeli, dan bagaimana menggunakan produk. Periklanan dan penjualan adalah benar – benar memberikan pengetahuan dan informasi yang relevan, khusunya di bawah pemecahan masalah yang diperluas.

Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap merupakan variabel terpenting yang dimanfatkan didalam studi perilaku manusia.

Kepribadian produk dapat dilihat dari bentuk citra merek. Strategi pemasaran harus berfokus pada pencocokan kepribadian konsumen dengan kepribadian produk. Kepribadian dapat membantu peramalan terhadap jenis perilaku konsumen.

Gaya hidup merupakan pola yang digunakan orang untuk hidup dan menghambiskan waktu serta uang. Para peneliti seperti William Wells, merancang inventaris yang ekstensif dari Activities (Kegiatan), Interests (minat), dan Opinions (opini) (ukuran AIO)


(17)

yang mengukur beberapa ciri kepribadian, nilai, kepercayaan, preferensi, dan pola perilaku.

Sasaran dari demografi adalah mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pendapatan, dan pendidikan. Penekannya selalu pada trnd di dalam prilaku pengeluaran. Bila disertai dengan penelitian psikografik, demografi dapat memberikan keterangan mengenai sifat dan komposisi pasar.

3. Proses Psikologis

Pengolahan informasi manusia, pembelajaran, dan perubahan sikap semua merupakan minat utama dari penelitian konsumen. Komunikasi adalah kegiatan pemasaran inti. Oleh karena itu, penelitian konsumen sudah lama berkepentingan dengan penemuan bagaimana orang menerima, pengolah, dan mengerti komunikasi pemasaran. Penelitian pengolahan informasi menyampaikan cara-cara di mana informasi di transformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan, didapatkan kembali, dan digunakan.

Siapa saja yang berusaha mempengaruhi konsumen sebenarnya sedang mencoba menghasilkan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses di mana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Proses belajar harus dimengerti bila pemasaran diharapkan untuk membujuk.

Perubahan dalam sikap dan peilaku adalah sasaran pemasaran yang lazim. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek yang dituju.

2.5.2 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli seperti penjelasan berikut menurut Kotler (2005), yaitu:

1. Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus


(18)

18

hidup keluarga, bersama dengan situasi keuangan dan minat produk yang berbeda-beda untuk masing-masing kelompok. 2. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Semakin tinggi jabatan,

semakin mahal pula produk-produk yang akan dibeli sesuai dengan keadaan ekonomi mereka masing-masing.

3. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menngambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.

4. Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian adalah karakteristik psikologi seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya juga berhubungan dengan konsep diri yaitu bagaimana ia memandang dirinya.

2.5.3 Proses Keputusan Pembelian

Menurut Philip Kotler dan Garry Amstrong (2008), Keputusan pembelian terdiri dari lima tahap : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian. Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam waktu yang lama setelah pembelian, sehingga pemasar harus memusatkan perhatian kepada keseluruhan proses pembelian dan bukan hanya pada keputusan pembelian.

Gambar 2. Proses pengambilan keputusan (Kotler dan Amstrong, 2008)

Pengenalan kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

Perilaku pascapembelian


(19)

Konsumen melewati seluruh lima tahap tersebut untuk semua pembelian yang dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering menghilangkan atau membalik urutan tahap tersebut.

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal seperti iklan.

Konsumen yang tertarik akan mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Pencarian informasi akan dilakuakan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai macam sumber. Sumber-sumber ini meliputi Sumber-sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs Web, penyalur, kemasan, tampilan), sumber publik (media massa, organisasi pemeringkat konsumen, pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk). Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi tentang sebuah produk dari sumber komersial, sumber yang dikendalikan oleh pemasar. Meskipun demikian, sumber yang paling efektif cenderung pribadi. Ketika semakin banyak informasi yang diperoleh, kesadaran konsumen dan pengetahuan akan merek dan fitur yang tersedia meningkat.

Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor yang kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.


(20)

20

Pekerja pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Hal yang menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan pembeli adalah hubungan antara ekspetasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspetasi maka konsumen puas, jika produk melebihi ekspetasi, konsumen sangat puas. Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen.

2.6 Pengertian Broadband

Internet broadband adalah istilah generik yang digunakan untuk berbagai jenis koneksi internet dengan menggunakan teknologi broadband. Pengertian broadband dalam arti harfiah, berarti jangkauan frekuensi yang luas yang digunakan untuk mengirim dan menerima data3.

2.7 Impulse Buying

Menurut Sumarwan (2002), jenis pembelian konsumen terbagi menjadi tiga macam yaitu pembelian yang terencana sebelumnya, pembelian yang separuh terencana dan pembelian yang tidak terencana. Pembelian yang terencana sepenuhnya dalah jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan. Ketika konsumen sudah mengetahui produk yang ingin dibeli dan keputusan merek yang akan dibeli diputuskan pada saat di dalam toko, pembelian bisa digolongkan dalam pembelian yang separuh terencana.

Beberapa konsumen sering kali membeli produk atau jasa tanpa direncanakan terlebih dahulu. Hal ini dapat disebabkan oleh penataan display atau pemotongan harga. Display atau peragaan tersebut telah membangkitkan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen merasakan kebutuhan yang mendesak untuk membeli produk yang sedang dipromosikan tersebut. Keputusan pembelian seperti ini disebut sebagai pembelian impulsif (impulse purchasing/impulse buying) (Sumarwan, 2002).

3. http://www.jaringankomputer.org/internet-broadband-pengertian-dan-jenis-jenis-koneksi-internet-broadband/ [12 maret 2012]


(21)

Berdasarkan penelitian Rook (1982) dalam Engel (2002), pembelian berdasar impulse tidak didasarkan pada pemecahan masalah konsumen dan paling baik dipandang dari perspektif hedonik atau pengalaman. Pembelian berdasar impulse mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :

1. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respon terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.

