37
Gambar 19. Perubahan konsentrasi CO
2
dan O
2
pada kemasan polipropilen selama penyimpanan suhu 10
o
C
1. Kekerasan
Jika dibandingkan antara kemasan stretch film SF dan polipropilen PP maka kemasan SF lebih baik dalam mempertahankan kekerasan buah jambu biji dan dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
kekerasan untuk kedua kemasan setelah hari ke-2 berangsur-angsur konstan. Buah jambu biji dalam kemasan stretch film pada hari ke-6 memiliki nilai kekerasan sebesar 1.8 N, sedangkan pada kemasan
polipropilen memiliki nilai kekersan sebesar 2.12 N. Dari data di bawah ini dapat disimpulkan bahwa kemasan stretch film lebih baik dalam mempertahankan kekerasan dari buah jambu biji terolah
minimal dan berlapis edibel. Perubahan kekerasan buah jambu biji selama penyimpanan suhu 10
o
C disajikan dalam grafik pada Gambar 20.
Gambar 20. Grafik perubahan kekerasan buah jambu biji selama penyimpanan suhu 10
o
C 5
10 15
20 25
2 4
6
ko m
p o
si si
C O2
O2
hari ke-
CO2 O2
0,5 1
1,5 2
2,5
2 4
6 8
ke ke
rasan N
umur simpan hari
PP SF
tanpa film
38
Akan tetapi, setelah dilakukan uji statistik dari hari ke dua hingga hari ke enam, kedua kemasan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kekerasan buah jambu biji. Dari data yang
didapat maka dapat disimpulkan bahwa kemasan stretch film lebih baik dalam mempertahankan kekerasan dari buah jambu biji terolah minimal dan berlapis edibel. Analisis sidik ragam dan uji lanjut
perubahan kekerasan buah jambu biji terolah minimal dan berlapis glukomanan 1 selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 11.
2. Susut Bobot
Gambar 21. Grafik perubahan data susut bobot buah jambu biji selama penyimpanan suhu 10
o
C Perubahan data susut bobot buah jambu biji selama penyimpanan suhu 10
o
C disajikan dalam grafik pada Gambar 21. Jika dilihat dari grafik tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
susut bobot terhadap waktu cenderung meningkat. Bila dibandingkan dengan tanpa film kemasan, peningkatan susut bobot jambu biji yang dikemas dengan film kemasan lebih rendah. Setelah
dilakukan uji statistik untuk buah jambu biji maka dapat disimpulkan kedua kemasan tersebut berpengaruh signifikan terhadap perubahan susut bobot buah jambu biji terolah minimal berlapis
edibel. Dari data di atas juga dapat dilihat perubahan nilai susut bobot kemasan SF lebih baik daripada susut bobot kemasan PP. Susut bobot pada kemasan SF pada hari ke-6 sebesar 5.06 dan susut bobot
pada kemsan PP pada hari ke-6 sebesar 5.36. Penurunan bobot buah selama penyimpanan diakibatkan buah jambu biji melakukan respirasi
dengan megubah gula menjadi CO
2
dan H
2
O disertai dengan proses penguapan uap air. Hal tersebut mengakibatkan persentasi laju susut bobot meningkat. Penyimpanan mutu bahan pangan dapat
dikelompokkan ke dalam penyusustan kualitatif dan penyusustan kuantatif. Penyusutan kualitatif adalah kerusakan akibat perubahan biologi mikro, serangga, tungau, respirasi, perubahan fisik
tekanan, getaran, suhu, kelembaban serta perubahan-perubahan kimia dan biokimia reaksi pencoklatan, ketengikan, penurunan nilai gizi dan aspek keamanan terhadap manusia. Penyusutan
kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau susut bobot hasil pertanian, akibat penganganan proses pasca panen yang tidak memadai, dan juga karena adanya gangguan biologis proses respirasi,
serangan serangga dan lain-lain. Analisis sidik ragam dan uji lanjut perubahan susut bobot buah 5
10 15
20 25
2 4
6 8
su su
t b
o b
o t
g100g
umur simpan hari
PP SF
tanpa film
39
jambu biji terolah minimal dan berlapis glukomanan 1 selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 12.
3. Total Padatan Terlarut