2. Dorongan untuk membeli dengan segera. Ada motivasi untuk mengesampingkan yang lain dan bertindak dengan seketika.

3. Kesenangan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi.

4. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

2.8 ConsumerDecision Model (CDM)

Menurut John Howard A adalah Duriyanto, dkk (2003), Consumer Decision Model (CDM) adalah suatu model dengan enam variabel yang saling berhubungan, yaitu : Pesan iklan (F, finding information), Pengenalan merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase). Consumer Decision Model (CDM) merupakan proses pembedaan dan pengelompokkan bentuk-bentuk pikiran konsumen. Gambar model CDM dapat terlihat dalam Gambar 4.

Gambar 3. Model consumer decision model (Durianto dkk, 2003)

F B

C

A

P I


(22)

22

Masing-masing variabel berinteraksi dan saling mendukung, dan berakhir dengan pembelian. Alur model tersebut berawal dari konsumen yang menerima informasi atau pesan iklan (F). Informasi yang diterima dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek oleh konsumen (B) atau dari informasi yang dapat langsung menambah perbendaharaan pikiran konsumen sebagai tingkat kepercayaan (C). Atau, dari informasi itu yang sesuai dengan kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan membentuk sikap (A). Kemudian dari pengenalan merek (B) dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, kemudian membentuk sikap (A), serta menambah tingkat kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan, sehingga diharapkan mampu menimbulkan niat beli (I) konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian nyata (P). Berikut adalah paparan ke enam variabel tersebut :

1. Pesan Iklan (Information)

Informasi dalam pesan iklan dapat diberikan melalui brosur, surat kabar, radio, televisi, internet, pemberitahuan antarpribadi yang merupakan sumber informasi bagi calon pembeli, ataupun media-media lainnya. Pesan iklan yang ideal menurut Kotler (1998) dalam Durianto, dkk (2003) harus mampu menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan (action).

Pesan dalam iklan seharusnya menyatakan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk, menginformasikan sesuatu yang eksklusif yang tidak ada pada produk lain sejenis, dapat dipercaya, dan dapat dibuktikan.

Menurut John Howard (1994) dalam Durianto, dkk (2003), pesan iklan dalam Consumer Decision Model (CDM) merupakan variabel penentu dari keenam variabel. Pesan iklan dapat disampaikan dalam bentuk angka, huruf, ataupun kalimat yang dapat menjalankan suatu


(23)

sistem. Pesan iklan adalah seperti pendorong, maksudnya suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan calon pembeli.

Consumer Decision Model (CDM) menunjukkan bahwa pesan iklan (informasi) dapat menyebabkan calon pembeli mengenal suatu merek, mengevaluasi merek-merek yang dibutuhkan calon pembeli, menentukan sikap dan mengukur seberapa besar kepuasan konsumen terhadap suatu merek serta atribut – atribut lainnya suatu produk.

2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)

Pengenalan merek (B) merupakan ukuran brand awarness responden. Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui ciri-ciri suatu merek. Pengenalan ini memungkinkan terbentuknya sikap terhadap merek atau meningkatkan keyakinan konsumen pada suatu merek. John A Howard (1994) dalam Durianto, dkk (2003), menegaskan bahwa pengenalan merek terkait dengan tingkat pengenalan pembeli akan ciri atau keistimewaan produk dibandingkan produk-produk sejenis lainnya.

Kesan merek secara keseluruhan terbentuk dari tiga elemen, yaitu Pengenalan Merek (Brand Recognition), Sikap Konsumen (Attitude), dan Kepercayaan Konsumen terhadap produk (Confidence). Pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap dan keyakinan konsumen. 3. Sikap Konsumen (Attitude)

Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1999) dalam Durianto, dkk (2003), sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon akan hanya timbul jika individu dihadapkan pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individu. Data mengenai sikap konsumen telah menjadi kebutuhan bagi para produsen untuk memahami sikap konsumen. Menurut Assael (1995) dalam Durianto, dkk (2003) maka produsen akan dapat mengetahui bagaimana mereka melayani konsumen secara individual. Bagi para produsen, data tersebut tidak hanya bermanfaat untuk melihat sikap konsumen di masa lalu, namun juga berguna untuk meramalkan sikap konsumen untuk masa yang akan datang.


(24)

24

Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen. Iklan yang diminati atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk. Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi minat pembelian produk.

Sikap konsumen merupakan elemen kedua dari elemen-elemen yang membentuk kesan merek. Sikap konsumen terhadap merek dapat diartikan sebagai penyampaian apa yang diharapkan pembeli agar dapat memuaskan kebutuhan pembeli. Oleh karena itu, sikap konsumen dapat memacu keinginan atau niat untuk membeli produk.

4. Kepercayaan Konsumen (Confidence)

Menurut Russel dan Lane (1990) dalam Durianto, dkk (2003), kepercayaan atau keyakinan merupakan tingkat kepastian konsumen yang menyatakan keyakinan dan penilaiannya terhadap suatu produk yang dinilai bebas. Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek akan terus meningkat jika yang diperkirakan konsumen dapat dijelaskan dan digambarkan melalui keterbatasan merek lain. Dalam hal ini, pesan iklan yang disampaikan dan diketahui oleh konsumen untuk suatu merek.

Kepercayaan konsumen adalah bagaimana pembeli dapat yakin akan keputusan mereka terhadap suatu merek, apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan konsumen atau tidak. Kepercayaan konsumen dapat meningkat jika calon pembeli sudah mendapatkan keterangan yang jelas yang didapat konsumen dari pesan iklan (informasi) yang ditanyakan televisi secara berulang-ulang, brosur, pemasaran langsung, dan lainnya.

5. Niat Beli (Intention)

Niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu


(25)

produk maupun untuk untuk memprediksi perilaku konsumen di masa mendatang.

Niat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dan keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunya niat beli konsumen.

6. Pembelian Nyata (Purchase)

Pembelian nyata merupakan saat konsumen membayar atau membuat surat hutang dalam jumlah tertentu untuk membeli suatu produk pada waktu tertentu. Pembelian nyata muncul karena konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir Consumer Decision Model (CDM), baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun untuk konsumen yang melakukan pembelian ulang.

Berdasarkan pendekatan CDM, pengukuran efektivitas iklan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel F (pesan iklan), B (pengenalan merek), C (keyakinan konsumen), dan A (sikap konsumen) terhadap I (niat beli) suatu merek atau produk dan juga untuk mencari informasi, apakah terdapat variabel antara dan variabel bukan antara dari B (pengenalan merek), C (keyakinan konsumen), dan A (sikap konsumen) yang dapat mempengaruhi F (pesan iklan) terhadap I (niat beli).

2.9 Structural Equation Modelling (SEM)

2.9.1 Definisi Structural Equation Model

Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu teknik statistika yang mampu menganalisa hubungan peubah laten, peubah indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Disamping hubungan kausal searah, metode SEM memungkinkan untuk menganalisis hubungan dua arah (Ghozali et al, 2005).

Konstruk laten adalah variabel-variabel yang tidak dapat diobservasi, sehingga tidak dapat diukur secara langsung. Pengamatan pada variabel laten melalui efek pada variabel-variabel terobservasi.


(26)

26

Variabel terobservasi dalah indikator-indikator yang dapat diukur (Ghozali, et al,2005).

Dalam model SEM, konstruk laten berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu : variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain (variabel independen didalam model regresi). Sedangkan variabel endogen dalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Dalam model SEM, variabel endogen dapat berperan menjadi variabel independen apabila variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lain (Ghozali, et al, 2005).

Menurut Ghozali, et al (2005), proses Structural Equation Modelling mencakup beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu konseptual model, penyusunan diagram alur, spesifikasi model, identifikasi model, estimasi parameter, penilaian model fit, modifikasi model, validasi silang model.

Secara teknis SEM dibagi 2 (dua) kelompok yaitu SEM berbasis kovarian yang diwakili LISREL dan SEM variance atau sering disebut Component Based SEM yang mempergunakan software SmartPLS dan PLS Graph. Covariance Based SEM lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sedangkan Component Based SEM dengan PLS bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel (Ghozali et al, 2008).

Tabel 3. Perbedaan Antara PLS dan CBSEM

No Kriteria PLS CBSEM

1 Tujuan Berorientasi prediksi Berorientasi parameter 2 Pendekatan Berdasarkan variance Berdasar covariance 3 Asumsi Spesifikasi prediktor Multivariate normal

distribution, independence observation (parametric)


(27)

4 Estimasi Parameter

Konsisten sebagai indikator dan sample size meningkat

Konsisten

5 Skor variabel laten

Secara eksplisit diestimasi

Inderteminate 6 Hubungan

epistemic antara variabel laten dan indikatornya

Dapat dalam bentuk formatif maupun reflektif indikator

Hanya dengan reflektif indikator

7 Implikasi Optimal untuk ketepatan prediksi

Optimal untuk ketepatan parameter 8 Kompleksitas

model

Kompleksitas besar (100 konstruk dan 1000 indikator)

Kompleksitas kecil sampai menengah (kurang dari 100 indikator)

9 Besar sample Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang memiliki jumlah prediktor terbesar. Minimal

direkomendasikan dari 30 sampai 100 kasus

Kekuatan analisis didasarkan pada model spesifik minimal direkomendasikan berkisar dari 200 sampai 800

Sumber : Ghozali (2008)

2.9.2 Bentuk Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least

Squares (PLS)

PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold (1996) sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator (Ghozali, 2008). Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu (dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio). PLS merupakan metode analisis powerfull karena tidak didasarkan banyak asumsi, jumlah sampel kecil dan residual distribusi. Walaupun PLS juga dapat digunakan untuk mengonfirmasi teori, tetapi juga untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel laten.

Model analisis jalur semua varibel laten dalam PLS terdiri atas 3 set hubungan, yaitu :


(28)

28

1. Inner Model (Inner relation, structural model dan substantive theory)

Inner Model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori. Model struktural dievaluasi dengan melihat nilai R-square untuk konstruk laten dependen, stone Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji T, serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Peubah nilai R-square dpat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen.

2. Outer model (Outer Reletion atau Measurement Model)

Outer Model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikator. Outer Model terdiri dari 2 macam mode, yaitu mode reflective (mode A) dan mode formative (mode B). Mode reflektif merupakan relasi dari peubah laten ke peubah indikator

atau “effect”. Sedangkan mode formative merupakan relasi dari

peubah indikator membentuk peubah laten “causal”. 3. Weight Relation

Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten di estimaasi dalam PLS sebagai berikut :

ξb = ΣkbWkbXkb ... (1)

ηi= ΣkiWkiXki ... (2)

Keterangan :

Wkb dan Wki = k weight yang digunakan untuk membentuk

estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah

linear agregat dari indikator yang nilai weightnya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasikan oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel laten eksogen (independen), ε merupakan faktor residual dan β serta Γ adalah matrik koefisien jalur (path coefficient).


(29)

2.10 Penelitian Terdahulu

Indri (2011) mengenai Analisis Efektivitas Iklan Televisi dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Es Krim Wall’s Magnum Berdasarkan Krakteristik Gender yang menyatakan pada mahasiswi bahwa iklan televisi es krim Walls Magnum Treatment Royal Temptation sudah mampu membangun pengenalan merek dan sikap konsumen sampai timbul niat beli namun melalui jalur bawah dan pada mahasiswa hanya efektif sampai dengan membangun kepercayaan dan sikap mahasiswa, tidak sampai kepada niat beli dan pembelian nyata.

Gery (2011) mengenai Pengukuran Analisis Model Struktural dan

Analisis Diskriminan Es Krim Wall’s Magnum pada Konsumen Pengguna

Social Media menyatakan bahwa penggunaan efektivitas social media es krim Wall’s Magnum dalam mengkomunikasikan informasinya kepada konsumen berpengaruh efektif hingga kepembelian nyata. Faktor status kemahasiswaan, saran keluarga, bentuk kemasan, merek, pengetahuan produk, dan kepercayaan adalah faktor-faktor yang menurut persepsi laki-laki sebagai faktor yang berpengaruh dalam keputusan pembelian sehingga terciptanya rasa menyukai produk es krim Wall’s Magnum Classic. Faktor status kemahasiswaan , pengetahuan varian es krim, bentuk kemasan, harga, merek, manfaat, dan gaya hidup adalah faktor-faktor yang menurut persepsi perempuan sebagai faktor yang berpengaruh dalam keputusan pembelian sehingga terciptanya rasa menyukai produk es krim Wall’s Magnum Classic.

Indah (2011) mengenai Analisis Penerapan Quality of Work Life (QWL) Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Karyawan yang menyatakan berdasarkan hasil PLS, tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kepuasan kerja dan komitmen karyawan baik wanita maupun pria. Hal ini diperkuat dengan hasil pengujian aniva yang menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kepuasan kerja dan komitmen karyawan antara wanita dan pria tidak signifikan.


(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Perkembangan teknologi dewasa ini sangatlah cepat. Perkembangan teknologi menunjukkan tingkat kemajuan dan perkembangan suatu negara. Perkembangan teknologi tidak luput dalam hal mencakup penyebaran informasi. Pada zaman era teknologi sekarang ini, kemudahan dan kecepatan informasi menjadi prioritas bagi sebagian kalangan. Seiring perkembangan teknologi informasi, layanan internet merupakan suatu hal lumrah yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini, oleh karena itu layanan internet dinilai sebagai sebuah peluang yang sangat bagus bagi sebagian pengusaha. Salah satu media informasi yang populer adalah internet. Internet terus mengalami perkembangan mulai dari jaringan internet yang menggunakan kabel telefon, jaringan wifi, sampai dengan teknologi broadband. Layanan internet yang menggunakan broadband memiliki keunggulan, yaitu praktis dan simple. Sehingga dimanapun dan kapanpun dapat mengakses layanan informasi melalui internet. Pengguna internet pun didominasi oleh kalangan remaja yaitu sebesar 64 persen.

Persaingan di industri teknologi internet sangatlah ketat karena dinilai memiliki peluang yang besar dalam dunia bisnis. Para pengusaha di bidang broadband ini berlomba-lomba melakukan promosi secara gencar-gencaran baik secara langsung ataupun melalui media. Iklan merupakan bagian yang mendapatkan perhatian khusus, baik dari segi konsumen maupun produsen. Iklan di televisi dianggap mampu menyampaikan pesan secara baik dari segi fisik maupun emosional produsen. Iklan televisi memiliki kekuatan yang mampu memberikan pengaruh dan dampak komunikasi yang kuat karena menggunakan audio, visual, dan gerak.

Tujuan iklan adalah untuk memberikan pengaruh agar terjadi perubahan sikap dan perilaku konsumen untuk melakukan keputusan pembelian yang diharapkan produsen akan berakhir pada pembelian nyata konsumen terhadap produk. Produsen broadband AHA membuat iklan dengan tujuan untuk memperkenalkan produknya serta membangun citra merek dari produknya


(31)

tersebut. Iklan broadband AHA versi “I Like it” menonjolkan kelebihan broadband ini dalam hal kerjasamanya dengan Google Chrome. Iklan broadband AHA ini sangat menarik untuk dibicarakan karena broadband AHA adalah suatu produk yang baru. Untuk itu perlu diadakan penelitian mengenai efektivitas iklan broadband AHA dalam keputusan pembelian broadband terutama di kalangan mahasiswa. Sehingga produsen mengetahui hasil dari rancangan komunikasi pemasaran melalui iklan televisi.

Penelitian ini menggunakan dua alat analisis, yaitu Consumer Decision Model yang digunakan bersamaan dengan Analisis Model Struktural (SEM) yang digunakan untuk mengetahui efektivitas iklan televisi broadband AHA. Selain itu, model CDM ini juga dipergunakan untuk mengetahui apakah adanya perilaku impulse buying yang dapat ditimbulkan oleh iklan televisi broadband AHA versi “ I Like it”. Impulse buying adalah pembelian yang tidak direncanakan atau pembelian yang dilakukan secara langsung setelah konsumen menonton iklan broadbandAHA versi “I Like it”.Impulse buying pada model CDM ditunjukkan dengan pesan iklan yang memiliki hubungan langsung terhadap pembelian nyata dan pesan iklan yang memiliki hubungan langsung terhadap niat beli.

Yang kedua adalah menggunakan analisis diskriminan untuk mengkelompokkan atau mengklasifikasikan faktor – faktor yang telah ditentukan yang mempengaruhi pembelian nyata pada penonton iklan broadband AHA sehingga dapat mengklasifikasikan responden kedalam kelompok yang membeli dan tidak membeli broadband AHA dan dipertajam dengan menggunakan stepwise untuk mengetahui faktor-faktor mana saja yang paling berpengaruh terhadap pembelian nyata. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.


(32)

32

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian Pengenalan

broadband AHA

Komunikasi Pemasaran

Iklan Televisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam

pembelian nyata Efektivitas Iklan

Televisi

Rekomendasi Kebijakan Pemasaran

Analisis diskriminan dan

stepwise Consumer Decision

Model (CDM)

Analisis Model Struktural (SEM)

Fungsi diskriminan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi responden Model CDM

jalur biasa

Model CDM Impulse Buying


(33)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga yang respondennya merupakan mahasiswa Strata-1 IPB. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (purposive). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012.

3.3 Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari dari hasil penyebaran kuesioner kepada Mahasiswa IPB Strata-1. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, skripsi-skripsi terdahulu yang digunakan untuk membantu dan mendukung data primer yang didapatkan. 3.4 Metode Penarikan Sampel dan Jumlah Sampel

Teknik penarikan sampel untuk populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata-1 Institut Pertanian Bogor yang menggunakan broadband AHA atau pernah melihat iklan televisi AHA dengan menggunakan teknik penarikan sampel non-probabilitysampling. Teknik non-probability sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode convenience sampling, yaitu mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti dan kemudahan dalam memperoleh responden (Kuncoro, 2003). Pada umumnya, peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh daftar pertanyaan dalam jumlah besar dan lengkap secara cepat dan hemat dimana penentuan responden berdasarkan pada ketersediaan sampel menjadi responden (Kuncoro, 2003).

Metode estimasi untuk menentukan contoh sampel dari populasi yang paling populer dalam analisis SEM adalah Maximum Likelihood (ML). Metode ML akan efektif pada jumlah sampel antara 150 – 400 data (Santoso, 2011). Berdasarkan pemenuhan asumsi Maximum Likelihood, peneliti mengambil 150 responden untuk kegiatan penelitian dan setelah dilakukan uji validitas responden, sebanyak 43 responden dinyatakan tidak valid dan tidak memenuhi asumsi untuk menggunakan analisis multivariate kovarians. Apabila asumsi jumlah contoh tidak terpenuhi akan berdampak pada output yang akan dihasilkan berupa model yang unidentified yang berarti kovarians


(34)

34

bernilai nol diantara beberapa indikator. Sebagai alternatif dari penggunaan analisis multivariate kovarians adalah dengan menggunakan SmartPLS. SmartPLS merupakan software yang powerfull karena dapat menggunakan data dengan jumlah yang kecil. Menurut Ghozali (2008), data yang digunakan untuk menggunakan software SmartPLS adalah sebanyak 30 – 100 data. Oleh karena itu, data sebanyak 107 responden yang dimiliki peneliti, dibulatkan menjadi 100 responden dengan membuang 7 responden untuk pemenuhan asumsi SmartPLS. Penghapusan responden dilakukan dengan mengahapus responden mulai dari bawah ke atas sesuai dengan hasil uji validitas responden yang menunjukkan bahwa responden tersebut tidak valid. Penghapusan dilakukan dari bawah ke atas untuk menanggulangi kekacauan urutan data setelah di lakukan proses penghapusan dan tujuh responden yang dihapus untuk pemenuhan asumsi SmartPLS dilakukan secara acak tanpa kriteria tertentu.

3.5 Pengujian Kuisioner

Peneliti menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kuesioner terlebih dahulu agar kuisioner akurat dan layak untuk disebar kepada responden. Uji reliabilitas dilakukan agar semua pertanyaan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Sedangkan uji validitas dilakukan untuk melihat hubungan diantara masing-masing pertanyaan, sehingga memiliki keterkaitan antara masing-masing pertanyaan. Pengujian dan pengolahan data kuesioner dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS), MINITAB 14, SmartPLS, dan Ms. Excel 2008.

A. Uji Validitas

Menurut Umar (2002), Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah kuisioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Data yang terkumpul dari kuisioner adalah data yang valid. Langkah-langkah pengujian validitas adalah :


(35)

a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur b. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden. c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

d.Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment, yang memiliki rumusnya sebagai berikut :

rxy : korelasi antara x dan y

x : skor pernyataan y : skor total

n : jumlah responden

Uji validitas dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada 30 orang pertama ( n= 30). Suatu skala pengukuran disebut valid jika memiliki nilai r-hitung yang merupakan nilai dari corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel.

B. Uji Reliabilitas

Apabila alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur harus memiliki kemampuan untuk memberikan hasil yang konsisten (Umar, 2002). Kuisioner yang reliable adalah kuesioner yang apabila dicoba berulang pada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk mengukur reliabilitas alat ukur yang dipakai, peneliti menggunakan teknik cronbach’s alpha dengan pendekatan rumus sebagai berikut :

Dimana :

r11 : reabilitas instrumen

k : banyaknya pertanyaan : ragam total

∑ : jumlah ragam butir

r

11 =

(1

) ...

(4)

rxy = n (∑ xy) –(∑x∑y) ... (3) √(n∑x2-(∑x)2 –(n∑y2-(∑y)2)


(36)

36

Rumus untuk mencari nilai ragam adalah :

Dimana : : Ragam

n : Jumlah responden X : Nilai skor yang dipilih

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dimana reliabilitas variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nugroho, 2005).

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

1) Consumer Decision Model (CDM)

Model dengan enam variabel yang saling berhubungan yaitu: Pesan Iklan pada media elektronik televisi (F, finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), Sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian Nyata (P, purchase). Untuk mengetahui efektivitas iklan dengan menggunakan CDM digunakan analisis bentuk hubungan dan analisis keeratan hubungan. Pengaruh langsung suatu variabel independen terhadap variabel dependen ditelusuri dengan analisis regresi. Analisis regresi yang digunakan memperhatikan prinsip parsimory, yaitu semakin sederhana suatu model semakin bagus model tersebut, dan dengan pertimbangan efisiensi dan kemudahan pemahaman model tersebut dari sisi pengguna. Dengan pertimbangan tersebut maka digunakan analisis regresi linier sederhana. Model populasi yang digunakan adalah :

Pada persamaan tersebut akan dianalisis persamaan regresi sederhana antara variabel informasi di iklan televisi (F) dengan pengenalan merek (B), informasi di iklan televisi (F) dengan kepercayaan konsumen (C), informasi di iklan televisi (F), dengan sikap konsumen (A). Pada ketiga

= ∑X2

... (5) n

Yi = α + βXi2 + ε


(37)

persamaan tersebut, variabel informasi di iklan televisi (F) menjadi variabel independen dan variabel B, C dan A menjadi dependen. Persamaan regresi berikutnya adalah persamaan regresi antara variabel pengenalan merek (B) dengan sikap konsumen (A), pengenalan merek (B) dengan kepercayaan konsumen (C), dengan variabel (B) sebagai variabel independen dan variabel C dan A sebagai variabel dependen. Persamaan berikutnya yang akan dianalisis adalah persamaan regresi sederhana antara variabel niat beli (I) dengan kepercayaan konsumen (C), niat beli (I) dengan sikap konsumen (A), dengan variabel (I) sebagai variabel dependen dan variabel C dan A sebagai variabel independen. Pada persamaan regresi yang terakhir antara variabel pembelian Nyata (P) dengan variabel niat beli (I), dengan variabel P menjadi variabel dependen dan variabel I menjadi variabel independen.

Sebagaimana diketahui, sebenarnnya path analysis sama dengan analisis regresi yang hanya melihat pengaruh yang mempengaruhi pembelian antar variabel secara parsial. Oleh karena itu, untuk meliahat pengaruh langsung antar variabel secara holistik digunakan alat model persamaan struktural yang dapat mengetahui pengaruh langsung yang dapat mempengaruhi pembelian nyata (P).

2) SEM (Structural Equation Model)

Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu teknik statistika yang mampu menganalisa hubungan peubah laten, peubah indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Disamping hubungan kausal searah, metode SEM memungkinkan untuk menganalisis hubungan dua arah (Ghozali et al, 2005). Perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menganalisis model dengan menggunakan SEM adalah LISREL, AMOST, dan SmartPLS.

Analisis efektivitas iklan televisi menggunakan model Structural Equation Model yang mengunakan model Consumer Decision Model (CDM) dengan PLS. Dikemukakan oleh Wold (1985) dalam Ghazali (2008) PLS merupakan metode analisis powerfull, karen tidak didasarkan pada banyak asumsi. Data juga tidak harus berdistribusi normal multivriate


(38)

38

(indikator dengan skala kategori, ordinal, interval, sampai ratio dapat digunakan model yang sama), sampel tidak harus besar. PLS selain dapat mengkonfirmasi teori, juga dapat untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten.


(39)

3. Analisis Diskriminan

Menurut Supranto (2004), Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas (disebut criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal, ordinal, atau kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metriks (interval atau rasio, bersifat kuantitatif).

Adapun tujuan analisis diskriminan, adalah sebagai berikut (Suprianto, 2004) :

1. Membuat fungsi diskriminan atau kombinasi linear, dari prediktor atau variabel bebas bisa mendiskriminasi atau membedakan kategori variabel tak bebas atau criterion atau kelompok, artinya mampu membedakan suatu objek (responden) masuk kelompok kategori yang mana.

2. Menguji apakah ada perbedaan signifikan antara kategori/kelompok, dikaitkan dengan variabel bebas atau prediktor.

3. Menentukan prediktor/variabel bebas yang mana yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya perbedaan antar kelompok.

4. Mengklasifikasikan/ mengkelompokkan objek/kasus atau responden kedalam suatu kelompok/kategori didasarkan pada nilai variabel bebas.

5. Mengevaluasi keakuratan klasifikasi

Analisis diskriminan bertahap menurut Supranto (2004) dianalogkan sebagai regresi berganda bertahap (stepwise), di mana variabel bebas atau prediktor dimasukkan secara berurutan (sequentially) berdasarkan pada kemampuannya untuk mendiskriminankan setiap kelompok. Suatu rasio F dihitung untuk setiap prediktor dengan jalan melakukan suatu analisis varian univariant, dimana kelompok diperklakukan sebagai variabel kategori (non-metrik) dan prediktor sebagai variabel kriterion atau variabel dependen.


(40)

40

Suatu prediktor dengan dengan nilai rasio F yang tinggi, yang pertama-tama terpilih untuk dimasukkan dalam fungsi diskriminan, kalau prediktor tersebut memenuhi kriteria dan toleransi tertentu. Prediktor kedua ditambahkan berdasarkan pada the highest adjusted or partial F ratio, dengan memperhitungkan prediktor yang telah dipilih sebelumnya, dan seterusnya. Setiap prediktor yang telah diuji untuk retensi berdasarkan pada hubungannya dengan prediktor lainnya yang telah dipilih. Proses pemilihan dan retensi dilanjutkan sampai semua prediktor memenuhi kriteria signifikansi untuk dimasukkan dan dipertahankan dalam fungsi diskriminan.

4. Penerapan Manajerial Metode Analisis Data

Penggunaan Consumer Decision Model (CDM) untuk mengetahui alur-alur yang dapat dilalui oleh konsumen mulai dari pesan iklan hingga melakukan pembelian nyata. Analisis Consumer Decision Model ini didukung dengan menggunakan alat analisis Structural EquationModeling (SEM) yang diperlukan untuk memperhitungkan alur yang efektif dalam mencapai pembelian nyata. Setelah mendapatkan jalur yang efektif dilakukan analisis dengan menggunakan alat analisis diskriminan untuk mengetahui fungsi dari pembelian nyata yang mengklasifikasikan berdasarkan responden yang membeli dan yang tidak membeli broadband AHA. Setelah diskriminan dilanjutkan dengan analisis dengan menggunakan stepwise yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana saja yang mempengaruhi responden untuk melakukan pembelian nyata.


(41)

4.1 Gambaran Umum Produk

Pada tanggal 24 Juni 2010, PT Bakrie Connectivity yang merupakan anak perusahaan dari PT. Bakrie Telecom mengeluarkan produk layana internet broadband yang diberi nama AHA. Produk ini tergolong produk yang unik, Pasalnya modem untuk mengakses layanan internet yang disediakan perusahaan tersebut telah dilengkapi browser internet sehingga bisa langsung berselancar begitu dicolok.

AHA adalah layanan akses internet berkecepatan tinggi berbasis jaringan CDMA (Code Division Multiple Access) 1X-EVDO (Evolution Data Optimize) Rev A, yang dalam langkah perdananya mengeluarkan perangkat USB Modem Olive tipe VME-110 dengan menggunakan metode pasca bayar serta pra bayar dengan pembatasan buat pelanggan yang menggunakan akses internetnya secara berlebihan. Pembatasan ini guna memberikan kualitas akses internet terbaik untuk seluruh pelanggan AHA. Selain itu Bakrie Connectivity juga mengumumkan kolaborasinya dengan Google International. Google yang dikenal sebagai layanan pencarian web terbesar meluncurkan produk terbarunya Google Chrome yang telah di modifikasi secara khusus untuk AHA. Sebuah mesin pencari web (internet browser) terbaru dari Google untuk browsing experience yang lebih cepat, sesuai dengan visi Bakrie Connectivity, konsumen bisa menikmati aplikasi Google Chrome dalam versi bahasa Indonesia di produk-produk Bakrie Connectivity.

Tidak hanya akses internet cepat namun juga sebuah pengalaman internet yang berbeda melalui layanan nilai tambah, aplikasi dan konten menarik, serta tarif terjangkau yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan para pengguna internet, seperti;

User interface AHA yang praktis dikarenakan sudah ter-built secara lansung aplikasi Google Chrome Browser, Google search bar, Live online news ticker dan Picasa akan sangat memudahkan para pengguna dalam melakukan aktifitas internet begitu mereka terhubung dengan jaringan internet.


(42)

42

 Website AHA yang sangat interaktif dan terintegrasi, dimana para pengguna mendapatkan kemudahan layanan cepat mulai dari mengubah mekanisme charging dari volume based atau time based maupun sebaliknya, pemilihan berbagai paket unlimited, proses isi ulang pulsa, cek saldo, pergantian paket dari post paid atau pre paid maupun sebaliknya, sehingga para pengguna tidak perlu repot harus mendatangi gerai atau service center lagi karena semua dapat dilakukan sendiri melalui website AHA.

 Tarif ringan dan fleksible yang ditawarkan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yaitu pilihan tarif Rp.150/menit atau Rp.0.5/KB. Serta pengguna juga dapat memilih speed dan mengatur pengeluaran agar cermat dan dapat benilai lebih dalam beraktifitas internet. Bahkan tersedia pula berbagai paket pilihan unlimited, yaitu;

- Paket Ekonomis ; Speed 200 Kbps mulai dari Rp. 4000/hari atau Rp. 80.000/bulan.

- Paket Dinamis; Speed 600 Kbps mulai dari Rp. 6000/hari atau Rp.110.000/bulan

- Paket Fantastis; Speed 3,1 Mbps mulai dari Rp. 10.000/hari atau Rp. 200.000/bulan

Kesepakatan kerjasama dengan Google adalah suatu pencapaian awal dan kebanggaan bagi Bakrie Connectivity, sebagai perusahaan baru jalinan kerjasama dengan perusahaan multinasional terkemuka seperti Google akan membawa keuntungan dimana produk-produk AHA akan secara langsung terintegrasi dengan berbagai produk Google menjadi kombinasi yang sempurna dimana sebuah internet cepat (faster internet) berpadu dengan browser cepat (faster browser) untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pengguna internet di Indonesia. AHA merupakan salah satu perwujudan dari visi PT. Bakrie Connectivity, yaitu adalah komunikasi dapat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Jangkauan broadband AHA kini sudah mencakup 18 kota, yaitu Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Jakarta, Serang, Tanggerang, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Solo, Tasikmalaya, dan Denpasar.


(1)

Lanjutan Lampiran 3

Correlations: F1; F2A; F2B; F3A; F4A; F5; TOTAL ALL

F1 F2A F2B F3A F4A F5 TOTAL ALL 0,574 0,513 0,512 0,545 0,573 0,388 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Correlations: B1; B2A; B2B; B3A; B4; B5; TOTAL ALL

B1 B2A B2B B3A B4 B5 TOTAL ALL 0,555 0,591 0,540 0,582 0,598 0,451 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Correlations: C1; C2A; C2B; C3; C4; C5; TOTAL ALL

C1 C2A C2B C3 C4 C5 TOTAL ALL 0,546 0,529 0,599 0,626 0,654 0,505 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Correlations: A1; A2A; A2B; A3A; A4; A5; TOTAL ALL

A1 A2A A2B A3A A4 A5 TOTAL ALL 0,436 0,565 0,521 0,579 0,673 0,482 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Correlations: I1; I2A; I2B; I3; I4; I5; TOTAL ALL

I1 I2A I2B I3 I4 I5 TOTAL ALL 0,512 0,482 0,582 0,500 0,685 0,593 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Correlations: P1; P2A; P2B; P3; P4; P5; TOTAL ALL

P1 P2A P2B P3 P4 P5 TOTAL ALL 0,415 0,494 0,593 0,582 0,601 0,537 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000


(2)

Lanjutan Lampiran 3

UJI RELIABILITAS F

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.860 6

UJI RELIABILITAS B

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.856 6

UJI RELIABILITAS C

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.879 6

UJI RELIABILITAS A

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.839 6

UJI RELIBILITAS I

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

Lanjutan Lampiran 3

UJI RELIABILITAS P

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

Lampiran 4. Uji Validitas Responden

Correlations: M2_1; M2_2; M2_3; M2_4; M2_5; M2_6; M2_7; M2_8; ...

M2_1 M2_2 M2_3 M2_4 M2_5 M2_6 M2_7 M2_8 M2_9 TOTAL 0,225 0,738 0,659 0,172 0,694 0,462 0,525 0,466 0,823 0,187 0,000 0,000 0,316 0,000 0,005 0,001 0,004 0,000

M2_10 M2_11 M2_12 M2_13 M2_14 M2_15 M2_16 M2_17 M2_18 TOTAL 0,373 -0,179 0,565 0,478 0,732 0,415 0,356 -0,095 0,490 0,025 0,297 0,000 0,003 0,000 0,012 0,033 0,580 0,002

M2_19 M2_20 M2_21 M2_22 M2_23 M2_24 M2_25 M2_26 M2_27 TOTAL 0,675 * 0,606 * 0,396 * 0,389 * 0,346 0,000 * 0,000 * 0,017 * 0,019 * 0,039

M2_28 M2_29 M2_30 M2_31 M2_32 M2_33 M2_34 M2_35 M2_36 TOTAL 0,371 0,539 0,401 0,580 0,587 0,677 0,228 -0,020 0,818 0,026 0,001 0,015 0,000 0,000 0,000 0,182 0,907 0,000

M2_37 M2_38 M2_39 M2_40 M2_41 M2_42 M2_43 M2_44 M2_45 TOTAL 0,369 0,249 * 0,463 0,455 0,395 0,384 -0,358 -0,036 0,027 0,143 * 0,004 0,005 0,017 0,021 0,032 0,834

M2_46 M2_47 M2_48 M2_49 M2_50 M2_51 M2_52 M2_53 M2_54 TOTAL 0,537 0,626 -0,287 0,295 0,354 0,589 0,517 0,640 0,413 0,001 0,000 0,089 0,081 0,034 0,000 0,001 0,000 0,012

M2_55 M2_56 M2_57 M2_58 M2_59 M2_60 M2_61 M2_62 M2_63 TOTAL 0,420 -0,020 0,554 0,777 0,730 0,108 0,348 0,558 0,260 0,011 0,906 0,000 0,000 0,000 0,530 0,037 0,000 0,125

M2_64 M2_65 M2_66 M2_67 M2_68 M2_69 M2_70 M2_71 M2_72 TOTAL -0,112 0,682 0,527 0,676 0,536 0,484 0,131 0,551 0,518 0,516 0,000 0,001 0,000 0,001 0,003 0,446 0,001 0,001

M2_73 M2_74 M2_75 M2_76 M2_77 M2_78 M2_79 M2_80 M2_81 TOTAL 0,316 0,371 0,534 0,044 0,452 0,605 0,742 0,395 0,370 0,061 0,026 0,001 0,800 0,006 0,000 0,000 0,017 0,026


(5)

M2_82 M2_83 M2_84 M2_85 M2_86 M2_87 M2_88 M2_89 M2_90 TOTAL 0,656 0,213 0,575 0,502 0,369 0,142 0,474 0,514 0,227 0,000 0,213 0,000 0,002 0,027 0,409 0,004 0,001 0,184

M2_91 M2_92 M2_93 M2_94 M2_95 M2_96 M2_97 M2_98 M2_99 TOTAL 0,344 0,458 0,358 0,429 0,035 0,579 0,194 0,544 0,471 0,040 0,005 0,032 0,009 0,838 0,000 0,256 0,001 0,004

M2_100 M2_101 M2_102 M2_103 M2_104 M2_105 M2_106 M2_107 M2_108 TOTAL 0,167 0,648 0,228 0,630 0,438 0,354 0,800 0,463 0,489 0,329 0,000 0,180 0,000 0,008 0,034 0,000 0,005 0,002

M2_109 M2_110 M2_111 M2_112 M2_113 M2_114 M2_115 M2_116 M2_117 TOTAL 0,466 0,722 0,215 0,212 0,392 0,571 0,694 0,596 0,705 0,004 0,000 0,207 0,215 0,018 0,000 0,000 0,000 0,000

M2_118 M2_119 M2_120 M2_121 M2_122 M2_123 M2_124 M2_125 M2_126 TOTAL 0,584 -0,184 0,597 0,267 0,401 -0,375 0,624 0,446 0,428 0,000 0,283 0,000 0,116 0,015 0,024 0,000 0,006 0,009

M2_127 M2_128 M2_129 M2_130 M2_131 M2_132 M2_133 M2_134 M2_135 TOTAL 0,413 0,506 0,472 0,734 0,336 0,068 0,628 0,810 -0,324 0,012 0,002 0,004 0,000 0,045 0,694 0,000 0,000 0,054

M2_136 M2_137 M2_138 M2_139 M2_140 M2_141 M2_142 M2_143 M2_144 TOTAL 0,234 0,757 0,326 0,240 0,155 * 0,483 0,167 0,320 0,169 0,000 0,052 0,158 0,366 * 0,003 0,329 0,058

M2_145 M2_146 M2_147 M2_148 M2_149 M2_150 TOTAL 0,413 0,345 0,160 0,429 0,515 0,724 0,012 0,039 0,352 0,009 0,001 0,000


(6)

RISYAYANA ERSYA. H24080057.

Analisis Efektivitas Iklan Televisi

Mobile

Broadband AHA pada Mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor (IPB).

Dibawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN dan R. DIKKY INDRAWAN.

Kebutuhan informasi pada era teknologi seperti sekarang ini sudah

menjadi sebuah prioritas. Pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringat ke dua

sebagai negara pengguna internet terbesar di Asia.

Broadband merupakan

jawaban dari kecanggihan teknologi internet yang dinilai praktis dan

simple.

Market share broadband didunia pada tahun 2010 mencapai 64%. Menurut Singh

(2009) dalam Hayati (2011), teknologi

mobile broadband mampu mendongkrak

keuntungan bisnis dan sektor pendidikan. Ketatnya persaingan di industri

broadband

mendorong

perusahaan

untuk

berlomba

lomba

dalam

mempromosikan produknya. Menurut hasil survey lembaga riset The Nielsen

Company Indonesia menyebutkan bahwa proporsi belanja iklan di televisi

merupakan yang paling besar yaitu sebesar 62%. Ditengah persaingan broadband,

PT. Bakrie Connectivity mengeluarkan produk

broadbandnya yang bernama

AHA dan melakukan promosi melalui iklan di media televisi dengan menonjolkan

keunggulan produk. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis efektivitas iklan

televisi layanan internet

broadband

AHA

versi “I Like it”

dalam

mengkomunikasikan pesan iklannya kepada konsumen (2) Menentukan faktor

faktor yang mempengaruhi pembelian nyata sehingga dapat mengklasifikasikan

mahasiswa kedalam kelompok yang membeli dan tidak membeli

broadband

AHA.

Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari dari hasil kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

studi literatur dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, skripsi-skripsi

terdahulu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Structural

Equation Model (SEM) dengan menggunakan model Consumer Decision Model

(CDM) dengan menggunakan perangkat lunak SmartPLS dan Analisis

Diskriminan Stepwise dengan menggunakan Minitab 14.

Berdasarkan hasil SEM pada model CDM pada iklan televisi

broadband

AHA versi “I Like it”, informasi yang disampaikan oleh produsen

broadband

AHA melalui iklan di media televisi berpengaruh efektif terhadap variabel pada

CDM sampai dengan variabel pembelian nyata. Jalur signifikan yang dilewati

adalah dari pesan iklan (F) broadband AHA versi “I Like it” yang ditayangkan di

televisi mampu membangun sikap konsumen (A), kemudian mampu

mempengaruhi niat beli (I), dan pada akhirnya mendorong mahasiswa yang

menonton iklan untuk melakukan pembelian nyata (P) terhadap broadband AHA.

Model CDM pada iklan televisi

broadband AHA

versi “I Like it”

tidak mampu

membangun perilaku

impulse buying terhadap konsumen, hal ini dikarenakan

banyaknya pilihan dalam pembelian

broadband sehingga menimbulkan banyak

pertimbangan dalam melakukan pembelian. Berdasarkan hasil dari analisis

diskriminan

stepwise, faktor

faktor yang mempengaruhi pembelian nyata

sehingga dapat mengklasifikasikan responden kedalam klasifikasi yang membeli

produk atau klasifikasi yang tidak membeli produk adalah saran dari teman (L2),

pengeluaran per bulan (I1), harga paket (I3), kuota akses (I4), pengetahuan atribut

produk (I6), media informasi televisi (P2), dan pengalaman sebelumnya (P3).